28

11.7K 903 90
                                    

Okee Mas Sultan asli engga ada ngode ngode kalo dia baca cerita ini (atau malah aku yg engga bisa nangkep kodenya😭)

Yaaa udah anggep aja dia engga tau yaa, tetep stay cool aja wkwk

Katanya menulis dan menggambar itu bisa menjadi art therapy, aku sudah mencoba keduanya

Tapi baru kali ini menulis bukannya semakin lega, tapi malah semakin resahhh

Mari segera kita selesaikan cerita ini, biar engga terus dibayang bayangi perasaan resah








Sesampainya Isyana dan Sultan di rumah, mereka disambut oleh ayah, ibu, dan gadis remaja yang duduk di ruang tamu. Wajah tegang ibu membuat tubuh Sultan menjadi tegang pula. Ia sadar ada yang tidak beres.

Wajah Sultan mengeras ketika Ayah memberitahukan kebenaran mengenai gadis remaja yang kini telah masuk ke dalam kamar ramu rumah itu. Isyana memegang lembut tangan suaminya yang mengepal, lalu menyusupkan jemarinya di antara jemari Sultan.

Refleks pria itu mengendurkan kepalan tangannya. Sultan membuang napas kasar ketika melihat ayahnya yang sedang menjelaskan rencananya.

"Rencana Ayah engga akan berhasil. Sampai kapan mau menyembunyikan anak itu?" timpal Sultan.

"Lalu bagaimana? Suami Neena sedang mencalonkan diri jadi walikota. Apalagi dia baru saja kehilangan Mamanya, Neena pasti tidak akan menerima anak itu."

"Lalu Ayah mau mengirim anak itu keluar negeri? Yang artinya sama saja dengan membuangnya? Demi Tuhan, dia masih kecil dan harus mendapatkan penolakan dari keluarganya sendiri!"

"Ibu setuju, jangan kirim ke luar negeri. Biar Ibu yang rawat dia di sini."

Bukannya perdebatan itu mendapatkan jalan tengah, nyatanya solusi yang baru saja di ungkapkan oleh Ibu Sultan membuat suami dan anaknya memprotes karena tidak setuju.

"Bu, itu akan memperumit semuanya. Kak Neena bakal ngira yang engga engga. Dia akan semakin murka kalo tau Ibu yang merawatnya."

Suasana pagi itu terasa tegang, Isyana berharap gadis remaja itu tidak mendengar perdebatan mengenai dirinya. Pasti perasaannya akan hancur ketika keluarga ayah dan ibunya tidak meginginkannya.

"Lalu kamu tega membiarkan anak remaja itu tinggal sendirian di luar negeri? Dia baru saja kehilangan ayahnya, ditolak oleh keluarganya, dan tidak pernah melihat ibunya sendiri sejak dia lahir?"

Awalnya wanita paruh baya itu berpikiran yang tidak tidak ketika suaminya membawa gadis remaja ke rumah mereka pagi itu. Begitu pula dengan Sultan. Mereka awalnya berburuk sangka jika mungkin gadis itu merupakan anak ayahnya dari wanita lain.

Namun ternyata prasangka mereka salah. Gadis remaja itu tampak polos dan memiliki badan yang sangat kurus. Ia yakin anaknya pun merasa bersimpati dengan gadis yang telah melewati banyak hal sulit itu.

"Benar kata Sultan, jika dia tinggal di sini hanya akan memperkeruh suasana. Neena pasti akan semakin membenci kalian." Ayah setuju dengan perkataan putranya.

Sedari tadi Isyana hanya duduk di sebelah suaminya, wanita itu tidak berani untuk ikut campur. Dirinya pun masih terkejut mendengar kisah hidup Anya, gadis remaja 16 tahun yang di bawa ayah mertuanya.

"Sementara biar Anya tinggal di sini. Ayah juga masih ngurus tujuh harian almarhumah Mama Neena. Nanti kita bicarakan ini lagi." putus ibu yang langsung disetujui suaminya.



o0o




"Memang dulu Kak Neena sama Mamanya tinggal di luar negeri lama?" tanya Isyana yang penasaran setelah masuk ke dalam kamar bersama suaminya.

"Seingat Mas sejak SMA sampai kuliah. Memang terkesan tiba tiba, Ayah sendiri juga kaget dan awalnya tidak setuju. Pada saat itu memang ayah lagi sibuk sibuknya dengan bisnisnya."

"Tadi aku ngerasa Ayah sedih banget waktu cerita masa kecil anaknya."

"Mungkin Ayah merasa bersalah karena tidak bisa manjaga anak perempuannya. Kak Neena baru lulus SMP, umurnya masih 15 tahun. Dan di usia belia harus hamil dan melahirkan seperti itu."

"Hmm, jadi habis lahir langsung di kasih ke keluarga cowoknya? Kenapa Ayah engga diberi tahu?"

"Kamu tahu keadaannya, persaingan antar istri ketat. Bahkan anak anak dibentuk sedemikian rupa agar lebih unggul dari anak lainnya."

"Engga bayangin gimana kalo sampai Kak Neena ketemu sama Anya. Lagian emang kamu tega lihat anak sekecil Anya tinggal di luar negeri sendiri?"

"Tinggalnya kan di asrama sekolah. Lagian Ayah engga bakal ninggalin dia sendirian, pasti ada orang kepercayaannya yang menjaganya."

"Tapi Anya bakal ngerasa sedih banget Mas, udah yatim, engga pernah ketemu ibunya sejak kecil, keluarga dari ayahnya ngirim dia ke sini karena engga mau ngerawat, ehh sampai sini malah di kirim ke luar negeri."

"Kalo dia tinggal di sini, sebenarnya Mas engga keberatan sama sekali. Tapi mengingat bagaimana watak Kak Neena, jika dia sampai tahu semuanya akan runyam. Bisa jadi dia bakal ngira kita rawat Anya, karena ada maunya. Ibu juga bisa semakin dibenci sama saudara lain."

Isyana mencebikkan bibirnya, merasa kasian dengan Anya yang harus terlibat dengan kerumitan keluarga ini.

"Ini kenapa mulutnya begini?" goda Sultan yang tiba tiba gemas melihat istrinya yang sedang mencebikkan bibirnya.

Pria itu mencuri satu ciuman.

"Ckk, lagi serius lho ini. Malah cium cium." wajah Isyana mengkerut protes.

"Udah nanti dibahas lagi," Sultan duduk mepet dengan istrinya lalu merengkuh tubuh wanita itu.

"Idiihhh, peluk peluk! Keringetan, abis main bulu tangkis lho tadi!"

Seketika Isyana teringat kejadian saat di lapangan, apalagi mengenai Dea yang membuatnya panas.

"Biasanya kamu aja kalo tidur aja suka ngendusin ketek Mas."

"Mana ada! Ngarang yaa."

"Beneran, akhir akhir ini kamu kalo tidur ndusel di ketek."

Isyana menatap Sultan dengan mata menyipit, tidak percaya dengan tuduhan suaminya itu.

"Kamu mana sadar, kan lagi tidur. Nanti malem deh Mas videoin waktu kamu ndusel ketek."

"Engga bakal, orang nanti malem aku mau tidur sama Ibu aja!"

Okey ide tadi sebenarnya spontan Isyana katakan, mana berani pula dirinya minta tidur dengan ibu mertuanya. Tapi wanita itu juga terlanjur sebal dengan Sultan ketika mengingat Dea dan bagaimana wanita itu menatap suaminya!

"Loh emang kamu mau ganggu Ibu sama Ayah temu kangen?" goda Sultan.

Nah kan, Isyana baru ingat jika ayah mertuanya sedang berada di sini. Dari pada meladeni suaminya lebih baik Isyana mandi, untuk mendinginkan otaknya.

"Ngapain ikutan masuk!?" tanya Isyana geram ketika Sultan turut masuk ke dalam kamar mandi.

"Mandi bareng."

Astaga nagaaa.

"Ini di rumah Ibu loh Mas, engga usah macem macem."

"Kenapa memang? Orang macem macem juga sama istri sendiri." Sultan sudah melepas kaos yang dikenakannya. Bukannya Isyana kepedean, tapi mandi bareng dikamus mereka pasti akan berakhir dengan kegiatan lainnya. Isyana tidak ingin suara suara mereka saat bercocok tanam terdengar mertuanya.

"Nanti kedengeran Ibu sama Ayah, malu ahh. Udah sana keluar."

"Mereka pasti memaklumi, pengantin baru."

"Pengantin baru apaan, orang nikah udah berbulan bulan kok!"










50 comment, langsung aku up part selanjutnya malam ini 

Wkwk💃

BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang