21. Kunjungan

903 179 19
                                    


.
.
.
.
.
Ada banyak hal yang ingin Resta teriakan di hadapan wajah Bian, saat sang ayah berkunjung seperti hari ini.

Resta ingin mengungkapkan segala nya, tentang bagaimana Axel yang selalu menjahili Rain tanpa sebab hingga membuatnya selalu bertengkar dengan Kendra, tentang bagaimana si kembar yang mulai menatap tidak suka pada Axel, atau tentang luka yang di rasakan oleh saudara-saudaranya yang lain.

Ah jangan lupakan tentang Rain yang misterius, Rain dengan segala phobia nya. Resta ingin mengungkap segalanya sungguh, namun saat berhadapan dengan Bian di kamar nya dan Axel, Resta hanya bisa diam dan mengatakan jika mereka baik-baik saja.

"Kamu menjaga Axel dengan baik kan?" Ucapan Bian tersebutlah yang membuat Resta memilih menutupi segalanya.

"Kenapa hanya Axel yang papa tanya? Memang yang lain gak perlu aku jaga?" Bian menghela nafas, berhadapan dengan Resta jauh berbeda saat berhadapan dengan Rain, karena Resta akan menanyakan segala sesuatu hingga mendapat jawaban yang sesuai dan membuatnya puas, berbeda dengan Rain yang hanya akan menurut.

"Resta, kamu tau sendiri kalau Axel berbeda, dia tidak seperti adik-adik kamu yang lain." Resta mengernyit, ya dia memang mengetahui alasan sang papa memperlakukan Axel berbeda, namun hal itu tidak bisa menjadi alasan sang papa mengasingkan adik-adiknya yang lain.

"Itu yang gak aku suka dari papa, papa cuma merhatiin Axel aja. Papa lupa apa yang papa janjiin ke mereka waktu minta mereka pindah kesini?" Ucapan tegas Resta membuat Bian terdiam.

"Papa gak lupa Res, tapi papa punya alasan untuk semua itu." Resta berdecak pelan, rasanya dia ingin berteriak, mengamuk di hadapan sang papa lalu pulang ke jakarta. Namun kenyataannya semua tidak semudah itu, Resta memikirkan bagaimana Rain jika dia pulang ke rumah sang mama, siapa yang akan membantu Rain mengurus semuanya adik-adiknya.

"Kalau begitu jangan tanya aku soal menjaga Axel, karena adik ku bukan cuma Axel. Mereka semua yang disini itu adik ku pa, jadi aku akan menjaga mereka sama rata, aku tidak akan memperlakukan Axel spesial sama seperti papa memperlakukan dia." Bian terlihat tidak suka mendengar jawaban Resta.

"Resta! Tapi kamu tau kalau Axel berbeda dengan yang lain!" Resta tidak suka saat sang papa menaikan nada suaranya.

"Mereka semua berbeda pa! Tidak ada satu pun yang sama, bahkan Bagas dan Noah pun berbeda sekalipun mereka kembar." Bian memilih diam saat Resta ikut menaikan nada suara nya.

"Axel gak sekuat yang lain Resta, dia itu–"

"Ya itu karena papa terlalu memanjakan dia! Papa jadi pilih kasih sama yang lain karena memanjakan Axel! Apa papa tidak sadar kalau hal itu lah yang membuat mereka semua membenci papa?!" Bian tidak bisa lagi menjawab ucapan Resta kali ini.

"Sudah lah kalau papa masih tanya soal axel saja dan mengharapkan aku bisa memperlakukan dia seperti papa memperlakukan dia, papa gak akan dapat jawaban memuaskan dari aku."

"Aku akan menjaga semua adik-adik ku sama rata, aku akan menghukum siapa saja yang membuat kesalahan dengan sama. Aku tidak akan membiarkan mereka kembali merasakan timpang nya kasih sayang dari seorang kakak!"
.
.
.
.
.
Rain menyapa sang ayah ramah saat melihat kehadiran Bian di rumah, berbeda dengan Gala yang terlihat terkejut dengan kehadiran Bian.

Keduanya baru saja pulang dari semarang, Rain mengantar Gala ke kampus nya hari ini, dan baru pulang saat sore hari.

"Rain dari mana?" Rain duduk di hadapan Bian, sengaja menjaga jarak meskipun ada tempat kosong di sebelah sang papa.

"Ngantar Gala ke kampus pa." Bian tersenyum tipis dan mengangguk.

"Rain bisa papa ngobrol berdua sama kamu?" Rain mengernyit namun mengangguk.

GranthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang