46. Awal segalanya

1.8K 173 12
                                    


.
.
.
.
.
Kendra dan Axel sudah pulih dan diijinkan pulang dari rumah sakit, namun meskipun begitu mereka berdua masih di awasi dengan ketat oleh Resta dan Bagas.

Keduanya bertugas menjaga dan mengawasi Axel juga Rain, berjaga-jaga jika mereka kembali sakit. Sebenarnya hanya Axel yang perlu di jaga karena sejak Noah memaafkannya, sifat asli Axel mulai terlihat.

Menyatukan Axel, Kendra dan Noah dalam satu tempat bisa membuat Bagas dan Resta pusing. Bahkan Gala dan Aidan lebih memilih diam di perpustakaan dari pada menghadapi tingkah ketiga nya, beruntung juga Noah lebih sering memilih menemani Rain di kamar nya sambil bermain gitar.

Seperti saat ini, Noah sedang memetik senar gitar nya sambil menemani Rain duduk di balkon.

"Bang Rain!" Rain menoleh saat mendengar panggilan melengking dari Kendra, maun Rain menyadari jika Kendra tidak ada di kamar nya.

"Di bawah bang." Rain bangkit dari duduknya dan menatap ke bawah dari balkon kamar nya.

"Apa?" Rain hanya menggerakkan bibirnya tanpa suara, namun Kendra mengerti dan melambai pada Rain, memberi kode pada Rain untuk turun.

"Mau ngapain sih? Lagi enak sama bang Hujan juga!!" Noah ikut membuka suara hingga membuat Rain menutup kedua telinga nya.

"Sini, ngumpul di bawah sama yang lain. Bawa gitar nya Noah! Kita nyanyi!" Noah langsung mengangguk antusias, dan langsung mengajak Rain untuk turun ke bawah.

Benar saja, semua saudaranya sedang berkumpul di gazebo dengan sepiring roti bakar yang Noah yakini buatan saudara kembarnya.

"Rain sini." Rain hanya menurut saat Resta merangkul pundaknya.

Memang sejak mendengar cerita Bian tentang keluarga mereka, Rain memutuskan untuk percaya pada saudara-saudara nya yang lain, namun sampai saat ini hanya Lily, Salma dan Fatma yang bisa memeluk Rain.

Bukan karena phobia Rain belum hilang, tapi karena Rain sendiri tidak nyaman saat di peluk Nita atau pun Bian.

"Noah, nih ada roti bakar, mau gak?" Noah mengangguk dan langsung duduk di sebelah Bagas.

"Kebetulan Noah bawa gitar, bisa mainin gak?" Noah mengangguk.

"A Bagas mau nyanyi gak?" Bagas berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Boleh, lagu biasanya ya?" Noah mendengus pelan tapi tetap saja memetik senar gitarnya, memainkan melodi dari lagu yang di minta oleh Bagas.

Bagas menatap Noah dan tersenyum lembut sebelum akhirnya mulai bernyanyi.

Alun sebuah simfoni
Kata hati disadari
Merasuk sukma kalbuku
Dalam hati ada satu

Manis lembut bisikanmu
Merdu lirih suaramu
Bagai pelita hidupku

Berkilauan bintang malam
Semilir angin pun sejuk
Seakan hidup mendatang
Dapat kutempuh denganmu

Berpadunya dua insan
Simfoni dan keindahan
Melahirkan kedamaian
Melahirkan kedamaian

Syair dan melodi
Kau bagai aroma penghapus pilu
Gelora di hati
Bak mentari kau sejukkan hatiku

Burung-burung pun bernyanyi
Bunga pun tersenyum
Melihat kau hibur hatiku

Hatiku mekar kembali
Terhibur simfoni
Pasti hidupku 'kan bahagia

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang