Kecurigaan Bubu

282 14 0
                                    

ANNYEONG. Halo Kakak-kakak. Selamat natal untuk kakak-kakak yang merayakan. Semoga damai dan sukacita Natal menyertai kita. Kiranya kita selalu dalam lindungan-Nya. GBU and Merry Christmas.

"Terima kasih sijeuni Sayang. Mari bertemu di kesempatan berikutnya."

Jeritan terakhir para penggemar membuat Taeyong merasa terharu melihat dukungan yang diberikan oleh para penggemarnya. Mereka adalah sumber inspirasinya untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik di atas panggung. Fansign seperti ini adalah kesempatan baginya untuk bertemu langsung dengan para penggemar dan mengungkapkan rasa terima kasihnya.

Sampah-sampah di depan panggung mulai menampakkan keberadaan. Beberapa staff kembali melanjutkan tugasnya, kala hari sebelum fansign berlangsung. Meja semula menjadi topangan, kursi semula menjadi bantalan empuk mulai dijauhkan dari panggung. Taplak meja menjadi pewarna agar meja tak tampak sunyi, telah dikibas-kibaskan agar tak ada noda tersisa.

Sang bintang telah menepi ke belakang panggung. Memindahkan pemandangan netra dengan aneka sajian disiapkan staff dan sponsor. Tak sebatas satu menu saja menggoda netra dan perut, yang meronta-ronta menuntut kerjasama tangan. Aroma semu-semu tercium walau makanan tak lagi hangat, membuat

"Kalian benar-benar hebat dalam menyiapkan semua ini," ucap Taeyong kepada staff yang telah bekerja keras. "Terima kasih atas dedikasi dan kerja keras kalian."

Staff-staff itu tersenyum bangga mendengar pujian dari Taeyong. Mereka tahu bahwa pekerjaan mereka tidak hanya tentang membersihkan dan menyusun properti, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi Taeyong dan para penggemar.

Taeyong duduk di salah satu kursi yang telah disiapkan. Ia menikmati hidangan yang telah disajikan dengan penuh kenikmatan dalam setiap suapannya.

"Taeyong-ah!"

Netra bulat itu terbelalak kala mendengar suara, yang juga tadi menemaninya di atas panggung. Salah satu MC tersohor di ibukota yang memiliki segudang talenta, kembali menemuinya walau telah berinteraksi di atas panggung. Bahasa inggris menjadi sarana komunikasi opsi bahasa netral bagi mereka.

"Eoh? Wae? Ah,  maksudku ada apa, Indra-ssi?"

"Apakah makanan Indonesia cocok di lidahmu? Bagaimana apakah ada yang kurang? Mana yang menjadi favoritmu?"

Taeyong menatap meja yang masih menyisakan beberapa makanan tak dirinya jamah. Batinnya menimang-nimang pilihan selera sang indera pengecap.

Taeyong menganggukkan kepala pertanda lidahnya cukup cocok dengan makanan diberikan. "Sudah cukup Indra--ssi. Saya harap bisa kembali menikmati hidangan ini. Menurut saya makanan--" Jemarinya sebatas menunjuk stok sisa makanan dia coba satu kemasan.

Lelaki bekerja sebagai manajer menghampiri anak asuhnya, mengingat jadwal berikutnya sehabis fansign. "Taeyong-ah mari bergegas berganti baju, karena kau harus menghadiri undangan bukan?"

Taeyong menatap sungkan lelaki berusia 40 tahun lebih di sampingnya. Rasa tak enak hati bersandang dalam diri. Tak lama setelah itu beberapa artis menjadi penonton spesial, menghampiri belakang panggung juga. Beberapa meminta foto, melakukan video challenge bersama, dan aneka konten lain.

"Indra--ssi maaf tak bisa bicara lama-lama," ucap Taeyong tulus.

Indra Herlambang, lelaki yang dipanggil Indra--ssi itu tersenyum maklum. Tidak masalah besar karena dirinya juga merasakan, bagaimana padatnya keseharian orang dengan kamera dimana-mana. Setidaknya handphone-nya telah terselip kenangan sederhana yaitu foto bersama.

"Tidak apa-apa Taeyong-ah. Terima kasih untuk kesempatan foto bersamanya. Terima kasih telah kemari. Semoga kita dapat bertemu kembali."

Bukan kediaman mewah sang artis pemberi undangan langsung menyambut netra, melainkan gedung-gedung bertingkat menyapa netranya. Sang pemberi undangan mengatakan bahwa berniat mengajak Taeyong syuting bersama terlebih dahulu, barulah setelah itu dirinya mengantarkan menuju ke kediamannya.

"Doyoung-ie? Jungwoo-ah?" Dua nama langsung terucap kala menatap paras father Fi dari dekat dan secara langsung.

Pertanyaan mengembung di benak kala melihat perpaduan wajah father Raffi. Rahang dimiliki menurutnya mirip dengan milik Doyoung, sedangkan untuk paras ntah mengapa dia merasa bahwa menyerupai Jungwoo.

"Ha? Ah kau benar saya yang bertemu Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo beberapa waktu lalu, Taeyong-ssi. Ayo kita syuting lalu ku antar ke rumah berkenalan dengan istriku."

Taeyong menganggukkan kepala sembari otaknya asyik-asyik menimang rasa curiga. Ntah mengapa sudut hatinya langsung peka apabila ada yang janggal. Taeyong telah selesai berganti kostum syuting. Bahkan kostum semula dikenakan hanya menyisakan kaus tanpa lengan, karena teriknya mentari ibu kota.

"Sayang ini Taeyong udah dateng!"

"Bawa samping belakang aja!" balas Mama Gi berteriak juga.

Lapangan kecil tenis menjadi tempat bertemu Taeyong dengan Mama Gigi. Ntah netranya terlampau jeli atau salah terka. Lagi-lagi dirinya dibuat salah fokus.

Paras ayu wanita di hadapannya menyerupai salah satu membernya. Ditambah rasa janggal kian terasa melihat potret-potret Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo bersama pasutri Andara dipajang tanpa absen satu potret terlewat.

Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang