NCT Goes To Andara

399 17 6
                                    

Kedua puluh member NCT telah tiba dengan menggunakan tiga mobil travel, sekaligus satu mobil dengan dua member lagi bergabung bersama manager dan translator. Taeil dan Taeyong yang bergabung dengan mobil manager turun terlebih dahulu, dibandingkan mobil travel tengah mencari parkir.

Taeil dan Taeyong tertarik mengamati kerapihan taman di rumah pertama father mother. Netra keduanya terkunci rapat kala menatap balita berusia satu tahun lebih, agaknya tengah bermain bersama sang kakak.

Bukan-bukan harmonisasi keduanya pancarkan untuk orang asing selaku tamu seperti mereka. Melainkan rasa tak asing membuat keduanya bergeming secara kompak.

"Hyung."

"Tae."

"Taeil Hyung, bu--bukankah mereka--"

"Hai semuanya! Selamat datang dan ayo langsung masuk saja!"

Jeno dan Jaemin bergeming sedikit tak asing dengan pasangan suami istri menyambut walau masih dari kejauhan. Bukan karena rasa tak asing mirip dengan seseorang, layaknya yang dirasakan Taeil dan Taeyong. Melainkan ntah mengapa beberapa kepingan memori terbit, dengan waktu mereka juga lupa.

"Na, kau ingat mereka?"

"Hanya merasa tak asing tapi juga lupa."

"A--" Rafathar spontan menutup mulut sekaligus menggendong si bungsu, yang tak bisa menahan kerinduan dengan hendak menyapa ketiga kakak rantaunya.

Jenuh dan lelah tak sedikitpun menghampiri Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo. Bahkan perasaan rindu egois mengerubungi, kala melihat father mother menyambut 17 temannya.

"Hendery Ge, apakah dua anak itu adalah anak father dan mother?" tanya Yangyang.

Hendery terkesiap. Perasaan rindu dengan sang keponakan tersingkirkan karena pertanyaan Yangyang. Dia menganggukkan kepala. Yangyang bergeming menyembunyikan tanda tanya. Agaknya isi otaknya mulai teracuni dengan isi pemikiran 127 Hyung.

"Ada apa?"

"Hanya--"

Asyik berbicara selama menuju pintu masuk rumah kedua Raffi, membuat Yangyang terkesiap kala gilirannya mendapatkan pelukan. Ten dan Winwin menyadari ekspresi mencurigakan sang maknae, tak tahan bertanya sehingga menanti agar berjalan bersama.

"Jeno! Jaemin!"

"Nee?" sahut keduanya keheranan melihat antusias father Fi.

Mother telah berjalan terlebih dahulu karena membimbing 18 member jalan terlebih dahulu.

"Kalian ingat kami?" Father Fi bertanya dengan bahasa Inggris.

Netra Jaemin terbelalak kala tak sengaja menangkap potret dirinya kala berambut pink. Jeno kian menyipitkan mata yang memang telah sipit. Ah, kini keduanya baru teringat kalau melihat foto tersebut.

"Ah, ini anda! Maafkan kami karena sempat lupa, Hyung."

"No-no-no don't call me Hyung. You can call father and my wife mother."

"Benar kalian panggil saja Raffi Hyung father dan Gigi Noona mother, seperti kami semua!" sorak Haechan kesenangan dengan hasil cicipan hidangannya.

Member terlalu banyak dan rasa penasaran dengan reaksi, membuat Mama Gigi memiliki ide dadakan. Ruang makan bagian bawah disulap sedemikian rupa dengan tengah-tengah terdapat daun pisang sebagai alas pengganti piring.

"Yak!" pekik Renjun kesal karena Haechan berteriak tepat di telinganya.

Taeyong menatap hangat pemandangan di hadapannya. Tetapi sayang netranya justru menatap penuh tanya, ke balita berusia satu tahun lebih tampak asyik bermain dengan tangan Doyoung, sekaligus bermain dengan punggung Jungwoo.

Ntah hanya perasaan atau kenyataan tetapi dia rasa, apabila balita belum dia ketahui namanya itu telah sangat kenal dekat dengan kedua membernya.

"Taeyong-ah kenapa belum dimakan? Ingin makanan lain atau cemilan saja?" celetuk Mama Gigi dari balik punggung Taeyong.

Taeyong terperanjat karena sang tuan rumah agaknya mengamati dia sedari tadi. Taeyong tersenyum hangat lalu menggelengkan kepala.

"Anniya. Ini sudah cukup, Noona."

"Kalian semua apabila ada yang diinginkan lagi bilang saja, ya?"

Para member kompak menganggukkan kepala penuh semangat. Mereka terlalu asyik mencicipi tiap hidangan telah di siapkan di depan mata, sekaligus terbiasa di rekam oleh banyak kamera membuat memilih abai dan sedetik langsung nyaman di rumah father mother.

Layaknya anak bebek siap berendam, anak-anak NCT mengular mengikuti father mother mengenalkan rumah pertama dan kedua. Sembari terselip membahas cerita pribadi, budaya, tetapi seberapa pun menarik yang dikatakan father menurut father mother. Tidak demikian menurut Yangyang dan Hendery.

Sempat kesasar menuju ke toilet membuat keduanya percaya dengan diucapkan sang leader pusat.

Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang