Temu Agensi SM

319 20 0
                                    

Hi Kakak-kakak. Maaf karena lupa ini hari Rabu. Apakah sudah pada tidur? Aku harap kalian mimpi indah dan sehat selalu.

Rencana yang dinanti-nanti sedari kemarin akhirnya telah tiba waktunya. Salah satu gedung menjulang tinggi, yang identik penjaja visual berlian telah tiba di depan mata. Bukan lagi akan beberapa tapak kaki baru tiba, melainkan gedung agensi big 3 ini telah ditapaki pasutri beserta tim mereka.

Bukan untuk mengunjungi ketiga putra penuh visualnya, melainkan untuk memuaskan penonton dengan konten yang segara tayang sekembalinya dari Korea Selatan.

"Pa, Mama takut lupa dengan langsung mendekap Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo," bisik Mama Gigi mengutarakan kecemasan.

Papa Fi mengalihkan tatapan lurus dari pintu masuk. Perasaan yang dirasakan sang istri, mirip seperti dirinya rasakan. Hanya saja dirinya memilih membisu, menerka-nerka apakah otak dan hati akan bisa diajak bekerjasama dengan situasi?

"Ma, tenanglah... Papa yakin kita bisa lalui hari ini. Kita bisa hargai keputusan dan keinginan putra-putra rantau kita."

Bak Rayyanza kala merayu minta digendong, Mama Gi menatap ragu bercampur penuh harap sang suami. "Semoga, Pa."

Undangan yang telah diterima dengan senang hati, membuat kedatangan Mother dan father telah dinanti sedari tadi. Salah satu karyawan ditugaskan agensi untuk menyambut, sekaligus menjadi petunjuk arah dalam gedung agensi.

"Selamat siang, Nyonya dan Tuan. Kalian ingin langsung berkeliling atau menemui CEO terlebih dahulu?" Perbedaan bahasa membuat karyawan yang ditugaskan bertanya dengan bahasa Inggris.

"Saya rasa waktu CEO tak banyak, dan mungkin terkaan saya benar. Saya duga CEO tengah tugas di luar bukan?" Father Fi pun menjawab menggunakan bahasa yang sama, dikarenakan bahasa Koreanya pasif. Sedangkan translator dirinya memilih tak menggunakan jasa translator, setidaknya sebagai bentuk antisipasi bila ada secuil waktu privasi mendekap ketiga putranya.

Tersenyum kikuk dengan kepekaan Father Fi, pada akhirnya dia menuntun perlahan mengenalkan tiap ruang di agensi tanpa terlewat sedikitpun. Kebetulan sekali Siwon tengah rindu agensi, tengah berkunjung sekaligus menemui Heechul dan Yesung.

"Yo! Bro!" Papa Raffi spontan bersalaman apa lelaki oleh Siwon. Mungkin andai ini adalah pertemuan awal mereka, atau hubungan keduanya belum begitu akrab. Maka Father melakukan salam berbeda.

Pembimbing jalan agensi berhenti tepat kala mendengar sapaan salah satu tamunya. Dia memang tak memahami apa arti kalimat Father Fi, tetapi selagi belum menimbulkan rambu-rambu bahaya untuk artis naungan mereka tak masalah. Ditambah menurut pendengarannya sapaan tersebut sangat terdengar telah akrab. Dia terka mustahil rasanya bila ada orang jahat, tetapi sang CEO dengan santai menyetujui bertamu untuk bincang-bincang dengan perwakilan idol mereka.

"Raffi?"

"Iya ini gue Bro. Ngopi yuk habis ini, gue traktir cincai lah."

Dengan beberapa kosakata yang Siwon hafal, membuat dirinya pelan-pelan mulai lancar berbicara bahasa Indonesia. Ya, walau tentu saja aksen Koreanya tak pernah tertinggal di lidah.

"Aduh, maaf nih udah ada janji duluan. Di sini masih lamakan? Join alamat selama di sini dong, nanti gue ajak temen atau junior buat temenin sekalian main bareng sulung dan bontot lo."

Sulung? Ya, orang-orang secara mayoritas mengetahui Rafathar adalah si sulung, tanpa tahu latar sebelum dimana father dan mother memiliki anak rantau rahasia. Yang visualnya juga tak kalah tampan dan memabukkan. Lidah mother dan father Kelu, hatinya tak henti-henti berdenyut nyeri sedari dulu kala Rafathar dikata sulung.

"Nomer lo masih lamakan Won? Nah, nanti gue send deh, kasian nih bini gue udah penasaran."

Siwon mengangguk-anggukkan kepala mengerti, "Ok, ditunggu. Gue duluan ya kalau gitu."

Heechul dan Yesung memang tak mengenal siapa father Fi, tetapi keduanya membungkuk sedikit bentuk berpamitan. Mereka penasaran mendengar bahasa asing tersebut. Tetapi ntah mengapa mereka merasa pernah melihat di sosial media salah satu junior, di koran lokal, serta merasa mirip dengan orang sering mereka temu tetapi tak mengingat siapanya.

"Tuan, Nyonya, ini adalah ruang latihan NCT 127. Dimana member mereka terdiri dari Lee Taeyong sebagai leader, Taeil sebagai member tertua, Johnny, Mark sebagai member berkewarganegaraan Chicago serta Canada tetapi berdarah Korea Selatan. Lalu untuk member asing terdapat Nakamoto Yuta namanya. Si maknae di NCT 127 bernama Haechan. Haechan dan Mark ini juga berada di grup lain yaitu NCT Dream, apabila saya tak salah ingat Nyonya dan Tuan juga sempat bertemu dengan kedua member NCT Dream bukan? "

"Ya, benar kami sempat bertemu dulu. Saat salah satu putra kami masih sangat kecil," jelas Mother Gi membenarkan.

"Maaf Nona, tetapi bukankah NCT 127 masih ada tiga member lagi?" Father Fi menepuk kasar mulutnya kala kelepasan.

Bodoh! Bodoh! Bodoh! Bisa-bisanya dia kebablasan memberi rem mulut. Semoga saja pikiran buruk tak terbesit di benak gadis di hadapannya ini. Mama Gigi menatap horor sang suami, dia juga karena nama ketiga bujang tampannya dilewatkan tetapi tak menyangka juga dengan lisan sang suami.

"Ah?! Ah iya benar saya lupa. Namanya adalah Kim Doyoung, Jung Jaehyun, dan Kim Jungwoo. Sepertinya kalian mungkin bisa bertemu dengan ketiga member ini, dikarenakan mereka hobi nongkrong di kafe perusahaan."

Tatapan Mother Gi seketika berbinar-binar, father Fi juga menahan lekungan senyum di bibirnya. "Kalau begitu mari temui Hendery dan Yangyang, sebelum pengasuh putra-putra saya menelfon."

Karyawan yang ditunjuk para jajaran atasan mengangguk patuh. Dia mengajak father dan mother menuju ke ruangan, dimana Hendery dan Yangyang telah menanti sedari tadi.

"Hello!" sapa Mother dan Father bersamaan.

Hendery dan Yangyang tersenyum ramah dengan suasana masih canggung. Kepribadian father Fi yang mudah ramah seperti Rayyanza dan Jungwoo, membuat kecanggungan selama rekaman konten hanya berlangsung sejenak saja. Konten telah selesai mereka buat, tinggal editor bertugas, lalu setiba di Indonesia akan tayang.

Dikarenakan merasa telah cukup hafal dengan jalan agensi, membuat mother dan father mempersilakan karyawan tadi agar lanjut bekerja. Netra mother dan father bersinggungan dengan Doyoung, Jaehyun, Jungwoo hendak menutup pintu latihan. Tak ada satu kata terlontarkan, hanya tatapan kelimanya yang berbicara.

Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang