37

12.2K 856 39
                                    

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 




Setelah melewati Sabtu sore yang panjang dengan membakar kalori bersama ala Isyana. Pasangan suami istri itu berbaring berhadapan setelah mendapatkan klimaks bersamaan. Sultan menyusuri alis Isyana yang terpahat rapi meskipun tidak menggunakan pensil alis.

“Kamu punya karakter yang kuat, cenderung analitis dan sangat jeli.” ujar Sultan tiba tiba.

“Dilihat dari mananya Mas?”

“Dilihat dari tulang dibagian alis lebih menonjol, katanya punya karakter yang kuat.” Sultan merapikan rambut rambut nakal yang menutupi wajah istrinya.

Isyana sontak tertawa, “Wahh baru tau ternyata Mas belajar fisiognomi yaaa.”

Sultan menghendikkan bahunya, “pernah baca di buku psikologi atau filsafat deh kayaknya. Lupa dari mana bacanya.”

“Besok aku belajar juga deh, selama ini belum pernah belajar menilai orang dengan cara kayak gitu.” tambah Isyana yang menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan suaminya.

“Ditambah bentuk wajah kita yang hampir sama, katanya wajah kayak gini pendiriannya agak keras.”

“Hmm tapi berarti ilmu ini akan kurang akurat apabila digunakan untuk menilai orang orang yang melakukan botox, tanam benang, dan oplas yaaa.”

Sontak Sultan menyemburkan tawanya. Benar juga apa yang dikatakan istrinya itu. Tapi kalimat polos Isyana begitu menggelitik sehingga Sultan sulit menghentikan tawanya.

“Nahh jangan jangan Mas selama ini menilai cewek pakai ilmu ini, hati hati yaaa, ntar kurang tepat analisisnya.”

“Saya menilai dari kertas jawaban ujiannya. Masak cuma dari karakter wajahnya aja.”

Maksud dari perkataan Sultan adalah, dirinya sebagai dosen tentu menilai sesuatu dari kertas hasil ujiannya. Alias dari isi otak dan pemikiran pemikirannya.

“Ihh pantes dulu waktu sebelum nikah kalo topik obrolannya berat berat banget, berasa dikasih ujian lisan. Jadi selama ini aku diuji?”

Sultan tertawa, tidak dapat dipungkiri dulu memang dirinya terkesan selalu memberikan pertanyaan pertanyaan yang memantik diskusi topik pendidikan, politik, ekonomi, hingga budaya.

“Nahh kan akhirnya kamu lulus.”

Mata Isyana menyipit, memandang suaminya dengan cemberut. Berat sekali yaa mau jadi istri Sultan, harus lolos ujian tes begituan.

“Kuliah aja lulus dapat gelar, aku lulus ujian kamu dapet apa?”

“Dapat gelar istri, dan dapat Mas untuk menemani dan mencintai kamu hingga napas terakhir.”

“Dihhh gombal!”

Isyana tidak pernah bercita cita untuk menikah muda. Awalnya wanita itu sedikit ragu dengan keputusannya menikah setelah lulus kuliah. Rencananya dulu setelah lulus ia ingin bekerja beberapa tahun terlebih dahulu sebelum menikah.

Namun kehadiran Sultan dan lamaran pria itu membuat Isyana memikirkan kembali rencana hidupnya. Ia merombak dan menyusun kembali rencana jangka pendek hingga jangka panjangnya. Dengan Sultan ia mulai yakin untuk menikah, mungkin apabila pria  lain yang mengajak Isyana langsung menolaknya mentah mentah.

“Mas pengen jalan jalan deh. Kemana gitu. Perasaan setelah nikah kita malah jarang jalan, main kemana gitu. Padahal dulu sebelum nikah malah sering ke toko buku bareng, ke tempat tempat wisata. Udah nikah malah cuma dikekepin di apartemen aja!” gerutu Isyana yang mulai bosan di hari liburnya.

Sultan tertawa, mau bagaimana lagi berpelukan dengan istrinya di apartemen seperti ini memang lebih menyenangkan.

“Ya udah, besok minggu kita jalan jalan yaa. Mau ke mana?”

Isyana tampak berpikir mereka hanya punya satu hari untuk jalan jalan, tapi Isyana bosan jika cuma jalan di dalam kota.

“Kalo ke Solo gimana? Kemarin waktu ke Solo sama Bos, cuma sempet makan siang di Pracima Tuin. Pengen menjelajah di sana, naik krl aja, pagi berangkat sorenya pulang.”

“Kalo krl pasti desak desakan, apalagi hari minggu. Kasian kamu kalo engga dapet tempat duduk. Kita naik mobil aja, nginep semalam di sana, Senin paginya kita berangkat dari sana.”

“Asikkk!” Isyana bersorak senang lalu memeluk suaminya, sudah lama mereka tidak liburan berdua saja.

“Sebentar kita pesen hotelnya dulu, mau nginep di mana? Destinasi kunjungannya mau kemana aja? Mas bikinin run down nya, biar maksimal liburannya.”

Isyana terperangah.

Ia tidak salah dengar kan? Suaminya tadi baru saja mengatakan akan membuat run down?

Nahh Isyana memang tidak salah pilih suami. Liburan singkat seperti ini aja Sultan membuat run down. Apalagi untuk masa depan mereka, pria itu sudah menyusun rencana jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang. Hidup pria itu memang sangat terencana.

 

BTW mengenai baca karakter dari bentuk wajah itu benar benar diucapkan Mas Sultan Asli baru aja.

Dan aku jawab dengan, “Hmm tapi berarti ilmu ini akan kurang akurat apabila digunakan untuk menilai orang orang yang melakukan botox, tanam benang, dan oplas yaaa.”

Aku kurang paham apakah benar benar akurat baca karakter melalui struktur wajah. Pernah baca artikel sekilas, tapi yaa kurang yakinn

Yukk jangan lupa vote & ramaikan kolom komentar

BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang