Tumpukan tas dengan aneka isi yang akan digunakan saat fanmeeting Jakarta, telah terlebih dahulu tiba di bandara. Sedangkan para pemilik koper tengah sibuk mengecek kembali tas bawaan.
Lupa adalah hal paling mengesalkan yang suka tiba-tiba bersarang. Saat mengemas dengan percaya diri, sudah yakin yang diperlukan dan digunakan sudah siap. Tetapi terkadang tak jarang juga terselip beberapa yang terlupakan dibawa.
Doyoung telah selesai dengan urusan koper maupun tasnya, dia kini telah tiba di kamar kedua adiknya berniat ikut membantu. Ya, dia tahu dan sadar bahwa kedua bayi mengesalkan, alias sang adik memang telah tumbuh besar dan dewasa. Tetapi kebiasaan membantu mengasuh kedua adiknya, sejak kecil membuat Doyoung susah membiarkan Jaehyun dan Jungwoo.
"Jungwoo-ah! Jaehyun-ie!" teriak Doyoung dari luar.
Netra Doyoung terbelalak terkejut kala terdengar suara kegaduhan dari dalam. Dia menggelengkan kepala, menghela nafas, lalu tersenyum datar.
Sabar, sabar, sabar, orang sabar saldonya ditambah kedua omanya. Jungwoo menyambut kehadiran Doyoung dengan senyum jahil sembari menggaruk tengkuknya.
"Apa yang jatuh tadi, Jung?"
Jungwoo melirik ke belakang, semoga Jaehyun telah merapikan. Sehingga kakanda tidak mode Kak Rose di animasi si botak.
"Jungwoo-ah dimanakah Hyung-mu berbicara, dan kemana arah tatapmu, hm?"
Senyum datar Doyoung selalu terkesan menggemaskan bagi penggemar, tetapi bagi Jungwoo itu pertanda alarm siaga menyala.
Doyoung memanjangkan leher guna menjangkau objek pandang lebih jauh. Netranya mengernyit curiga kala sprei kasur bak kapal pecah, tas tak bisa ditutup.
"Kalian--" Doyoung menghela nafas berharap kesabarannya terpupuk, menepis Jungwoo yang tak kunjung bergeser dari tengah-tengah pintu.
"Tidak Hyung."
"Jangan Hyung."
"Jungwoo-ie mohon jangan."
"Hyung hajima!"
"Aniyo!"
Rasa curiga Doyoung kian pekat. Kalimat-kalimat larangan Jungwoo dan sekilas keadaan kamar membuat dia semakin penasaran.
"Hai Hyung," sapa Jaehyun kikuk dengan senyum canggung.
Rahang Doyoung terjatuh seketika, mulutnya sedikit terbuka, melirik Jaehyun lalu Jungwoo bergantian.
"Kim Jungwoo, kunci pintu kamarmu!"
Jaehyun dan Jungwoo meneguk ludah kasar, mode macan mengamuk Doyoung telah aktif. Maka mereka hanya bisa menjelma jadi patung dengan menyimak.
"Kalian..." Doyoung menghela nafas panjang, heran dengan sang adik yang selalu menjelma bak patung.
"Yak! Kalian rapikan kamar agar kita tak terlambat!"
Jaehyun dan Jungwoo mengangguk patuh, mereka bertiga bekerja sama agar mempersingkat waktu.
"Jaehyun! Jungwoo! Buka pintunya dan ayo berangkat!" teriak Taeyong dari luar.
Untung saja Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo telah selesai sehingga penampilan mereka tak sekucel saat beberes.
Tetapi mengapa Taeyong yang memanggil bukan sang manager? Apakah Taeyong ikut mengantar? Atau yang lain juga akan ikut?
"Ah, pantas saja Doyoung-ie Taeyong-ie teriaki tak membalas ternyata bersiap-siap di kamar Jaehyun dan Jungwoo."
Ntah sekedar perasaan saja atau justru kepekaan batin, karena Doyoung merasa kalimat diucapkan Taeyong dibubuhi rasa curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Father and Mother (Tamat)
Fanfiction🚨Ninu ninu ninu tet tet note peringatan mau lewat🚨 Peringatan 🚫Cerita hanyalah fiktif belaka dari kehaluan. Dimohon sebesar cintaku pada Johnny Suh, untuk cerita ini tidak dihubungkan ke alam realita 🚫 Selamat membaca dari Johnny Suh dan saya se...