Mari berkenalan dengan Mas mas Jawa, tingi 180, dewasa, sopan, wangi, manis, pinter, royal, sabar, penyayang, kalo dipanggil jawabnya "dalem sayang" atau "dalem dek"
Namanya Sultan Candra Wardhana, Mas mas yang bikin meleleh pas pake kemeja batik dan senyum sampe lesung pipinya kelihatan.
Tubuh tegap berbalut kemeja batik dan celana bahan itu baru saja keluar dari ruangan seminar, siang ini ia menjadi salah satu pembicara dalam seminar yang diadakan oleh prodinya. Sultan menatap jam yang menghiasi pergelangan tangannya, hampir saja berdecak karena sudah telat menjeput seseorang dari jam yang pria itu janjikan.
Pria itu segera menuju salah satu kampus yang berada di kota Pelajar itu. Ketika sampai di depan kampus, seorang wanita dengan potongan rambut sebahu melambaikan tangannya. Wanita itu tersenyum, membenarkan tote bag di bahunya yang sedikit melorot lalu berlari kecil menghampiri si pria.
"Maaf, udah nunggu lama ya?" tanya pria itu sembari menyodorkan helm pada si wanita.
"Aku juga baru kelar bimbingan kok Mas. Mas Sultan udah makan?"
"Saya belum makan, ini langsung cari makan aja ya? Kamu pengen makan apa?"
"Kalo makan di Waroeng Yanto aja gimana Mas? Mau engga?" tanya Isyana yang sudah naik di boncengan motor milik Sultan.
"Boleh, habis itu kita cati tempat buat kerjain revisian kamu."
Isyana menepuk bahu Sultan, "kok tau sih kalo dosbing aku minta revisi lagi?"
Sultan tertawa, "habisnya muka kamu tadi ditekuk begitu, sebelum liat saya."
Memang sebelum melihat kedatangan Sultan, Isyana lemas ketika mengetahui skripsinya kembali harus direvisi lagi. Tugas akhir ini bukan hanya menguras otaknya tetapi juga emosinya. Dirinya merutuki mengapa harus mendapatkan pembimbing yang seperti ini. Entah dirinyalah yang terlalu bodoh atau bagaimana.
o0o
Setelah makan siang di Waroeng Yanto yang terletak di jalan Kaliurang, Sultan dan Isyana memutuskan untuk mengunjungi salah satu toko buku yang tidak terlalu jauh dari sana. Toko buku itu terletak agak masuk ke dalam gang gang kecil, yang Isyana sukai dari toko buku ini terdapat perpustakaan juga dan terpatnya sangat syahdu dan nyaman. Nama toko buku itu adalah Buku Akik.
Isyana sedang membaca sinopsis salah satu buku yang masih tersegel ketika Sultan menghampirinya dan berdiri di belakangnya. Wanita itu terkejut dengan kedatangan Sultan yang tiba tiba, apalagi jarak mereka yang terlalu dekat.
"Mau beli itu?"
"Engga deh Mas, buku yang kemarin aku beli aja belum sempet aku buka plastiknya. Besok besok aja."
"Kan sekalian, mumpung lagi di sini."
"Lain kali aja, lagian ini tersedia di Gramedia juga. Gampang kalo mau nyari lagi." bisik Isyana pelan agar tidak terdengar pegawai toko buku itu.
Sultan tersenyum, menampakkan lesung pipinya. Tanpa sadar tangan pria itu sudah mengacak acak rambut Isyana, seperti biasa itu dilakukan ketika pria itu gemas. Pria itu pun beralih ke bagian buku buku filsafat, meninggalkan Isyana.
Isyana bersandar pada rak, mengamati Sultan yang tengah fokus melihat-lihat buku filsafat. Tanpa sadar wanita itu menggigit bibirnya, untuk pertama kalinya ia jalan dengan lawan jenis ke toko buku. Tak bisa wanita itu pungkiri, Sultan memang pria yang berbeda dari mantan mantannya dahulu.
Ketika wanita itu berpikir pacaran membuang buang waktu karena menguras perasaan dan waktunya, Sultan hadir mencoba menarik perhatiannya dengan cara cara yang tidak Isyana sangka. Dengan Sultan, wanita itu tidak merasa membuang-buang waktu, ketika bersama pria itu selalu ada hal baru yang ia ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETTER THAN WORDS (END)
RomanceMari berkenalan dengan Mas mas Jawa, tinggi 180, dewasa, sopan, wangi, manis, pinter, royal, sabar, penyayang, kalo dipanggil jawabnya "dalem sayang" atau "dalem dek" Namanya Sultan Candra Wardhana, Mas mas yang bikin meleleh pas pake kemeja batik d...