19

16.7K 983 14
                                    

Sebenernya uji nyali update dua cerita bergantian begini 😭

Kadang ide mampet, tapi harus tetap nulis

Makannya setiap comment dan vote kalian itu sangat amat  berarti, bikin tambah semangat nulisnya ❤

17+


Isyana dan Sultan yang masih pengantin baru rasanya tidak rela jika harus berjauhan, meskipun hanya untuk beberapa hari ke depan. Isyana masih bergelung manja di pelukan Sultan setelah pria itu menunaikan ibadah sholat subuh. Isyana yang biasanya memilih bangun agak siangan ketika sedang kedatangan tamu bulanan, pagi ini dirinya langsung terbangun ketika Sultan beranjak dari ranjang mereka.

Selama Sultan sholat pun Isyana memperhatikan suaminya itu. Semua barang barang Sultan sudah dirinya siapkan sejak semalam, begitu juga peralatan mandi dan perintilan lainnya. Sultan pun tertawa kecil melihat istrinya yang pagi ini lebih manja dari pada biasanya.

"Ini wajahnya kenapa cemberut terus sih?" tanya Sultan mengecup puncak hidung istrinya.

Bibir Isyana mencebik, wanita itu menyembunyikan wajahnya di dada suaminya. Sedih sekali dirinya harus tidur sendirian tiga hari ke depan. Tidak ada yang memeluknya dan mengelus kepalanya sebelum tidur. Biasanya Sultan akan mengelus rambutnya, hingga Isyana jatuh tertidur.

"Kenapa berangkatnya naik pesawat, baliknya naik kereta?"

"Berangkatnya sama dosen dosen senior, kasian kalo harus naik kereta berjam jam. Udah sepuh. Kalau baliknya saya duluan, jadi lebih milih naik kereta malam. Kalau yang senior hampir seminggu di Jakarta."

"Berarti Mas sampai Jogja keretanya pagi?"

"Jam empat kalau engga salah. Siangnya terus ke kampus ngajar."

"Masak langsung ngajar? Emang engga libur?"

"Udah mau UAS, sedangkan masih ada materi yang belum selesai."

"Tapi kan nanti pasti kecapekan Mas."

"Cuma ngisi dua kelas, kasian anak anak kalo nanti saya engga berangkat. Materinya lumayan susah soalnya."

"Ihh bisa jadi itu mahasiswanya pada seneng malahan kalau kosong kelasnya." Isyana menyemburkan tawanya, mengingat masa masa kuliahnya yang senang jika kelas kosong, asal pembertahuannya tidak dadakan seperti tahu bulat.

"Itu mah kamu yang seneng kalo dosennya engga dateng." Sultan mencubit hidung istrinya gemas. "lagian kalau saya engga ngajar nanti kan pasti ada kelas pengganti juga, takutnya jadwal nya bakal tabrakan."

"Jangan lupa vitaminnya diminum yaa, jangan kecapekan. Terus makan teratur, jangan makan sembarangan. Mau aku bawain bekal sekalian buat makan siang nanti?" Isyana menawari.

"Siap sayang, engga usah biar nanti makan bareng sama rekan rekan lain."

"Malu yaa kalo dibawain bekal istri?" Isyana tidak bisa menyembunyikan wajah kecewanya.

"Mana ada. Mas cuma engga mau kamu kerepotan pagi pagi gini. Kamu juga harus berangkat pagi kan? Dari pada bikin bekal mending kita pelukan gini aja. Buat isi baterai untuk beberapa hari ke depan." Sultan mempererat pelukannya, menciumi puncak kepala istrinya.

Isyana mendongak, tatapan mereka bertemu. Sudut bibir Isyana tertarik membentuk senyuman, kedua tangannya terangkat merangkum wajah suaminya. Sultan menunggu nunggu Isyana mempertemukan bibir mereka. Namun wanita itu malah mencium puncak hidung Sultan.

"Lagi?" pinta Sultan.

Isyana mencium pipi kiri suaminya.

"Lagi?" pinta pria itu lagi.

Isyana tertawa kecil, lalu mencium pipi kanannya. Merasa dipermainkan, Sultan pun menarik tengkuk istrinya, menahannya agar lebih dekat. Pria itu mempertemukan bibir mereka, lalu bibirnya bergerak merasakan bibir kenyal milik Isyana.

Sultan tersenyum dalam ciumannya ketika Isyana membalas ciumannya. Wanita menggerakkan bibirnya mengikuti tempo permainan bibir Sultan. Napas keduanya semakin memberat, Isyana mendesah disela sela ciuman mereka.

Entah karena hormon Isyana yang sedang bergejolak atau bagaimana, kini wanita itu sudah berada di atas tubuh Sultan. Isyana duduk di perut bawah suaminya, melepaskan tautan bibir mereka sejenak.

"Siapa yaa yang pertama kali menemukan kalau ciuman itu enak?" tanya Isyana random, "kok kepikiran gitu mempertemukan bibir lalu saling mengsisap dan menyesap begitu?"

Sultan menekuk tangan kanannya dan menggunakannya sebagai bantal. Pria itu memperhatikan istrinya yang malah menanyakan hal random, di tengah kegiatan ciuman mereka dan libidonya yang sedang naik. Beruntung pria itu berhasil mengatur napasnya, dan menenangkan 'miliknya' yang sesekali tersenggol pantat istrinya.

"Mas belum pernah baca sejarahnya, tapi ciuman sebenarnya punya banyak makna. Untuk pasangan, ciuman romantis itu untuk menjembatani kata kata dan aksi. Kalau penemu pertama kali ciuman kurang tahu."

Karena merasa masih penasaran, Isyana meraih ponselnya dan mencari 'sejarah ciuman'. Sultan pun menikmati wajah istrinya yang tampak serius membaca artikel artikel hasil pencariannya. Wanita itu masih duduk di perutnya, tampak nyaman duduk di sana sedangkan Sultan berusaha sekuat tenaga agar 'adiknya' tidak semakin meronta ronta.

"Kalo ini, kenapa tiap pagi tegang begini?" tanya Isyana sembari dengan sengaja menggesekkan pantatnya sedikit ke bawah mengenai 'adik' Sultan.

"Sshhh..." Sultan menutup matanya sembari mendesis merasakan gesekan itu.

"Karena hormon testosteron naik dan berada pada kadar tertingginya saat bangun tidur. Ditambah sama kamu yang begitu, tambah ereksi lah dia."

Isyana mencebik, "emang aku ngapain?"

"Bisa kita tunda dulu pelajaran mengenai ini? Sini cium!" perintah Sultan yang sudah gemas.

Isyana pun menurut, wanita itu mempertemukan bibir mereka kembali. Sultan mencium bibir Isyana lebih lembut, semakin lama ciuman itu semakin dalam. Tangan pria itu sudah merayap kemana mana. Diskusi mengenai sejarah ciuman dan hormon testosteron bisa mereka bahas lain kali, karena ada kegiatan yang lebih nikmat yang bisa mereka lakukan pagi ini.

o0o

Baru dua hari ditinggal oleh suaminya, tapi rasanya Isyana begitu rindu Sultan. Apartemen mereka sangat sepi, Isyana pun memilih kembali kerja malam hari dan nongkrong bersama Agni dan Abi setelah pulang kerja. Anak dari bosnya itu senang seklai berkumpul bersama karyawan karyawannya.

Pada karyawan pun merasa terhibur dengan tingkah lucu Agni dan Abi. Dari pada di rumah sendirian, Isyana memilih pulang telat dan mengobrol bersama karyawan lain. Seperti malam ini, Isyana keluar dari Heaven Bakery pukul delapan, karena malas memasak wanita itu memilih untuk mampir di bakmi jawa yang mulai buka ketika malam hari.

Isyana memarkirkan motornya, lalu memesan satu porsi untuk di makan ditempat. Karena lebih enak jika makan di tempat dari pada di bawa pulang. Saat menunggu pesanannya panggilan masuk dari suaminya.

"Assalamualaikum."

"Waalakumusalam, lagi apa Mas?"

"Ini habis mandi, kamu udah makam malam? Kok rame ini? Belum sampai rumah?"

Terdengar nada khawatir pria itu ketika sudah malam tapi istrinya masih belum juga pulang.

"Ini baru beli bakmi, bentar lagi balik kok Mas." Isyana mencoba menenangkan.

"Hati hati yaa, bahaya malam malam begini. Apalagi Mas engga bisa jemput kamu, lembur atau gimana kok jam segini masih di luar?"

"Engga lembur, cuma tadi ngobrol dulu sama anak anak. Lagian di apartement sendirian sepi."

Di seberang sambungan Sultan menghembuskan napas panjang.

"Sebisa mungkin setelah kelar kerjaan langsung pulang. Bahaya malam malam sendirian, apalagi kalau kamu lewat jalan yang sepi. Ini nanti coba cari jalan yang ramai yaa, Mas engga tenang kalau kamu pulang malam malam begini lewat jalan sepi."

"Iya sayang, ini jalanan masih rame kok. Mas udah makan belum?" tanya Isyana mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

Akhirnya mereka berdua mengobrol sampai bakmi pesanan Isyana disajikan.


BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang