.
.
.
.
.
Axel menatap lekat pada Aidan yang baru saja masuk kedalam kamarnya dan Resta, adik nya itu tampak bingung saat melihat barang-barang kakak nya sudah rapi.Aidan sangat tau jika Axel tidak bisa rapi dalam menyimpan barang, itulah kenapa Aidan selalu memeriksa kembali apapun yang baru saja di lakukan Axel.
"Kenapa?" Aidan menggeleng saat Axel mengeluarkan suara.
"Abang beresin barang sendiri?" Axel akhirnya menggeleng.
"Gak, di bantuin bang Resta." Aidan mengangguk paham.
"Pantes rapi, biasanya kayak kapal pecah." Axel merengut kesal saat Aidan mengatakan itu.
"Aku gak seberantakan iku yo." Aidan tertawa kecil saat mendengar gerutuan Axel.
Axel itu seperti bocah, bahkan di banding dia yang seorang bungsu, Axel itu sangat manja.
Kedua orang tua mereka memanjakan Axel, apapun yang diinginkan kakak nya itu pasti di turuti, tapi Axel juga harus membayarnya dengan nilai yang memuaskan.
Aidan tau bagaimana rapuhnya Axel setiap kali sang mama menuntut Axel untuk tetap menjadi yang pertama. Memaksa Axel untuk terus belajar, bahkan menambah les Axel saat nilai kakak nya itu menurun.
"Dan, mau peluk." Aidan yang mendengar itu langsung sigap memeluk tubuh kakak nya.
"Abang bisa bebas disini, abang bisa istirahat dan aku gak akan laporan ke mama, aku janji." Axel tersenyum saat Aidan menjanjikan hal itu.
"Makasih ya dek, sayang deh sama Aidan." Aidan tertawa kecil, dia suka saat Axel manja seperti ini padanya.
"Rain!"
Kedua kakak beradik itu terkejut saat mendengar pekikan Resta, terutama saat mendengar nama kakak kedua mereka di sebut.
"Ck, pasti si sempurna yang di bangga-banggain mama itu barulah." Aidan hanya bisa diam, dia tau jika Axel kesal setiap di banding-banding kan dengan Rain oleh sang mama.
"Bang, jangan cari masalah ya. Kalau abang sampai berantem sama bang Rain atau yang lain, aku gak akan bisa belain abang dari mama." Axel hanya berdehem tanpa menjawab pasti.
Cklek
"Axel, oh sekalian ada Aidan. Ayo keluar, disuruh bang Resta keluar, kita mau pesen makanan." Aidan mengangguk sebagai respon pada Bagas yang ada di ambang pintu.
"Iya bang Bagas, habis ini aku sama bang Axel keluar."
.
.
.
.
.
Noah menatap bingung pada Rain yang tiba-tiba masuk kedalam kamar, padahal lima belas menit sebelumnya Rain pamit untuk untuk membantu Kendra."Bang Rain kenapa?" Noah semakin bingung saat melihat Rain sedikit terkejut karena suaranya.
"Gak papa." Noah mengangguk dan tidak lagi bertanya, karena dia tau Rain pasti tidak nyaman.
"Bang, Bagas bilang kita di minta ke bawah sama bang Resta, mau pesen makanan." Rain tersenyum tipis pada Noah.
"Kamu duluan aja, nanti aku nyusul." Noah kembali mengangguk dan beranjak bangkit dari ranjang nya.
"Kalau gitu gue keluar dulu bang." Rain hanya mengangguk.
Rain menatap lekat pada Noah yang baru saja keluar dari kamar mereka dengan membawa ponselnya. Rain bersyukur Noah tidak bertanya terlalu banyak, karena Rain tidak dapat menjamin dia bisa menjawab semuanya.
Rain mengepalkan tangannya erat, berusaha menahan gemetar dan keinginannya untuk melakukan kebiasaannya saat trauma nya muncul.
"Jangan Rain, jangan lakukan disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grantha
Fiksi PenggemarKita memang beda ibu tetapi satu ayah. Beda sifat dan beda karakter juga, mungkin masa lalu kita ada yang kelam ada juga yang bahagia. Atas dasar perintah dari Ayah kami semua dipertemukan di kota Solo yang indah. Mungkin diantara kami ada yang meny...