.
.
.
.
.
Setelah sepuluh hari di jogja, kini mereka semua sudah kembali ke solo. Tentu saja bersama dengan orang tua mereka, karena para orang tua juga akan menginap di solo beberapa hari.Resta sadar jika Kendra belum kembali ceria, begitu pula Rain. Meskipun keduanya tetap tersenyum dan terlihat seolah mereka baik-baik saja namun kedua nya menyimpan luka di hati mereka.
Kendra lebih sering menghabiskan waktunya di kamar bersama Gala, begitu pula Rain yang betah diam di kamar dengan Noah.
"Resta, bisa ikut mama sebentar? Kita ngobrol sama papa sama mama yang lain dulu." Resta mengangguk dan beranjak meninggalkan meja makan untuk mengikuti sang mama.
"Ada yang perlu mama sampaikan ke Resta ya?" Lily tersenyum dan mengangguk.
"Nanti jangan marah sama papa lagi ya? Kasihan papa tiga anak nya sudah marah, masa kamu ikutan marah juga." Resta hanya mengedikan bahunya.
"Tergantung papa, kalau papa masih tetap pilih kasih ya berarti Resta harus lebih keras ke papa." Lily hanya menggelengkan kepala nya mendengar jawaban putra nya itu.
"Sudah, ayo. Papa sama yang lain pasti udah nunggu."
Resta hanya diam saat sang mama membawanya masuk ke ruang keluarga, sudah ada papa, mama Salma, mama Nita, juga bunda Fatma.
"Ada apa pa?" Lily memutuskan duduk di sebelah Fatma saat Resta duduk di dekat Bian.
"Resta, setelah ini semua papa serahkan ke kamu. Kamu benar, papa tidak bisa terus mementingkan Axel diantara yang lain. Jadi setelah ini papa gak akan ikut campur lagi masalah rumah solo, soal hukuman atau soal pembagian kamar. Tapi ingat Resta tetap kabari papa, mama sama bunda kalau ada apa-apa di sini." Resta mengangguk saat mendengar ucapan Bian.
"Resta, mama Nita titip Axel sama Aidan ya? Ucapan kamu sama Rain saat itu bikin mama Nita sadar kalau memang gak seharusnya mama memaksa Axel dan terus membandingkan Axel dengan Rain." Resta hanya tersenyum tipis.
"Mama percaya kamu pasti bisa menjaga dan mendidik mereka lebih baik dari pada mama." Resta kali ini tidak tau harus merespon seperti apa, karena tanggung jawab nya semakin besar.
"Resta akan lakuin semua nya, asal Resta gak lagi dengar kalau papa lebih membela Axel."
.
.
.
.
.
"Seminggu kedepan Axel bakal ambil alih piket di dapur, sedangkan Noah harus nyapu halaman belakang selama tiga hari. Ada yang keberatan?" Resta mengatakan hukuman nya di hadapan semua saudara juga papa dan para mama."Resta, kenapa Axel satu minggu sedangkan Noah hanya tiga hari? Kamu bilang akan bersikap adil!" Resta menatap datar pada Bian yang baru saja menaikan suaranya.
"Kenapa papa protes? Pertanyaan ku tadi buat adik-adik ku bukan buat papa, lagi pula papa sendiri sudah menyerahkan semua tanggung jawab di sini dan bilang gak akan ikut campur, terus kenapa masih protes?" Resta menatap Bian lekat, sebelum beralih menatap ke arah adik-adiknya.
"Tapi itu tidak adil untuk Axel Resta!" Resta menaikan sebelah alisnya.
"Baru dua jam dan papa lupa apa yang aku omongin tadi, aku gak mau denger papa belain Axel!" Bian di buat terdiam saat Resta kembali mengingatkannya akan ucapannya sebelumnya.
"Tapi Resta! Sama ratakan hukuman Axel dan Noah!" Resta menggeleng.
"Aku gak akan merubah hukuman ku, atau papa mau Noah yang di dapur dan Axel di halaman belakang?" Resta tersenyum miring sembari menunggu jawaban Bian, akan sangat bodoh jika Bian membiarkan Axle bertukar tugas dengan Noah.
"Rain, kamu gak mau negur Resta?" Rain menggeleng.
"Resta tau apa yang dia lakukan, lagi pula kenapa aku negur Resta, aku setuju dengan hukumannya." Bian menatap tidak percaya pada Rain, sedari tadi hanya Bian yang tidak setuju, sedangkan para ibu hanya memperhatikan apa yang terjadi.
"Resta pilih kasih Rain!" Rain menggeleng.
"Resta gak pilih kasih, dia justru kasih Axel hukuman yang ringan." Bian menggeleng dan menatap marah pada kedua putra tertua nya.
"Baik kalau papa terus protes, Resta ganti hukuman Axel." Resta mengernyit saat mendengar ucapan Rain.
"Apa?"
"Kalau Noah menyapu halaman belakang selama tiga hari, maka Axel akan menyapu halaman depan selama tiga hari, sudah adil kan?" Ucapan Rain menghasilkan anggukan puas dari Resta, namun sepertinya Bian belum terima.
"Rain, kamu keterlaluan, halaman depan leboh luas dari pada halaman belakang! Coba kamu sapu sendiri sana?!" Rain terdiam melihat bagaimana sang ayah tetap bersih keras membela Axel.
"Kendra rapikan semua barang mu, nanti sore kita kembali ke jogja."
Deg
Ucapan Rain jelas membuat seisi rumah terkejut, terutama saat Kendra langsung mengangguk dan menyanggupi ucapan Rain.
"Iya bang." Kendra dengan cepat naik ke lantai dua, menuju kamar yang di tempati nya bersama Gala.
"RAIN!!" Rain menatap lekat pada Bian, meskipun memang dia menjaga jarak dengan yang lain namun tatapan tegas nya tidak bisa di sembunyikan.
"Rain apa maksud kamu nak?" Rain beralih menatap Lily.
"Kami akan pulang ke jogja mama Lily, Rain gak akan biarin Kendra tinggal disini selama papa masih tetap pilih kasih." Ucapan Rain membuat Bian mengusap wajah nya kasar.
"Rainer, maksud papa kamu harus bersikap adil pada Axel dan Noah!" Rain mengernyit bingung.
"Rain sudah adil, bahkan lebih adil dari pada hukuman awal Resta yang masih meringankan sisi Axel."
"Halaman depan berbeda dengan halaman belakang Rain!" Rain menggeleng.
"Papa yang bangun rumah ini tapi papa bahkan gak tau luas halaman rumah ini, halaman belakang dan depan rumah ini memiliki ukuran yang sama pa, karena posisi rumah ini tepat berada di tengah-tengah." Jawaban Rain membuat Bian terdiam, dia memang tidak pernah mengecek luas halaman rumah itu.
"Halaman depan terlihat lebih luas karena memang hanya ada dua pohon mangga, selebihnya di biarkan kosong untuk tempat parkir, sedangkan halaman belakang terlihat lebih sempit karena ada banyak tanaman disana, juga ada taman kecil dan gazebo yang bisa di gunakan bersantai, pada dasarnya ukuran luasnya sama."
"Rain juga seorang arsitek kalau papa lupa, Rain bahkan punya gambar denah lengkap rumah ini yang Rain temukan di ruang kerja." Bian benar-benar tidak bisa mendebat Rain.
"Rain pamit dulu, Rain akan bereskan barang Rain."
Sret
Rain berhenti saat lengan bajunya di tahan oleh Axel.
"Jangan pergi, aku bakal lakuin hukumannya, gak perlu dengerin papa." Ucapan Axel jelas membuat mereka semua terkejut.
"Turuti saja semua ucapan Resta." Setelah mengatakan itu Rain menarik Tangannya hingga pegangan Axel pada lengan baju nya terlepas.
"Bun, Noah bakal ikut bang Hujan ke jogja." Ucapan Noah semakin membuat Bian dan para ibu panik.
"Noah." Noah menggeleng.
"Noah gak akan bertahan disini tanpa bang Hujan!"
"Bagas akan ikut kemana pun Noah pergi."
"Gala juga mau ikut bang Rain, boleh kan ma?" Gala menatap ke arah Salma yang mengangguk.
"Lihat karena sikap egois dan pilih papa ngebuat papa kehilangan anak-anak papa, jadi mulai sekarang papa urus saja semuanya sendiri, aku jug akan ikut Rain." memijat pangkal hidung nya, kepalanya terasa sangat pusing sekarang.
"Gak ada yang boleh pergi dari rumah ini, papa gak akan ikut campur lagi soal masalah rumah ini." Resta mengedikan bahu nya.
"Kalau gitu coba hentikan Rain pa, karena keputusan kami akan mengikuti keputusan Rain."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat malam
Aku up maju ya, soalnya aku gak tau besok bisa up atau gak...
Mood ku lagi down banget dari kemarin, aku sama sekali gak bisa nerusin draft cerita
Jadi aku up book yang draft nya udah ada aja ya...
Lagi-lagi ada dm jelek yang masuk ke akun ku...
Kalau di ladenin nanti dia makin jadi, gak di ladenin kok ya jahat banget 😂😂
Mau double up gak?Selamat membaca dan semoga suka
See ya
–Moon–
KAMU SEDANG MEMBACA
Grantha
FanfictionKita memang beda ibu tetapi satu ayah. Beda sifat dan beda karakter juga, mungkin masa lalu kita ada yang kelam ada juga yang bahagia. Atas dasar perintah dari Ayah kami semua dipertemukan di kota Solo yang indah. Mungkin diantara kami ada yang meny...