Isyana menangis ketika wanita itu melihat layar ponselnya. Sultan yang menangkap bahu istrinya yang bergetar dan terisak pun langsung menghampiri Isyana yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
Saat Sultan berdiri di depan Isyana, wanita itu langsung memeluk dan menyembunyikan wajahnya di perut suaminya. Tangisnya semakin kencang, Sultan yang masih bingung pun menahan diri untuk tidak langsung mencecar wanita itu dengan pertanyaan.
"Kenapa sayang?" tanya Sultan lembut ketika tangis Isyana berhenti, hanya tersisa isak saja.
Sultan membelai rambut Isyana yang masih betah menyembunyikan wajahnya di perut Sultan. Bahkan tangan wanita itu masih memeluknya erat.
"Kasian, ini."
Isyana menyerahkan ponselnya ke Sultan. Sebuah video seorang anak yang sedang dirawat di Palestina. Anak perempuan itu tampak polos, terdapat beberapa luka di tubuhnya. Tatapan mata bulat dengan bulu mata lentik itu memang terasa menyayat hatinya. Selanjutnya berputar lagi video mengenai beberapa anak anak korban perang lainnya, membuat perasaannya terkoyak.
"Sultan! Isyana kamu apain sampai begitu!" Ibu yang baru saja keluar dari kamarnya terkejut menemukan mata menantunya sembab, habis menangis.
"Ini Ma, habis liat video."
"Beneran. Bukan kamu apa apain? Awas yaa kalo mantu Ibu dibikin nangis begitu!" Ibu memperingati Sultan.
"Ibu mau kemana?" tanya Sultan melihat ibunya tampak rapi menggunakan jilbab dan membawa dompetnya.
"Ke pasar, ayah nanti pulang."
"Ya udah, yuk Sultan anterin Ibu."
"Kamu katanya mau main bulu tangkis sama temenmu Mas. Lama engga ketemu mereka juga, Ibu bisa pesen taksi aja nanti."
"Sama Isyana aja Bu," wanita itu menghapus jejak air matanya.
"Kamu kan belum tahu jalanan sini. Mobil di rumah adanya yang manual." akhir akhir ini memang Sultan mengajari Isyana menyetir, tapi pria itu was was jika tidak mengawasi secara langsung apalagi Isyana belum tahu jalanan di sini.
"Ya udah naik taksi aja. Bentar ya Bu, Isyana ganti baju dulu." Isyana langsung menuju ke kamar dan mengganti pakaiannya.
"Mas anterin aja ya Bu. Nanti kalo belanjaannya banyak kan repot dan berat juga." Sultan masih tidak tega membiarkan Ibu dan istrinya ke pasar tanpa dirinya.
"Bukan belanja bulanan, cuma mau beli stock seafood sama sayuran dikit. Udah sana ke lapangan, udah pada ngumpul di sana pasti."
o0o
Setelah pulang dari pasar Isyana menyusul Sultan ke lapangan bulu tangkis yang berada di komplek rumah. Ibu mertuanya yang memberitahukan letaknya tadi. Saat memasuki area lapangan, Isyana melihat Sultan yang tengah bertanding dengan teman prianya. Tubuh pria itu sudah basah oleh keringat, mungkin juga karena hari yang mulai terik.Isyana membawakan air putih, karena takut suaminya itu akan kehausan. Di pinggir lapangan terdapat gerombolan wanita yang menyaksikan pertandingan bulu tangkis pagi tiu. Tanpa sengaja Isyana mendengar percakapan antara para perempuan yang sedikit berbisik bisik itu.
"Katanya Sultan udah nikah yaa? Cantik engga istrinya?" tanya satu wanita yang menggunakan kaos berwarna pink yang menyilaukan mata.
"Engga ikutan ke sini?" wanita dengan rambut ekor kuda yang sedang melakukan pemanasan ikut nimbrung.
"Engga kayaknya, tapi lihat di instagram Sultan biasa aja istrinya. Engga cantik cantik amat. Heran kok mau gitu si Sultan." wanita lainnya menyahut, wajahnya tampak berkerut dan tidak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETTER THAN WORDS (END)
RomansaMari berkenalan dengan Mas mas Jawa, tinggi 180, dewasa, sopan, wangi, manis, pinter, royal, sabar, penyayang, kalo dipanggil jawabnya "dalem sayang" atau "dalem dek" Namanya Sultan Candra Wardhana, Mas mas yang bikin meleleh pas pake kemeja batik d...