Hello apa kabar ?
Jangan lupa tap tap bintangnya yaaa, dan ramaikan kolom komentar 🥳
Sore hari Isyana bersama dengan Dewi, Dion dan Bagas mengunjungi BBW (Big Bad Wolf), bazar buku internasional yang digelar di Yogyakarta selama beberapa hari. Tahun lalu Isyana juga mengunjungi bazar buku ini yang membuat dirinya kalap hingga menghambiskan gaji parttime nya.
Sebelum masuk ke dalam bazar mereka memilih untuk jajanan yang ada di depan, gadis itu membeli corndog dan juga minuman boba. Mereka perlu untuk mengisi perut sebelum berburu buku, karena di dalam tidak diperbolehkan untuk membawa makanan.
Mereka memasuki gedung bazar ketika hari sudah mulai gelap. Troli mereka sudah berisi lebih dari dua puluh buku. Saat Isyana sedang berada di bagian buku self improvement, ponselnya bergetar panjang, gadis itu mengangkat pangilan yang ternyata dari Sultan.
"Assalamualaikum, Mas. Kenapa?" tanya Isyana ketika gadis itu sudah menyingkir mencari tempat yang tidak terlalu ramai.
"Waalaikumusalam. Saya di depan kost kamu, mau ngajakin makan malam. Tapi katanya Reza kamu lagi pergi ke bazar buku."
"Iyaa ini Mas, ya udah aku pulang ya. Tunggu bentar, atau mau langsung ketemuan di tempat makannya aja? Biar Mas juga engga nunggu lama. Udah laper banget belum?"
"Hmm saya boleh nyusulin kamu ke sana aja engga?"
"Boleh dong, di sini banyak buku yang diskon juga. Kali aja Mas Sultan ada buku yang mau di cari."
"Ya udah tunggu bentar yaa."
Setelah menerima telpon, Isyana kembali ke tempat teman temannya berada. Dion memasukkan buku Madilog karya Tan Malaka ke dalam troli mereka. Gerombolan itu langsung saling memandang satu sama lain.
"Yakin Mas Dion bakal baca itu?" tanya Dewi berusaha untuk tidak mencibir.
"Emang kenapa?" tanya Dion balik dengan acuh.
"Buku ini pernah dilarang pada masa Orde Baru kan?"
"Pas masa ORBA memang banyak pelarangan pelarangan yang dianggap dan dicurigai dapat mengganggu stabilitas politik atau mengganggu kekuasaan otoriter Soeharto. Makannya buku ini termasuk 'buku terlarang' atau dianggap buku kiri."
"Emang kenapa Mas bisa dilabeli buku kiri kayak gitu?" tanya Dewi penasaran, karena memang selama ini dirinya hanya tahu jika buku Madilog karya Tan Malaka itu pernah di larang beredar.
"Ya itu dilabeli buku kiri karena dianggap isinya mengganggu stabilitas kekuasaan pada masa ORBA. Bahkan konon katanya siapa yang membaca dan memilikinya bisa ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Tapi kan sebagai mahasiswa untuk tahu sesuatu itu salah atau benar ya kita harus mempelajarinya dulu. Gimana kita bisa menilai itu salah, bahkan kita aja belum pernah baca isinya."
"Aku pernah baca beberapa lembar sih punya temen. Gimana penyusunan buku ini yang penuh perjuangan, dan juga hebat banget pada saat itu dengan keterbatasannya dapat menghasilkan pemikiran dan karya yang sedemikian rupa. Buku itu menurut aku sama sekali engga ada bagian yang ngajarin hal hal sesat, tapi malah ngajarin untuk berpikir ilmiah dan revolusioner dan ilmu pengetahuan itu juga sangat penting." Isyana menambahi.
"Nah emang orang orang udah pada takut atau ragu duluan baca buku ini. Padahal isinya yaa seperti buku pengetahuan lainnya." Entah mengapa Dion tampak berbeda ketika menjelaskan seperti ini.
Setelah percakapan yang sedikit berat itu, mereka kembali berpencar untuk berburu buku buku yang bagus. Sedangkan Isyana memilih menunggu Sultan di dekat pintu masuk, karena pria itu mengabari jika sudah sampai parkiran tempat event itu dilaksanakan.
Kedua sudut bibir Isyana tertarik saat melihat Sultan memasuki pintu dengan celana bahan dan kemeja batik yang pas badan. Isyana tidak pernah tahu jika pria dengan kemeja batik memang semenggoda ini?
Auranya yang memancar membuat Isyana pengen menggandeng pria itu segera. Sudah cocok sekali mengajak pria titu menjadi pasangan saat menghadiri kondangan. Anehnya meskipun hari sudah menjelang malam, dan Sultan telah seharian beraktifitas, rambut pria itu masih tertata rapi. Wajahnya juga tampak bersinar, tidak terlihat kinclong karena produksi minyak yang berlebih.
Ketika tatapan mata mereka bertemu, Isyana melambaikan tangannya. Sultan pun mendekati gadis itu, lalu dengan kurang ajarnya mengelus rambut Isyana lembut yang langsung membuat gadis itu meleleh.
"Dari mana Mas?" tanya Isyana karena pria itu seperinya belum sempat pulang ke apartementnya untuk berganti pakaian.
"Dari kampus, tadi ada rapat di rektorat sampe sore. Rencananya mau sekalian ngajakin kamu makan malam, tapi kamunya engga ada di kos."
"Loh engga capek ini malah nyusul ke sini?"
Sultan menggeleng, pria itu malah tersenyum menatap wajah Isyana lama. Isyana menjadi salah tingkah ditatap pria itu intens.
"Saya kok kangen banget ya sama kamu."
Sudah...mleyot sudahhh Isyana hanya karena kata kata yang Sultan.
Akhirnya mereka berdua bergabung dengan teman teman Isyana yang sepertinya sudah mulai lelah berburu buku. Sedangkan Isyana menemani Sultan membeli buku yang pria itu cari. Buku yang pria itu beli tampak tebal dan berat, bukan hanya massa bukunya yang berat tapi juga isinya.
BBW mau jadiin aku BA engga!??? (dihhh ngarep)
Ini aku promosiin BBW, kali aja dapet voucher 1.000.000 lumayan engga harus nguras tabungan buat beli buku
Untuk kalian yang ada di Jogja dan sekitarnya yuk datang ke BBW pada 1 - 10 September 2023 di Jogja Expo Center (JEC)
Kalian bisa kepoin IG nya @bbwbooks_id
Lumayan kok diskon diskonnya, banyak juga novel novel murah
Tahun lalu aku beli Madilog di sana, baru kebaca setengahnya. Kepalaku suka puyeng baca itu, beda kalo baca novel cuma butuh beberapa jam buat nyelesain
KAMU SEDANG MEMBACA
BETTER THAN WORDS (END)
RomansaMari berkenalan dengan Mas mas Jawa, tinggi 180, dewasa, sopan, wangi, manis, pinter, royal, sabar, penyayang, kalo dipanggil jawabnya "dalem sayang" atau "dalem dek" Namanya Sultan Candra Wardhana, Mas mas yang bikin meleleh pas pake kemeja batik d...