32. Drop

1.4K 198 17
                                    


.
.
.
.
.
Resta menjaga langkah Kendra dan Rain dari belakang, meskipun di sebelah kedua adiknya ada si kembar namun tidak bisa menghilangkan rasa khawatir Resta.

"Resta, mama Lily sudah di kasih kabar?" Resta yang memang berjalan bersama Fatma di belakang langsung mengangguk.

"Sudah bunda, mama akan langsung ke jogja, sama kayak mama Salma." Fatma mengangguk dan mengelus kepala Resta.

"Berat ya ngurusin mereka?" Resta tersenyum tipis dan menggeleng.

"Gak ada yang berat bunda, kecuali kalau mereka lagi bertengkar saja." Fatma menyadari tatapan Resta pada Axel yang berjalan di sebelah Aidan.

"Bagas sama Noah gak bikin kamu repot kan?" Resta kembali menggeleng.

"Gak bunda, Bagas terlalu kalem untuk memancing keributan, sedangkan Noah, selama ada Rain dia gak akan pernah memancing keributan." Jawaban Resta membuat Fatma sadar jika putra bungsu nya percaya dan bergantung pada sosok Rain.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi bunda ya." Resta mengangguk.

Saat ini mereka sedang berada di rumah sakit antasa, menunggu Bian selesai mengurus semuanya.

"Kenapa gak tunggu di mobil?" Bian mendekati anak-anak nya yang baru saja sampai.

"Rain mau lihat ibuk." Bian mengangguk dan akan merangkul Rain saat Rain melangkah menjauh.

"Rain bisa jalan sendiri." Bian menghela nafas panjang.

"Ayo papa antar ke kamar jenazah, kalian bisa melihat ibuk sebelum kita bawa pulang ibuk." Kendra melangkah cepat menghampiri Rain yang terlihat kuat, bahkan sama sekali tidak terlihat akan roboh meskipun kondisinya sedang tidak baik.

"Nanti Kendra yang akan ikut ambulance, biar bang Rain ikut mobil bang Resta sama Bagas aja."
.
.
.
.
.
Rain hanya diam sambil menatap kosong pada jendela mobil, di sebelahnya ada Bagas yang menggenggam erat tangannya.

Rain hancur tapi tidak bisa menunjukannya di depan yang lain, terutama di depan Kendra. Rain harus tetap kuat untuk adiknya, dia harus bisa melindungi adiknya sendirian mulai sekarang.

"Rain, minum dulu sayang." Rain menatap ke arah Fatma yang baru saja menyodorkan sebotol air pada Rain.

"Rain gak haus bunda." Fatma menghela nafas pelan.

"Iya bunda tau kamu gak haus, tapi tetep minum ya? Kamu butuh tenaga buat anter ibuk ke rumah terakhirnya, katanya mau langsung di makamkan." Rain akhirnya mengangguk dan menerima botol minum itu.

"Jenazah ibuk sudah di mandikan di rumah sakit tadi Rain, jadi nanti bisa langsung di sholat kan." Rain mengangguk kecil.

"Kata mama Salma, mama Lily juga sudah datang, mereka udah nyiapin rumah di jogja seperti permintaan kamu Rain." Lagi-lagi Rain mengangguk.

"Kendra baik-baik saja kan bunda?" Fatma mengangguk.

"Iya Kendra baik-baik saja, dia ada di depan sana sama ibuk, ada Noah juga jadi kamu gak perlu khawatir." Senyum tipis terbit di wajah Rain, namun sorot mata pemuda itu tetap terlihat sayu.

"Rain gak perlu khawatir ya? Setelah ini kalau ada apa-apa Rain bisa bilang ke bunda ya, gak perlu sungkan."
.
.
.
.
.
Iring-iringan ambulance dan dua mobil di belakang nya tiba di rumah milik Rain yang sudah ramai, banyak warga yang hadir dan membantu proses pemakaman Milia.

Milia memang terkenal sebagai wanita baik dan selalu menolong sekitarnya, itulah kenapa banyak sekali yang ikut berduka atas kepergian wanita itu.

Sesuai rencana, jenazah Milia langsung di makamkan setelah di sholat kan. Rain dan Kendra terlihat begitu tegar saat melakukan proses pemakaman, tidak ada air mata bahkan keduanya masih bisa tersenyum tipis saat para tetangga mengucapkan ucapan bela sungkawa pada mereka.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang