Hi☃️ Ku kembali untuk update. Maaf apabila kurang feel karena mood bulan ini rusak total. Izin update double ya Kakak-kakak.
Seperti pagi hari kemarin dimana ketiga bujang rantau father Raffi, telah merancang rencana. Rencana tambahan karena tanda tanya kemarin tak terjawab.
Matahari ibu kota Jakarta telah tak begitu terik-teriknya. Sang mentari mulai menampilkan kehadiran yang semu-semu, karena jam telah menunjukkan pukul lima sore. Ketiga pangeran mother Gigi-- Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo telah dengan penampilan ternyaman.
Seperti hari kemarin dimana sang manajer tak tahu kepergian mereka. Si sulung menoleh ke sana kemari. Ingin rasanya memesan ojek mobil secara online, tetapi bagaimana bila kesialan menimpa dengan identitas mereka diketahui?
Rental mobil? Hm, ini adalah ide Jamal Malik Ahmad, yang tak begitu buruk. Tetapi sayangnya mereka tak mengetahui informasi rental mobil.
Meminta informasi sang Papa ataupun karyawan Papanya? Apalagi dengan ide ini yang menurut Doyoung sangat buruk. Niat mereka adalah datang secara tiba-tiba, apabila bertanya maka akan dicurigai.
"Hyung, lebih baik kita naik taksi saja," celetuk Jungwoo memberikan saran.
Doyoung menoleh ke samping Jaehyun, menatap horor sang adik. Untung saja Jungwoo adalah adiknya, apabila tidak maka akan dirinya tukar dengan satu truk salak.
"Wae, A? (Kenapa, Kak?)"
Jaehyun mencubit gemas pinggang ramping sang adik. Gemas karena sudah diberi tatapan singa, tetapi sang adik justru melawak dengan berbicara dua bahasa.
"Juan..."
"Iya, A?" jawab Jungwoo masih dengan ketenangan.
Doyoung menyingkirkan Jaehyun yang hendak memberi pelajaran Jungwoo. Jaehyun memejamkan mata merasa malu.
Lelaki tersebut memilih menepi, membiarkan kakak dan adiknya. Lebih dia menghentikan taksi yang tampak kosong, daripada ikut diperhatikan pengguna jalan yang lain.
"Taxi please!"
Akhirnya taksi kosong berhenti juga. Setelah sekian lama Jaehyun diabaikan taksi telah berpenumpang.
"Perlu taksi, ya Mas?"
Jaehyun tersenyum hangat hingga lesung pipinya tampak. Mungkin andai saja sang supir adalah perempuan, maka sudah dijamin jantung agar berdialog di tempat. Jaehyun memberikan telapak tangan, memberi tanda bahwa sebentar.
"Hyung, apakah jadi?"
"Sebentar, Jae."
"Apabila tak jadi biar aku pergi sendiri tak masalah, kalian menyusul atau tak perlu."
Doyoung menghela nafas lelah mengejar Jungwoo. Jungwoo yang merasa diberi celah pun, seketika berlari ke dalam mobil.
"Yak! Kim Paboo Jungwoo!" pekik Doyoung merasa gemas.
Jungwoo membuka kaca mobil lalu menjulurkan lidah mengejek Doyoung. Doyoung menatap sengit sang adik. Awas saja setibanya di rumah father mother, maka sang adik akan dia laporkan.
Tepat sekali jam telah menunjukkan pukul enam sore. Rumah father dan mother tampak ramai dengan pengantar makanan.
Adzan juga telah dikumandangkan, beruntung Doyoung, Jaehyun, Jungwoo masih ada yang membukakan pintu.
"Siapa Rit?" tanya wanita paruh baya dari dalam.
Sang pembuka pintu tak menyangka dengan objek pandangnya. Ketiga cucu bujangnya ternyata kembali.
"Dimas? Jamal? Juan?"
"Tieta!" pekik ketiga riang. Ketiganya spontan mendekap penuh rindu sang Oma.
Tak tahan dengan rasa penasaran dan pertanyaan yang diabaikan. Ibunda Raffi menyusul sang besan untuk membukakan pintu.
"Loh?!"
Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo melepaskan pelukan pada Oma dari mother, lalu berpindah menyalami dan mendekap sang Oma dari father.
"Raffi! Gigi! Turun cepet!"
Mama Gigi dan Father Raffi dengan panik seketika cepat-cepat menuruni anak tangga.
"Ada apa?"
"Iya Ma, ada apa?"
"Loh Aa ke rumah lagi?" seru Rafathar riang, kala menyusul kedua orang tuanya berujung menatap ketiga Aa-nya.
Ntahlah rasa penasaran tersebut seketika luber dari tempatnya, kala netra Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo bertatapan dengan mata bulat bayi berusia satu tahun.
Rasanya sangat tak asing, terkejut, dan heran. Ingin rasanya bersuara tetapi tubuhnya bahkan bak disemen.
"Ma Ma capa (siapa)?"
Ibunda dari Gigi menghela nafas. Dia sudah jutaan kali menegur, tetapi tak diindahkan oleh anak dan menantunya.
Lantas apabila seperti ini bagaimana? Selain hanya kata maaf, kecanggungan, dan mungkin kerenggangan?
"Ayo masuk dulu jangan di pintu," kata Ibunda Raffi menegur.
Ibunda Raffi menata makan malam untuk ketiga cucu bujangnya, sehabis semua selesai menjalankan ibadah.
"Selamat makan!" seru Raffi dengan kaku dan dingin tak seperti biasanya.
Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo saling tatap melemparkan kode. Jaehyun mengangkat bahu acuh, Jungwoo menganggukkan kepala mantap, Doyoung menghela nafas menatap orang tuanya dan bayi menggemaskan yang duduk tenang sembari ikut makan.
"Ma, Pa, kenapa?"
"Kenapa ada apa, Nak?" tanya ibunda Raffi penasaran.
"Oma, Tieta, mengapa tak memberitahu Juan, Aa Jamal, atau Aa Dimas?"
Ibunda Raffi menatap horor sang putra dan menantu. Pantas saja setibanya father dan mother di pintu tadi, rahang-rahang cucunya mengeras karena ini.
"Nak, bertanggungjawablah," pinta Ibunda Raffi.
"Iya Ma, sehabis makan malam."
Suara sendok yang diletakkan di sisi piring terdengar kompak. Rayyanza dan Rafathar telah dititipkan ke masing-masing pengasuh agar tidur.
"Jadi Pa?" tanya Doyoung penuh tuntutan.
"Dugaan kalian benar. Namanya Rayyanza, dia adalah si bungsu. Dan dia juga adik kandung kalian."
Tak ada kebohongan disembunyikan yang tak menyesakkan kala terungkap. Apabila ada hal tersebut mungkin perlu masuk catatan MURI.
"Kenapa, Ma? Kenapa, Pa? Kenapa Juan dan Aa- Aa tak diberi tahu? Apakah karena kami tak pulang-pulang ke rumah?"
"Mengapa juga tak diutarakan kala pertama kedatangan kita?"
"Mengapa, Pa? Apa karena kita memilih identitas disamarkan? Kita menyamarkan identitas juga karena kenyamanan, Ma, Pa! Kita tak ingin ada pernyataan tumpang nama?"
"KENAPA, MA, PA?!" bentak ketiganya dengan kompak.
Mama Gigi telah terisak didekapan mama dan mama mertuanya. Ya, dia tahu. Dia dan sang suami telah sangat keliru. Tetapi salahkah bila dirinya membayangkan reaksi kala mereka mengutarakan? Bukan seperti ini.
"Sudahlah, Ma, Pa. Dimas capek. Kita izin tidur di kamar tamu saja."
"Makasih untuk hadiah kedatangan kita, Pa."
"Jamal, istirahat dulu, Pa."
Ketiganya meninggalkan keempat orang dewasa lain yang tengah berperang isi kepala. Doyoung memunculkan sedikit kepalanya.
"Besok kita akan berangkat pagi-pagi. Kalian tak mengantar juga tak masalah besar. Kita akan ke hotel lalu ke bandara bersama manager," jelas Doyoung lalu kembali menutup pintu keras-keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Father and Mother (Tamat)
Fanfiction🚨Ninu ninu ninu tet tet note peringatan mau lewat🚨 Peringatan 🚫Cerita hanyalah fiktif belaka dari kehaluan. Dimohon sebesar cintaku pada Johnny Suh, untuk cerita ini tidak dihubungkan ke alam realita 🚫 Selamat membaca dari Johnny Suh dan saya se...