21

15.5K 958 18
                                    

YUKK RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR

JANGAN LUPA VOTENYA SAYANG ❤












Saat adzan subuh Isyana terbangun, wanita itu sedang tidak sholat tapi tetap bangun dari ranjang dan segera mencuci wajahnya. Dilihatnya ponselnya yang masih menampilkan ruang obrolannya dengan Sultan.



Isyana

Maaf Mas semalem ketiduran.

Sekarang udah sampai stasiun Mas?



Pesan itu sudah terkirim, tapi pria itu belum juga membacanya. Isyana pun memilih untuk keluar dari kamarnya lalu berkutat di dapur, wanita itu berniat memasak agar ketika suaminya pulang Sultan bisa langsung sarapan.

Isyana pun memutar lagu untuk menemaninya saat memasak. Setelah satu jam lebih berkutat di dapur, Isyana pun menata hasil masakannya di meja makan. Matanya melirik ke jam dinding, sudah menunjukkan pukul enam lebih. Namun Sultan belum juga tiba.

Isyana mengambil ponselnya, dan pesan yang dikirimkannya beberapa jam lalu masih belum dibaca. Karena khawatir wanita itu langsung menelpon suaminya. Seharusnya pria itu sudah tiba di rumah, jika keretanya tiba di stasiun Lempuyangan sekitar pukul empat pagi.

Jarak stasiun Lempuyangan dari apartemen mereka pun tidak ada satu jam perjalanan. Isyana mengetuk ngetukkan jari telunjuknya di meja makan, sembari menunggu nada dering panjang. Ini sudah panggilan teleponnya yang ketiga, tapi pria itu belum juga mengangkat panggilannya.

Kejadian dirinya diikuti membuat Isyana menjadi parno, meskipun sudah pagi pelaku klitih atau pun begal bisa saja beraksi. Mereka kadang tidak peduli mau malam atau pun pagi hari. Isyana takut terjadi sesuatu pada suaminya itu. Wanita itu terlalu fokus dengan ponselnya, sehingga tidak menyadari saat seseorag sudah memencet sandi apartemennya.

"Sayang?"

Sultan yang baru saja masuk apartemen mereka terkejut menemukan istrinya yang sedang duduk di meja makan. Rambut Isyana dicepol sembarang, istrinya itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti yang dikenakannya semalam.

"Mas? Kok baru sampai? Aku telponin tapi engga diangkat, takut kamu kenapa napa," jelas Isyana.

Wanita itu langsung mengambil tangan kanan Sultan, dan mencium tangan suaminya itu. Sultan pun lalu mengecup puncak kepala Isyana.

"Tadi nganter anaknya Pak Jalal dulu baru pulang. Beliau titip anaknya yang kebetulan juga mau pulang ke Jogja juga."

Dahi Isyana menyerngit, "anaknya? Jadi kamu engga sendirian baliknya? Anaknya masih kecil yaaa?"

"Engga, kebetulan anaknya kuliah di UI. Terus mau pulang, biasanya dia naik pesawat kalo pulang, ini pertama kalinya naik kereta api makannya minta tolong ditemenin."

"Ohh gitu, Mas mau makan dulu atau mandi dulu?"

"Tadi udah sarapan, kebetulan Nissa ngeluh laper jadi sekalian sarapan."

Dahi Isyana mengerut lebih dalam lagi. Bukankan suaminya baru menyebutkan nama seorang perempuan?

"Anak dosen itu namanya Nissa?" Sultan mengangguk sebagai jawaban, "jadi berdua aja dari Jakarta sampai Jogja? Engga ada rekan yang lainnya?"

"Engga, kan temen temen lainnya pada naik pesawat. Mas mandi dulu yaa, udah lengket banget badannya," pamit Sultan.

Isyana menatap suaminya tidak percaya ketika Sultan melenggang ke kamar mandi begitu saja. Wanita itu menatap meja makan yang sudah penuh dengan masakannya, menatap nanar hasil masakannya yang masih utuh tidak tersentuh.

Perut wanita itu yang sebelumnya keroncongan pun seketika tidak berselera untuk sarapan. Isyana menutup tudung saji, tidak berniat untuk sarapan pagi ini. Moodnya sudah berantakan. Tidak bisa dipungkiri, wanita itu sedikit kecewa ketika Sultan tidak menjawab telponnya, tidak mengabarinnya jika ternyata perjalanan semalam dilaluinya dengan anak dosennya yang bernama Nissa itu.

Ditambah dengan suaminya yang ternyata sudah sarapan berdua dengan Nissa, padahal Isyana sudah masak sedari subuh. Mungkin ini hanya masalah sepele, tapi entah mengapa rasa kecewa itu tetap ada. Mungkin dirinya terlalu sensitive karena sedang haid. Moodnya menjadi berantakan hanya karena hal hal sepele seperti ini.

o0o


Isyana berangkat kerja pagi ini dengan mood yang berantakan, wanita itu berangkat dengan ojek online. Meskipun sebelumnya Sultan sudah menawarkan diri untuk mengantarnya. Isyana menolak, selain karena Sultan yang sepertinya kelelahan setelah perjalanan jauh wanita itu juga tidak nyaman jika harus satu mobil dengan Sultan saat ini.

Sultan pun juga harus mengajar siang ini, dari pada mengantarnya kerja lebih baik Sultan menggunakan waktunya untuk istirahat dan tidur sejenak. Saat sampai di Bakery, moodnya sedikit membaik karena kebetulan Abi diajak Ghea dan balita itu selalu menghadirkan tawa dan menghibur karyawan Heaven Bakery.

"Isyana nunda punya momongan?" tanya Bu Asri, admin Heaven Bakery yang memang terkenal ceplas ceplos.

Isyana hanya tersenyum, memilih untuk tidak menjawab lebih lanjut.

"Suaminya lebih tua yaa? Beda umurnya lumayan jauh?"

"Iya Bu,"

"Wah bisa jadi itu suaminya udah ngebet punya anak. Biasanya begitu kalo pria udah dewasa, mapan. Sekarang mah ati ati, jangan sampai nanti suami main serong. Nanti alesannya pasti ada aja, contohnya yaa gini suaminya pengen cepet punya anak tapi istri belum mau karena masih muda dan masih pengen fokus karir dulu. Nanti malah suaminya main serong, nyari perempuan yang mau hamil anaknya."

Dahi isyana menyerngit, kurang setuju dengan apa yang Bu Asri katakan. Saat dirinya akan menjawab perkataan Bu Asri, Ghea sudah muncul membuat Isyana tidak jadi membalas kalimat ibu ibu yang berumur empat puluh tahun itu. Akhinya mereka meeting dengan karyawan cabang setelah semuanya sudah berkumpul.

Sampai meeting selesai, dan hingga pulang kerja nyatanya wanita itu kepikiran kalimat yang Bu Asri lontarkan. Apakah memang sebenarnya memang Sultan menginginkan agar segera memiliki momongan?



















BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang