26

15.7K 1K 13
                                    




"Ibu senang Mas memilih Isyana jadi istri." ujar Ibu Sultan ketika mereka berdua sedang duduk berdua di dapur menikmati teh dan kopi di pagi hari.

"Memang kenapa Bu?"

"Dia perhatian sekali. Semalam Isyana yang rawat Ibu, bahkan pijitin kaki Ibu. Dia engga masalah pijetin kaki Ibu."

Ibu tersenyum mengingat bagaimana perhatiannya menantunya itu. Mungkin awalnya wanita itu sedikit ragu ketika Sultan memutuskan menikah dengan wanita yang masih sangat muda. Ia takut jika Isyana masih belum dewasa, apalagi kebanyakan wanita muda masih ingin bebas.

Namun ternyata ia salah, Isyana sangat perhatian dan meskipun usia nya termasuk masih muda akan tetapi memiliki pemikiran yang dewasa. Ia senang jika putra satu satunya itu mendapatkan pasangan yang tepat.

Sultan pun senang mendengar semua itu, pria itu sangat bersyukur ternyata Isyana bukan hanya perhatian dengan dirinya tetapi juga dengan ibunya. Ketika di luar sana banyak menantu yang mungkin berkonflik dengan mertuanya, tetapi Isyana berbeda. Isyana bukan hanya berpura pura baik, karena Sultan dapat melihat itu semua. Wanita itu perhatian dan juga tulus terhadap ibunya.

"Ini Isyana kemana Bu?" setelah lari keliling kompleks setelah subuh tadi, Sultan belum bertemu Istrinya. Namun setelah lari, di meja sudah disiapkan sarapan dan juga kopinya.

"Baru engga liat sebentar aja udah Mas cariin yaa. Emang engga bisa jauh jauh dari istrinya," goda Ibu sembari geleng geleng kepala melihat anaknya yang bucin dengan istrinya.

Sultan pun tersenyum malu, mau bagaimana lagi memang yang dikatakan ibunya memang benar.

"Tadi subuh dia udah ke dapur, masak. Sekarang lagi di kebun belakang sama Bibi, suka kayaknya dia berkebun begitu."

"Iya di apartemen Isyana engga bisa berkebun. Tapi di balkon sekarang ada tanaman hias. Malah kemarin karena harga cabe tiba tiba melonjak naik, dia niatnya mau nanem cabai di balkon."

Sultan tertawa mengingat ide istrinya yang kemarin mengeluh harga kebutuhan pokok tiba tiba melonjak. Mungkin jika mereka memiliki pekarangan, wanita itu akan menanam cabai dan sayur mayur sendiri.

Sedangkan di kebun belakang Isyana sedang sibuk bersama dengan asisten rumah tangga. Wanita itu tengah sibuk memetik tomat hasil dari menanam sendiri dan juga beberapa buah delima dan belimbing wuluh.

Sultan muncul dari pintu belakang rumah, mengawasi istrinya yang tengah asik memanen buah dan sayur milik Ibunya. Keranjang yang dibawa wanita itu telah penuh dengan hasil panen. Semua itu tidak akan ibunya masak sendiri, biasanya ibu akan membagikan hasil panen pada tetangga.

"Dapet banyak panennya?"

Isyana dikejutkan oleh kedatangan suaminya yang masih mengenakan kaos dan celana training. Mata pria itu menatap keranjang yang sudah penuh.

"Baru tahu kalo kebun Ibu lengkap sayuran sama buahnya. Seger dan besar besar lagi sayurannya"

"Saya ke dalem dulu ya Mbak Mas." Bu Ning asisten rumah tangga Ibunya itu memilih masuk ke dalam rumah dan membawa sebagian hasil panen mereka pagi ini.

"Ehh pepayanya mau sekalian dipetik engga Bu Ning?" tanya Isyana, mereka tadinya berniat untuk memetik pepaya tapi karena pohonnya terlalu tinggi mereka kesulitan.

"Sekalian aja. Mas Sultan minta tolong ya," pinta Bu Ning.

"Iya Bu."

Isyana melanjutkan memetik tomat yang sudah merah merona, dalam satu pohon berbuah sangat banyak. Sedangkan Sultan memetik pepaya yang juga sudah matang. Pria itu memetik dengan mudahnya, tanpa kesulitan yang berarti.

BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang