18

19.3K 1K 18
                                    

Haii, maaf yaa kemarin engga bisa update

Jadi sekarang aja updatenya

Selamat membaca :)



Isyana memperhatikan interaksi antara Gea dan Agni, anak sambungnya. Bukan maksudnya menguping, tapi wanita itu tidak sengaja lewat ketika Gea sedang duduk lesehan lantai dua Heaven Bakery cabang keduanya yang baru saja dibuka.

"Agni bahagia engga jadi anak Mama?"

"Bahagia."

"Agni happy engga jadi anak Mama?"

"Happy!"

"Sebenernya Mama takut kalo Agni engga bahagia jadi anak Mama. Soalnya kalo Agni sedih nanti Mama juga sedih. Apa Agni mau ganti Mama aja?"

"ENGGA MAU!"

"Kenapa?"

"Agni udah sayang Mama."

"Uhh udah sayang yaa. Mama minta maaf yaa kalo Mama belum jadi Mama yang baik buat Agni. Mama juga minta maaf yaa kalo Mama kadang masih suka marah marah."

"Iyaa."

"Nanti kalo Agni udah besar, Agni bakal masih sayang Mama engga?"

"Sayang dong. Agni sayang Mama sama Daddy sampai nanti Mama jalannya pakai tongkat, Agni sama Abi bakal sayang sama Mama."

Agni beranjak dari duduknya dan memeluk mamanya itu. Mengapa suasananya menjadi mellow seperti ini. Isyana pun tanpa sadar matanya sudah berkaca kaca melihat interaksi ibu dan anak itu.

Arga dan Lingga yang baru saja pulang dari sholat jumat naik ke lantai dua. Kakak dan suami dari bosnya itu memang tadi ikut membantu pembukaan cabang Heaven Bakery. Arga yang seorang dokter forensik, rasa rasanya lebih sering menghabiskan waktu di bakery milik adiknnya itu dari pada di rumahnya sendiri.

"Isyana ngapain berdiri di sini sendirian?" tanya Arga yang setelah diperhatikan mirip Refal Hady.

"Hah ini mau lapor ke Bu Bos kalo kursi dan meja tambahan yang dipesan udah mau otw dikirim. Bentar lagi sampai paling."

"Loh ini kenapa pada pelukan kayak teletubbies?" tanya Lingga yang melihat istri dan anaknya sedang berpelukan.

"Om Argaaa, beli Kinderjoy yuk!" ajak Agni yang senang melihat kedatangan Om yang biasa dipelorotinya Kinderjoy.

"Ini ada bapaknya, kok kayaknya gue terus yang dipelorotin Kindeyjoy." Gerutu Arga, meskipun pria itu tidak pernah bisa menolak keinginan keponakannya itu. "Nanti habis Agni makan, emang udah makan siang?"

"Udah dong Ommm!"

Gadis kecil itu berlari menghampiri om nya, lalu menyeret tangan Arga untuk turun dan segera menuju minimarket terdekat.

"Isyana udah masuk aja?" tanya Lingga yang mengetahui karyawan istrinya itu baru saja melangsungkan pernikahan.

"Tau tuh, padahal udah aku tawarin sekalian ambil cuti yang agak lama. Tapi nolak, emang engga mau honeymoon?" tanya Gea jahil, lagi pula karyawannya itu hanya menggunakan hari liburnya dan cuti satu hari. Setelah itu kembali masuk seperti biasa.

"Suami masih sibuk, mungkin bulan depan Mbak." Gea memang tidak mau dipanggil 'Bu' karena tidak ingin kelihatan tua.

"Dosen yaa?"

"Iya Pak," memang terlihat jomplang, Lingga dipanggil 'Pak' karena auranya yang dosen banget, jadi karyawan di sini segan pada suami bos nya yang berprosesi sebagai dosen itu.

Ketika melihat keluarga Gea dan Lingga membuat wanita itu tersenyum. Rumah tangga mereka tampak hangat dan bahagia. Meskipun terlihat dingin, Lingga selalu lembut pada istri dan anak anaknya. Gea pun menerima Agni sebagai anak tirinya, menyayangi gadis kecil itu seperti anaknya sendiri.

BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang