Persiapan Ke Korsel Diam-Diam

308 16 0
                                    

Dibohongi bukanlah hanya luka bagi yang lebih tua. Tanpa memandang umur dan segi hal yang lainnya. Dibohongi tetaplah menyakitkan, menyembunyikan kebohongan itu memusingkan.

Terkuaknya perkara bohong juga menimbulkan sesal. Anehnya, mengapakah penyesalan di akhir? Mengapa penyesalan tak ingin mengetuk pintu kamar awal saja?

Silakan menerka tanpa menjawab, karena bila diawal akan disebut pendaftaran. Maupun penyesalan diakhir adalah sebagai bentuk akhir alur. Bisa pula sebagai konflik atau mungkin klimaks.

Komunikasi yang masih tak terjadi sejak hari itu, tepatnya kala fanmeeting ketiga putranya hendak berakhir masih membuahkan kerenggangan. Terlampau renggang hingga kejutan tiba-tiba terbesit di benak mother GI.

"Pa."

Father Raffi spontan menoleh, membagi atensi antara Rayyanza dan sang istri. "Ada apa, Sayang?"

Mother GI menatap koper-koper yang selesai dirinya tata. Tiba-tiba otaknya terbayang reaksi ketiga bujang rantaunya. Sembari berharap semoga sejak kejutan ini, hubungan mereka kembali pulih. Rindu berkecamuk dan kegilaan dengan menyembunyikan rahasia, membuat rasanya mereka hendak menarik Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo agar di tanah air saja.

"Pa, Dimas, Jamal, dan Juan masih belum bisa dihubungi ya?"

"Mereka bahkan kemungkinan besar tak membaca pesan grup keluarga, Sayang."

"Mama kangen dan nggak sabar bertemu mereka deh, Pa."

Father Fi sebatas mengangguk-anggukkan kepala saja. Bukan juga tak memiliki merindukan ketiga bujangnya. Dia sama rindunya dengan sang istri, tetapi tiba-tiba akal sehat menamparnya.

Bukankah Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo menggunakan identitas bukan bersaudara? Sedangkan dia, sang istri, beserta tim berniat membuat konten bersama rekan ketiga putranya? Beberapa perkiraan terbesit meribut dalam otak.

"Aa juga kangen Aa Dimas, Bang Jamal, dan Mas Juan, Ma, Pa," celetuk anak lelaki yang sering dipuji duplikat Jung Jaehyun. Padahal bagaimana tidak duplikat bila darah mereka saja sama?

Seakan-akan mengerti topik pembahasan si bungsu menunjuk-nunjuk foto ketiga Aa-nya, yang sengaja Papa Raffi minta untuk dipajang di kamar utama. Mama Gigi tersenyum hangat, bahkan walau hanya bertemu sekali dengan ketiga Aa yang lain. Rayyanza tetap memiliki rasa rindu.

"Adek kangen Aa, Abang, sama Mas juga iya?" tanya Rafathar ikut menyusul duduk di samping adiknya.

Balita gembil tersebut mengangguk-anggukkan kepala gemas, seakan-akan menangkap arti dari kangen. Rayyanza dengan tangan mungilnya menggapai-gapai album comeback ketiga Aa-nya. Rafathar turun dari kasur lalu membantu mengambilkan. Rayyanza mendekap erat album berisi foto-foto hasil photoshoot debut unit Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo.

"Aa-Aa kenapa kamu kalau nggak ada Aa Dimas, Jamal, dan Juan saja nyebutnya beda-beda coba kalau pas di telfon, chat, atau kayak kemarin itu ketemu langsung," tegur asisten Father Fi yang menemani sedari nol karir. Dia keheranan dengan kegengsian putra keempat artisnya ini.

"Suka-suka Aa!"

"Aa," tegur father Fi dan mother Gi kala mendengar putranya meninggikan nada bicara.

Hi Kakak-kakak. Aku minta maaf sebesar-besarnya karena bab kali ini super sedikit. Tapi percayalah semula aku udah berniat buat minimal 700 kata, tapi kebisingan buat otak, emosi, dan moodku nggak sinkron. Maaf beribu-ribu maaf karena bab ini terkesan creepy bukan crepes. Saya ucapkan maaf setulus mungkin dari dalam lubuk hati.

 Saya ucapkan maaf setulus mungkin dari dalam lubuk hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang