Jungwoo telah selesai bersiap karena diajak oleh Mark, untuk menemani dirinya berbincang dengan Xiaojun, Hendery, dan Yangyang. Sesungguhnya Jungwoo malas, hanya saja demi menghindari dari Doyoung maka dirinya buang rasa malas.
"Jungwoo-ya Mark mencarimu katanya kemarin telah menawarkan untuk ikut!" teriak Jaehyun dari depan pintu.
Jungwoo kembali melihat kerapian dan ketampanannya. Setelah yakin apabila ketampanan dan kerapihan selaras, Jungwoo menghampiri sang Kakak yang menemani Mark di depan kamar mereka.
"Kalian hendak pergi mana?"
Sang pelaku yang membuat otak Jungwoo cemas muncul ntah darimana. Jungwoo menghempaskan raut bahagianya, karena mencium aroma keprotektifan Doyoung. Dia mencium aroma-aroma kemungkinan drama, antara Doyoung ikut serta atau berujung tak diperbolehkan.
"Doyoung Hyung," sapa Mark ramah, tak lupa disertai tos ala lelaki dewasa.
Jaehyun semula hendak masuk kamar, spontan berputar jadi keluar demi membantu Jungwoo. Jangan sampai pertengkaran kembali terjadi, sehingga membuat Mark heran sekaligus terkejut. Lalu para member kompak bertanya, atau bahkan parahnya hingga ke telinga sang manajer.
"Jungwoo dan Mark hendak menemui Yangyang, Hendery dan Xiaojun, Hyung," jelas Jaehyun mewakili.
Doyoung melirik Jungwoo meminta penjelasan. Jungwoo hanya menatap lurus lorong dorm kamarnya bersama Jaehyun. Mark mengernyitkan dahi. Dia mengikuti arah pandang Doyoung, yang anehnya menatap curiga Jungwoo. Tidak dirinya tidak cemburu, hanya saja tiba-tiba terbesit kecurigaan beberapa saat lampau.
"Yang dikatakan Jaehyun Hyung benar Doyoung-ie Hyung."
Doyoung mengangguk-anggukkan kepala paham. Dia sebenarnya ingin memperbaiki perlahan komunikasi dengan Jungwoo, dan bermaksud meminta maaf telah membentak sekaligus over protektif. Tetapi apabila salah satu adiknya sibuk, tampaknya niat harus ditunda atau disampaikan Jaehyun terlebih dahulu saja?
"Apakah kalian akan lama?"
"Bisa jadi Hyung, soalnya yang meminta bertemu adalah Yangyang. Apabila Hyung ada perlu Jungwoo tak menemani Markeu tak apa-apa."
Jungwoo membelalakkan mata tak terima berpadu dengan ketakutan. Dia menatap Mark penuh mohon, berharap Mark peka dan melihat kodenya. Doyoung terkekeh, hatinya nyeri sebagai anak sulung. Doyoung melihat raut tak terima dan kesal Jungwoo.
"Pergilah saja tak apa-apa. Hyung di sini hendak perlu dengan Jaehyun kok."
Kini berganti Jungwoo yang mengernyitkan dahinya. Apakah telinganya salah dengar? Apakah Doyoung kerasukan? Atau saat ini Jungwoo tengah bermimpi? Manakah yang benar dari ketiga perkiraan tersebut.
Hendery mengajak teman-temannya menuju kafe dekat agensi, karena apabila jauh-jauh dirinya tengah malas. Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Mark dan Jungwoo tiba bersamaan dengan makanan telah dipesan tiba.
"Jungwoo Hyung! Markeu!" teriakkan Xiaojun dengan highnote rasanya tak mampu ditandingi siapapun.
Mark dan Jungwoo menghentikan acara toleh menoleh lalu bergegas menghampiri meja Hendery, Xiaojun, dan Yangyang.
"Kalian telah tiba sedari tadi?" Pertanyaan yang terdengar basi memang. Mana mungkin tiba tak begitu lama, sedangkan mereka tak berpapasan di jalan. Mana mungkin pula baru tiba karena itu merupakan Jungwoo dan Mark.
"Jadi mengapa kalian memanggilku? Apabila melihat letak tempat temu yang tak jauh dari agensi, tampaknya topik pembahasan kita juga akan bersangkutan dengan agensi."
"Kau bagaikan peramal saja Mark," ejek Xiaojun dengan tawa receh.
*Hyung benar. Yangyang-ie tak sengaja mendengar suara yang mirip dengan pria mengajak Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo Hyung ke rumahnya saat di Indonesia."
Jungwoo membelalakkan mata lebar-lebar. Apa ini? Apakah ini karena dirinya ketinggalan tak membuka grup dan pesan pribadi orang tuanya, sehingga tak tahu kemungkinan father dan mother akan menemui teman dari beda unitnya?
"Jungwoo Hyung tak apa-apa?" tanya Hendery, selaku pertama menyadari perubahan eksperesi dalam sedetik Jungwoo.
"Eoh? Ah, tidak. Hanya terkejut dengan suhu tiba-tiba terasa dingin saja sekilas," jawab Jungwoo berbohong.
"Apakah kau mendengar kira-kira siapa namanya, Yang? Dan apa yang mereka bahas?"
Yangyang menyedot terlebih dahulu minuman pesanannya. Mengingat dengan yakin apa yang dibahas. Netranya berbinar kala sukses berhasil mengingat.
"R-A-F-F-I. Ah! Ra--Raffi? Iya benar namanya Raffi Markeu Hyung. Sedengar Yangyang beliau ingin berkeliling agensi dibimbing oleh perwakilan member NCT. Apabila Jeno dan Jaemin sudah saat mereka kecil, Doyoung, Jaehyun, Jungwoo pun sudah, apabila Yangyang tebak kemungkinan dari WayV, Hyung."
Tak sampai satu jam, jantung Jungwoo rasanya mengundurkan diri terlampau terkejut. Bahkan Jungwoo hingga menyemburkan jus yang tengah dirinya minum. Tiba-tiba saja rasanya tenggorokannya bak dicekik.
"Hyung kau tak apa-apa?" seru Hendery, Xiaojun, Mark, dan Yangyang bersamaan karena pamit.
"Gwenchana-yo."
Gwenchana di lisan bukan berarti selaras dengan isi hati dan otak bukan? Jungwoo bukan mengatakan tak apa-apa, tetapi nyatanya dadanya bergemuruh karena cemas, otaknya terbolak-balik memikirkan bagaimana bila dirinya dan kedua Aa ketahuan? Bagaimana reaksi para teman? Kapan orang tuanya hendak kemari?
KAMU SEDANG MEMBACA
Father and Mother (Tamat)
Fanfiction🚨Ninu ninu ninu tet tet note peringatan mau lewat🚨 Peringatan 🚫Cerita hanyalah fiktif belaka dari kehaluan. Dimohon sebesar cintaku pada Johnny Suh, untuk cerita ini tidak dihubungkan ke alam realita 🚫 Selamat membaca dari Johnny Suh dan saya se...