29

11.9K 872 15
                                    

Kalian Luarrrr Biasa!!!

Yukk ramaikan comment lagi

Kali aja tubuh yang mulai renta ini kuat begadang untuk ngetik dan besok update lagi

Terima kasih atas semua antusiasme kalian

Sayang kalian banyak banyakkk

Boleh dong follow tiktok aku



Boleh dong follow tiktok aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Setelah menghabiskan hampir satu jam di dalam kamar mandi, saat ini pasangan suami istri itu sedang bergelung malas di ranjang. Seakan akan lupa jika sebelumnya Isyana ingin merajuk dan menolak ajakan Sultan bercinta di rumah mertuanya.

"Seumpama aku dulu engga mau langsung nikah gimana?" tanya Isyana tiba tiba.

"Ya Mas tunggu."

"Yakinn?" Isyana skeptis dengan jawaban suaminya.

"Beneran sayang." Sultan mengeratkan pelukannya, gemas.

Tapi Isyana tidak begitu saja percaya. Bisa jadi Sultan menjawab seperti itu, karena baru saja mendapatkan jatah bercocok tanam kannn?

Sekarang Isyana curiga, jika dulu tidak menerima ajakan Sultan menikah, pria itu akan memilih Dea sebagai istrinya. Mengingat Dea lebih dewasa dan sepertinya lebih paham agama. Cocok sekali kan dengan Sultan. Memikirkan itu, Isyana jadi kesal sendiri.

"Kenapa harus nungguin aku?"

"Kenapa engga? Jika memang berkualitas." Sultan mengecup gemas puncuk kepala Isyana, sedangkan wanita itu menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Kok bisa tahu kalo berkualitas?"

"Walaupun masih muda, tapi wawasannya luas dan dalam."

"Haha...kok bisa tau?" pasti suaminya itu hanya gombal semata, tapi tetap saja jawaban itu membuat wajahnya memerah.

"Ya, saat diskusi kamu bisa membaca konteks, tau apa maksud di belakang ucapan Mas, skeptis dan analogi yang digunakan juga tepat."

"Jujur sebenernya aku tuh butuh bener bener fokus kalo lagi balas chat dari Mas dulu. Ngelewatin satu kata aja kayaknya artinya udah beda. Chattingan sama Mas berasa chating sama dosen."

Sepertinya Isyana lupa jika suaminya memanglah dosen.

"Kayak lagi pendadaran aja ya dulu. Bercandanya serius terus."

"Nahhh, aku dulu kan jadi bingung. Sebenernya Mas itu lagi bercanda apa serius. Kalo bercanda kok topiknya serius, kalo serius kok dikemas dengan gaya bahasa yang bercanda."

Sultan menyemburkan tawanya, "tapi sekarang kamu udah engga bingung lagi kan? Mas dari dulu serius sama kamu, tapi takut kamu kabur kalo pendekatannya terlalu cepat. Tapi akhirnya kita bisa bersama. Kadang Mas ngira kamu dulu engga tertarik sama Mas, habis kamu terkesan dingin, dry text. Ehh taunyaa,"

BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang