Jungwoo dan Dongsaeng Trainee

323 16 0
                                    

Yes seperti biasa dikarenakan kuota aku habis jadilah update lebih awal.

"Anyeonghaseyo Sunbae-nim!"

Bersuara tapi tak berhasil menemukan wujudnya. Begitulah nasib Jungwoo yang menoleh ke sana kemari di salah satu lorong agensi.

Sunbae-nim? Bukankah berarti ini artinya adalah yang lebih muda dan lebih tepatnya adalah sang junior? Lantas dimana wujud orangnya? Mengapa suaranya dulu yang baru berwujud? Apakah Jungwoo yang salah dengar?

"Sunbae!"

Jungwoo terperanjat seketika kala tiba-tiba ada seseorang menepuk bahunya. Jungwoo menghela nafas, tampaknya ketiga lelaki lebih muda ini yang memanggilnya sedari tadi. Hampir saja Jungwoo hendak lari terbirit-birit ke ruang latihan salah satu seniornya.

"Nee?"

"Hm... Gwenchana-yo Sunbae-nim, kami hanya ingin menyapa dan berkenalan saja."

Jungwoo menahan kembang kempis hidungnya. Wah, ketampanan mengalahkan sang father ini ternyata kian memesona. Haruskah dia mulai mencari pasangan sebelum wajahnya berubah menjadi katak? Eh, maksudnya berubah menjadi tak bervisual.

"Ah, berkenalan?"

"N--Nee Hyung..."

"Ah Sunbae-nim maksudnya."

Jungwoo terkekeh gemas. Bayi-bayi ini menggemaskan sekali di matanya. Rasanya Jungwoo hendak membungkus dengan karung. Atau menarik ketiga juniornya untuk berkenalan dengan adik kecilnya yang berada di Andara.

Jungwoo menepuk bahu ketiga junior secara bergantian, "Tenanglah, Hyung tidak mengigit adik-adik imut seperti kalian."

Tawa canggung tercetak jelas di pipi gembil dan wajah imut ketiga lelaki di hadapan Jungwoo, "Ma--maafkan kami Hyung."

WAH alias waduh, aduh, dan haduh. Jungwoo merasa bersalah tiba-tiba. Ntah mengapa dirinya tiba-tiba merasa bak penculik yang merayu anak-anak.

"Hei siapapun nama kalian. Ayo kita bicara santai saja. Bagaimana bila kita jalan-jalan dan bicara di cafe agar nyaman? Eh, tapi kalian membawa masker dan topi bukan?"

Ketiga lelaki yang lebih muda dari Jungwoo saling pandang terlebih dahulu. Saling bertukar pikiran melalui batin, yang ntah berantah benar-benar terhubung atau tidak.

"Bagaimana?" Lama menunggu jawaban membuat Jungwoo kembali menanyakan.

"Memang boleh, Sunbae-nim?"

Kedua temannya yang lebih muda spontan membelalakkan mata sekaligus mencubit perut sang teman. Korban yang terkena cubitan sedikit meringis, karena kedua perutnya dicubit bersamaan. Jungwoo terkekeh gemas dan menggelengkan kepala.

"Tentu saja boleh. Mengapa juga tak boleh?"

"Kami jajannya banyak, Hyu--Sunbae." Si paling muda akhirnya bersuara juga.

Jungwoo membelalakkan mata terkejut, lalu meraba saku mencari dompetnya, dia juga berpura-pura seakan lupa membawa debit serta uang tunai.

"Ya..."

"Sunbae apabila tidak bisa juga tidak apa-apa. Kami hanya ingin menyapa saja, kebetulan tengah berlatih di agensi."

Jungwoo menatap ketiga calon adik-adiknya. Ah, sepertinya dia akan memiliki teman baru. Dia rasa akan sering bermain bersama adik-adik baru selain member NCT Dream dan tiga maknae WayV.

Jungwoo tertawa puas. Ternyata selain menjahili Rafathar, menjahili adik-adik dalam satu grup NCT selain para Hyung-nya juga tak kalah menyenangkan.

"Hei aku hanya bercanda. Ayo kalian yang pilih cafenya saja."

Wajah ketiga junior Jungwoo seketika berseri-seri. Menjadi trainee dengan kesibukan yang padat, lalu dalam sehari mendapat penawaran traktiran padahal hanya berniat menyapa Bukankah hal itu sangat keberuntungan besar?

Aneka makanan yang telah disepakati untuk dipesan telah tersaji sedari tadi di depan mata, bahkan kesegaran minuman yang telah dipesan juga tampak tak kalah menggiurkan. Hanya saja... Kedua hal tersebut belum terjamah karena ketiga junior menanti Jungwoo masih asyik menatap layar gelap handphone.

Penerkaan buruk terbesit, ditambah kala beberapa kali melirik eksperesi wajah Jungwoo. Apakah grup yang akan mereka masukin juga tengah ada masalah? Ah, tampaknya hal ini mustahil bila ada masalah besar, hingga membuat para member tak pintar menyembunyikan ekspresi.

Ini memang bukan hal ketiganya, tetapi sang otak tak munafik bila penasaran. Ingin bertanya tapi takut mengusik privasi.

"Loh belum kalian makan?"

Asyik melamun menerka-nerka masalah sang senior, membuat ketiganya lupa apabila tengah di luar.

"Makanlah duluan tak apa-apa. Aku hendak keluar sebentar."

Ketiganya mengangguk patuh. Perintah Jungwoo tak mereka indahkan. Ketiganya asyik menopang kepala, menanti sang pentraktir kembali.

Jungwoo telah selesai mengintip secuil notifikasi baru dari Indonesia. Bahkan dirinya secara diam-diam membuat akun baru dengan nama samaran Indonesia yang rahasia. "Nama kalian si-- Kenapa masih kalian belum makan? Apakah hendak pindah kafe saja?"

"Anniya (Tidak)," sahut ketiganya bersamaan.

"Ini hendak kami makan, Sunbae."

"Ya, makanlah yang banyak apabila perlu bertambah dan bungkus tak apa-apa."

Meja telah bersih tanpa hidangan apapun. Keempatnya masih menikmati arsitektur dalam kafe, sebelum kembali sibuk di agensi.

"Oh ya, siapa nama kalian? Biar suatu saat aku juga mampu menyapa kalian bergantian."

"Saya Riku line 2003, Sunbae-nim."

"Wah, pantas saja kalian tampak seperti balita lulus TK. Lantas kalian?"

"Hyung wakilkan kita," ucap salah satu ketiganya dengan berbisik, tetapi sayangnya tak didengar oleh Riku.

"Sa--"

Hampir saja perkenalan hendak berganti giliran, sebelum paling bungsu menyela, "Hyung, nanti perkenalkan aku sekalian, ok?"

"Tidak! Kau sendiri."

"Hyung," rayu si bungsu menampilkan puppy eyes.

"Hai. Sudah Hyung bilang apa. Panggil Hyung juga tak masalah dan santai saja. Mengerti?" Permintaan Jungwoo dibalas anggukan patah-patah ketiga adiknya.

"Saya Ryo line 2007, Hy--Hyung?" Walau ragu tetapi pada akhirnya Jungwoo mendengar panggilan itu juga.

"Adik pintar, hadiahnya kau boleh memesan apalagi bagaimana?"

"Hyung iyakan saja!" pekik paling bungsu kegirangan.

"Eits, itu hanya untuk Ryo kecuali bila kau juga memanggilku Hyung baru aku persilakan kalian bertiga."

Si bungsu melipat wajah kesal, namun berubah kala menatap roti-roti kesukaannya.

"Nee! Saya Sakuya satu line dengan Ryo dan kami terpaut 3 bulan, karena Sakuya 18 November, sedangkan Ryo 4 Agustus, dan Riku Hyung 28 Juni 2003," jelas Sakuya terlampau jelas memperkenalkan. Untunglah para trainee tak ikut ketarik disebut.

Riku menundukkan kepala menahan malu, gemas, dan tawa. Begitupula dengan Ryo yang menahan dengan mengigit bibir. Jungwoo dibuat sangat terhibur dengan keluar bersama ketiga adeknya. Rasanya kerinduan pada kedua adeknya sedikit terobati.

 Rasanya kerinduan pada kedua adeknya sedikit terobati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang