Tercipung-cipung

795 38 4
                                    

Hehehehe~ Muehehehe~ Maaf atas ketelatan update Kakak-kakak 🙏
Minggu kemarin Kamis, tetapi Minggu ini Sabtu dikarenakan... Rabu malam kamis aku persiapan buat acara Kamis. Jumat badmood dan badan capek karena Kamis.

Maaf banget dan selamat membaca🙏💚

Masih dengan rutinitas yang sama dan di tempat yang sama pula. Ya,tempat latihan dance tentunya.

Walau telah pagi-pagi sekali ke ruang rekaman, tetapi siang hingga sore hari ketiga lelaki tampan Malik Ahmad bukan berarti bisa bersantai.

Keenam member lain dipersilakan mengambil pekerjaan solo, berlibur ke luar kota atau negeri, maupun sebatas beristirahat di dorm. Tetapi berbeda dengan DoJaeJung yang harus melakukan segala persiapan, untuk mengunjungi Indonesia demi melakukan fansign.

Pekerjaan yang juga dapat ketiganya gunakan untuk, ya bekerja ya mencari bukti. Bukankah lumayan? Ditambah dari sependengaran Doyoung, mereka bertiga mendapatkan undangan dari salah satu pasutri artis yang sangat terkenal di Indonesia.

Terkesan narsis tetapi begitulah realita, di otak Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo ntah mengapa seketika tergambar orang tua mereka.

Father Raffi yang terkenal dengan multitalenta, sukses dengan sejuta prestasi, merintis karir sejak dini. Dan kian cemerlang sejak berhasil memenangkan hati perempuan cantik jelita, yang tak lain sang Mother.

Mother Gigi, wanita yang mendapat julukan Ratu hati mantan buaya, sekaligus tuan putri bagi keempat jagoannya (Kelima karena Rayyanza masih belum diketahui DoJaeJung).

Doyoung dan kebiasaan para lelaki, dia saat ini tengah menikmati alunan suara dari headphone yang melingkar di kepalanya. Dengan handphone tergenggam pada jemari panjang, dengan punggung tangan penuh urat yang tampak ungu kebiruan.

Sama-sama fokus pada handphone seperti sang Kakak, tetapi Jaehyun dan Jungwoo tengah bermain game di handphone. Mereka menatap bingung dan curiga Doyoung.

Apa yang dilihat lelaki beremotikan kelinci tersebut hingga tak berkedip? Seasyik itukah hal di handphone Doyoung?

"Jaehyun-ah ingin bermain tebak-tebakan?"

Jaehyun si duta hobi ngebug, lelaki tersebut menatap bingung dan datar sang adik. "Apa?"

Jungwoo tersenyum asam, dasar lelaki tak ngebug tak sedap. Bagai sayur tanpa micin, tak sedap. Begitulah suara hati Jungwoo.

"Kau melihat si sulungnya Father yang tengah tengkurap di sofa itu?" tanya Jungwoo sembari menunjuk posisi Doyoung saat ini.

Jaehyun mengernyit tak memahami Jungwoo, apa yang diinginkan dan dimaksud sang adik sesungguhnya.

"Ya, tentu saja aku melihat. Memang kenapa apakah kau memiliki minus atau silinder?"

Jungwoo berdecak kesal merasa gemas, andai saja tak tengah di Korea dan di agensi. Maka sudah pasti Jungwoo akan berteriak 'Yak! Jamal Malik Ahmad'.

"Bukan begitu, Hyung!"

"Lantas bagaimana?"

Jungwoo kini memutar bola mata, memupuk kesabaran, "Aku curiga dengan apa yang Hyung Doyoung lakukan, Hyung."

Jaehyun keluar games dari handphone-nya sekaligus membenarkan milik Jungwoo. "Bertanyalah kalau begitu kepada Aa dan Hyung mu satu itu."

"Hyung kau tampan."

"Hyung kau baik hati."

"Katakan saja maumu Kim Jungwoo," balas Jaehyun dengan senyum hingga lesung pipinya tampak.

"Kata Father yang lebih tua harus lebih dahulu, Hyung."

"Lebih dahulu untuk?"

"Maka kau yang tanyakan pada Hyung Doyoung, dan aku menyimak di sampingmu, Hyung."

Jaehyun melirik Doyoung yang masih bertahan pada posisi sama, melirik Jungwoo, lalu menghela nafas.

"Ya sudah ayo menghampiri Doyoung Hyung."

Senyum kemenangan terukir di pipi Jungwoo. Dirinya berdiri di samping Jaehyun memilih menyimak.

"Doyoung Hyung."

"Hyung."

"Kim Doyoung Hyung!"

Tiga kali teguran dari Jaehyun tak membuahkan hasil. Jaehyun melirik ke Jungwoo yang dibalas ayunan bahu. Jaehyun memutar otak seorang diri, mencari cara bertanya pada sang kakak yang sangat-sangat fokus.

Jaehyun berjongkok disusul dengan menarik Jungwoo agar ikut berjongkok. Mereka memunculkan kepala sedikit, demi mengintip apa yang sesungguhnya Doyoung lihat.

Jungwoo semakin mendekatkan netra pada handphone Doyoung. Netranya yang salah lihat, atau Doyoung yang juga terhipnotis keimutan Cipung?

Jaehyun menarik kerah baju Jungwoo, agar saat sang Kakak mode kesabaran setipis tisu, maka telah sigap.

Hembusan nafas tambahan Doyoung rasakan dengan jelas. Ruang yang terasa sangat amat luas, terasa berkurang karena lelaki kelahiran 1998 tak sadar dengan badan menyaingi besarnya sang sulung.

"YAK!"

Sesuai perkiraan Jaehyun, Jungwoo hampir terjatuh dengan wajah mencium lantai, dan Doyoung akan ikut jatuh dengan mengorbankan pinggang. Jaehyun menarik Jungwoo sehingga sofa kembali seimbang, menggode agar Jungwoo bergeser, dan Doyoung jadi duduk di ujung sofa.

Jungwoo melirik-lirik Doyoung, membuat yang dilirik gemas ingin mencolok mata sang adik.

"Katakan Woo."

"Apa yang tadi Doyoung Hyung lihat?"

Doyoung si kesabaran setipis dompet para kakak-kakak pembaca🙏. Doyoung memasang ekspresi julid, dengan pertanyaan kocak baginya yang diucapkan Jungwoo.

"Aku melihat Dora. Kenapa?"

Jaehyun melirik ke arah lain berusaha mengingat-ingat. Sejak kapan Dora tetapi berwajah balita yang Jungwoo lihat kemarin-kemarin?

"Doyoung Hyung berbohong!" tegur Jaehyun.

"Kalian berdua sudah tahu kenapa bertanya?"

Boom.

Kedua adiknya seketika membisu bingung membalas apa. Ingin membalas sepertinya kesabaran Doyoung menipis. Baiklah mari diam saja, sembari juga diam-diam tak mengetahui bahwa Doyoung ternyata menangis.

"Hyung, sampingmu tisu."

Sedan enak-enaknya sunyi lima belas menit, tetapi Jungwoo tiba-tiba berceletuk. Menulikan pendengaran, tak melakukan perkataan sang adik, dirinya memilih keluar sebelum sang pelatih tiba.

Kenop pintu yang ditekan dari luar bersamaan dengan yang dari dalam. Kedua lelaki berbeda usia tersebut sama-sama memundurkan bahu dan membelalakkan mata terkejut.

"Doyoung apa yang hendak kau lakukan? Ayo latihan!" teriak sang pelatih, meneriaki Doyoung telah berjalan cepat ntah kemana.

Langkah Doyoung berhenti pada salah satu lorong dekat kamar mandi, yang jarang dilewati orang-orang kecuali petugas kebersihan.

Menangis? Ya benar, dirinya memang menangis. Tetapi bukan menangis karena hatinya terluka, tetapi menangis isi otaknya yang penuh perkiraan tanpa titik temu. Tak bisakah otaknya mandiri mengeluarkan titik temu sendiri, yang akan sinkron dengan keadaan.

Cipung. Balita ini mirip sang adik yaitu Jungwoo sekaligus sangat mirip dengan sang mother. Tetapi bila melihat tingkah kelucuan, Cipung adalah sang father dan Jungwoo versi kecil.

Terimakasih telah membaca 💚Maaf atas kesalahan saya

Terimakasih telah membaca 💚Maaf atas kesalahan saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang