Main Ke Rumah Father Mother

605 37 5
                                    

Jam menunjukkan pukul 8.45 dimana beberapa menit lagi, maka jam untuk sarapan hotel akan segera berakhir. Ketiga jagoan Father dan mother sebenarnya telah bangun sejak tadi.

Tetapi terkhusus Jaehyun dan Jungwoo baru berniat untuk keluar kamar, kala teringat janji dengan si sulung.

Doyoung mengajak kedua adiknya agar bertemu saat naik lift menuju resto saja. Sebenarnya si sulung agak ragu, bila kedua adiknya akan benar-benar menemui di lift saja.

Di otaknya terbesit : Mungkin Jaehyun memilih pesan antar ojek, Jungwoo memilih makan cemilan, keduanya tidak sarapan, lebih dahulu makan, atau apesnya adalah keduanya terlambat sarapan sehingga hanya dirinya saja.

Doyoung ntah sudah beberapa kali berdecak dan mengumpat, karena kedua adiknya yang tak kunjung tiba.

Kedua lelaki saling pandang mengirimkan kode, yang lebih tua menganggukkan kepala pertanda 'ayo sekarang'.

"Aigo kamjagiya!" teriak Doyoung membuat lorong sekitar lift seketika menggema.

Menyusul teriakan yang membuat lorong jadi bergema. Tawa kedua pelaku juga tak kalah membuat lorong bergema. Bahkan si receh telah tertawa terpingkal-pingkal hingga berguling-guling di bawah.

"Yak!" Lagi. Doyoung berteriak sembari kali ini tangannya memberi pelajaran kecil.

Jaehyun dan Jungwoo kompak meringis. Telinga mereka terasa sangat panas, dan sepertinya saat ini telah memerah sekali.

"Sakit, hm."

"Ampun, Hyung. Maaf."

"Sakit atau tidak?"

"Sakit!" pekik Jungwoo dan Jaehyun secara kompak.

Senyum jahil terukir pada wajah Doyoung, lelaki tersebut dengan sengaja masih menjewer hingga pintu lift terbuka.

"Hyung, maaf," tutur Jungwoo penuh rayu.

"Hyung, kami minta maaf."

"Ulangi lagi?"

"Tidak Hyung! Kami sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi," jawab Jaehyun yang dibalas anggukan setuju Jungwoo.

Doyoung melepaskan jewerannya dari telinga Jaehyun dan Jungwoo. Kebetulan sekali restoran hotel sangat sepi, sehingga keduanya tak perlu berlama-lama agar secepatnya bisa ke rumah father dan mother.

Selain hendak melepaskan rindu lebih lama sebelum kembali ke Korea. Niat lain mereka adalah memberikan hadiah untuk Rafathar, dan tentunya memastikan pendengaran mereka kala menerima undangan kemarin.

"Mau kemana, A?" tanya sang supir taksi dekat hotel.

Doyoung yang duduk paling depan menyerahkan layar handphonenya. Lebih baik berpura-pura tak lancar berbicara bahasa Indonesia, tak memahami sebutan dari bahasa Sunda tersebut. Daripada identitas mereka sebagai idol terbongkar.

"Kamshamnida," ucap Doyoung, Jungwoo, dan Jaehyun setibanya di luar perumahan Andara.

Sang supir taksi menganga terkejut. Mengucapkan terimakasih saja semerdu itu, apakah ketiga lelaki tadi itu penyanyi? Wah, harusnya tadi dirinya meminta tanda tangan, untuk dikenang karena pertama mendapat penumpang dari Korea.

Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo sudah tak sabar menghabiskan waktu bersama keluarganya. Bahkan ketiganya hingga tak henti-henti mengetuk pintu dan membunyikan bel tanpa jeda.

"Sebentar-sebentar! Siapa sih? Sabar dong atuh ah."

Tatapan ketiganya berbinar, ingatan ketiganya masih ingat dengan jelas sang pemilik suara. Senyum jahil tercetak di wajah Jungwoo.

"Loh kalian lagi!" Om Merry membelalakkan mata terkejut sekaligus heran.

"Om Merry yang belum marry," ejek Jungwoo.

Om Merry memutar bola mata kesal, lalu memasukkan si tengah ke lengannya. "Rumah sendirikan? Ya udah sok masuk," perintah Om Merry sembari masih mengetiaki Jungwoo.

"Siapa Om yang dateng?" tanya Rafathar penasaran.

"Li--"

"AA!" Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo berjongkok, bersiap menerima dekapan hangat Rafathar yang langsung berlari dari tangga.

"Aa ke sini lagi?"

"Iya, That." Wakil Jaehyun menjawab.

"Nih That, hadiah dari Aa Juan, Dimas, dan si ikan Jamal."

Rafathar menatap penuh binar tiga bingkisan dari sang kakak.

"Loh kok nggak dibuka?" Om Merry yang masih di sana pun bertanya.

"Nanti aja biar spesial, Om!"

Papa Raffi yang baru tiba sehabis kerja dari semalam, pun terbelalak terkejut kala tiba-tiba melihat keempat putranya di ruang keluarga lantai bawah.

"Loh father kira kalian langsung terbang lagi setelah dari sini kemarin."

"Lusa baru pulang, Pa."

Papa Raffi menganggukkan kepala mengerti. Ya, beginilah apabila memiliki tiga bujang anak rantau. Masih mending apabila merantau menyebrang kota, provinsi, atau pulau. Tetapi ketiga putranya ini memilih menyeberang negara .

"Sebentar ya Father Fi panggilkan mother. Supaya kalian makan masakan kesukaan kalian, atau mau jalan-jalan saja?"

"Keduanya saja, Pa," celetuk Rafathar.

Doyoung dan Jaehyun mengusap gemas surai Rafathar. Si beku yang suka dengan seringan kapas bertutur ini, ternyata masih saja sama walau mereka baru sempat kembali bersama.

"Rafathar, Aa-nya capek dong. Aa kan harus istirahat juga." Sang Mama tiba-tiba keluar dari salah satu kamar di lantai bawah.

"Tidak kok, Mother. Kemarin kita langsung beristirahat. Ide Rifhir tak buruk juga," puji Jungwoo kepada sang adik.

Rafathar berkomat-kamit menirukan namanya yang selalu diubah-ubah.

"Ya sudah kalau begitu Mother masak dulu buat kalian bertiga. Dimas, bantu Mother, ya?"

Doyoung spontan menganggukkan kepala penuh semangat. Jaehyun dan Jungwoo masih asyik bermain, sedangkan Mother Gigi memilih mengecek si bungsu sebelum masak. Kebetulan sekali si bungsu ternyata ditemani father Raffi.

"Sini Pa, biar Cipung main sama Aa-nya juga."

Papa Raffi membelalakkan mata, seketika terduduk, lalu menggelengkan kepala mutlak. "Belum waktunya, Ma."

"Sudah Pa, kan kebetulan juga Dimas, Jamal, Juan sedang kemari."

"Ma..."

"Pa, Dimas,Jamal, dan Juan pasti juga curiga apabila terlalu lama."

"Mereka baru pertama kali kembali ke kita lagi, Ma. Hari masih panjang. Biarkan hari ini dan esok mereka santai sebelum lusa."

Mama Gigi menghela nafas, dia tersenyum paksa lalu keluar berniat memasak untuk jagoan-jagoannya.

Ibunda Mama Gigi yang kebetulan tengah berkunjung baru tiba, seketika mengambil alih dapur setelah melihat ketiga cucu rantaunya pulang. Dia yang tak kalah hafal pun memasak masakan cucu-cucunya.

Hari dan pergi bersama orang-orang yang berbeda, kali ini sukses membuat rindu tak begitu pekat pada batin Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo.

Ketiganya langsung kembali ke hotel diantar keluarganya. Yaps, keluarga karena semuanya kebetulan berkumpul dan masih dalam tanda kurung. Mereka yang tak memecahkan rasa curiga, dan tanpa kehadiran balita menggemaskan alias Cipung.

Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang