Kemari Sekarang!

309 13 0
                                    

Handphone Doyoung :
Father Fi
| Dimas apa yang sebenarnya terjadi?
| Aa kalian baik-baik saja?
| Aa tolong hubungi Mama atau Papa saat online
| Kami tunggu di apartemen Seoul, Nak

Mother 💕
| A
| Aa kenapa gak angkat telfon Mama?
| Aa, Mas, dan Abang menyembunyikan sesuatu ya?
| A, Mama cemas loh
| A, ayo cerita ke Mama
| Aa sibuk?
| A, tolong ajak Mas dan Abang ke apartemen ya

Handphone Jaehyun
Papa Fi
| Mas Jamal ada apa sebenarnya? Kenapa kamu, Aa dan Abang kompak sekali gak bisa dihubungi
| Mas, kalian menyembunyikan sesuatu dari Mama Papa ya?
| Mas, sampaikan pada Aa dan Abang agar kita bertemu di apartemen. Papa tak peduli kalian sibuk atau tidak. Papa peduli hanya jelaskan.

Mother Gi💐
| Mas
| Mas Jamal
| Mas ayo angkat telfon Mama
| Mas kalian semua kenapa?
| Mas ini hanya pikiran negatif Mama sajakan?
| Mas, Aa sudah bilang atau belum? Kalau belum tolong kemari ya Nak. Kami telah tiba di Korea di apartemen.

Handphone Jungwoo
FaFi (Father Raffi)
| Abang Juan Malik Ahmad
| Kenapa kalian bertiga ini?
| Apa kalian kompak sembunyikan?
| Juan katakan pada Papa Mama hari ini di apartemen!

MoGi (Mother Gigi)
| Abang
| Kalian sibuk ya?
| Kalian tidak menyembunyikan sesuatu bukan?
| Bang, Mama khawatir.
| Bang, ke apartemen ajak Aa dan Mas ya hari ini. Mama yakin kalian terjadi sesuatu. Ceritakan semuanya mengerti?

Notifikasi setelah seharian tak menghubungi ketiga bujangnya, membuat Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo seketika terbirit-birit bersiap menuju ke apartemen kedua orang tua mereka berada di Korea Selatan. Tak seperti layaknya pertemuan pertama dengan sang resepsionis. Kali ini DoJaeJung langsung dipersilakan masuk ke unit apartemen dibeli father mother.

Dengan penampilan asal dan acak-acakan, ketiga bujang rantau bergegas keluar dari dorm menuju ke apartemen father dan mother. Keadaan sehabis mabuk seharian membuat keduanya berujung tak menggenggam handphone. Bingung dan kalut menjadikan ketiganya berlari ke minuman keras.

"Bagaimana ini Aa, Mas?"

Doyoung mengusap kasar rambutnya. Otaknya pun sendiri kebingungan, merangkai kalimat penjelasan untuk orang tua mereka. Berbohong berujung father mother ke agensi menanyakan keadaan. Atau jujur tetapi kian membuat orang tuanya juga ikut kepikiran.

"Mas, bingung Juan."

"Aa, juga."

"Apa yang kalian bingungkan?"

Netra Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo spontan terbelalak, tubuhnya terasa kaku membuat bergeming kala suara sang Papa tiba-tiba muncul. Ketiganya kompak meneguk ludah secara kasar, saling lirik melemparkan kode, lalu menatap takut Papa Raffi.

"Papa bilang apa?" Tak meninggikan nada memang, tetapi nada datar diucapkan Papa Raffi justru membuat bulu kuduk meremang.

"Ka--kami--" Penjelasan masih terbelit-belit kian tak kuasa terucap kala Mama Gigi berlari dari pintu dan langsung mendekap ketiga putranya.

"Kalian ini kenapa? Kenapa Mama telfon tidak diangkat? Apa yang sebenarnya terjadi? Kalian menyembunyikan sesuatu dari Mama ya."

"Bu--bukan begitu, Ma," sahut Jaehyun menenangkan.

"Lantas bagaimana?" Masih dengan nada datar Papa Raffi kembali bertanya.

"Mbak Gigi, Bos lebih baik kita masuk deh. Keadaan Aa, Mas, dan Abang acak-acakan serta dibentak justru membuat orang-orang melirik kita," bisik Om Mery menegur.

Dengan langkah lebar termakan oleh emosi bercampur kecurigaan. Papa Raffi berjalan terlebih dahulu, masuk ke dalam kamar meninggalkan Om Merry, Mother Gi, Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo berada jauh di belakang. Yang dikatakan sang asisten menemaninya dari nol, benar adanya walau dia dengan teledor telat menyadari. Mabuk begitulah penerkaan terbesit seketika.

"Jadi apa yang sebenarnya terjadi. Katakan secara sejujur-jujurnya tanpa berbohong satu katapun!" perintah Papa Raffi kian membuat Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo ketakutan.

Mother Gi tak henti-henti mengusap punggung ketiga bujangnya. Walau telah beranjak sangat dewasa, tetapi bagi Mother ketiga putranya adalah bayi masih perlu tuntunan bukan emosi.

"Ka--kami-- ketahuan, Ma, Pa," celetuk Jungwoo masih bertahan menundukkan kepala, dan dengan suara kecil merasa ketakutan.

"Ketahuan?" tanya Mama Gigi tak menangkap maksud perkataan putra tengahnya.

Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo bersusulan menganggukkan kepala. Papa Raffi tersenyum miring, waktu telah dinanti sedari awal putranya menjadi trainee akhirnya tiba. Tidak! Dia bukannya jahat dengan mensyukurkan. Tetapi segala hal dengan kebohongan hanyalah berujung kerumitan.

"Pa, ketahuan apa yang mereka maksud, Pa?"

"Mereka meminta Papa merahasiakan dari Mama. Apabila Dimas, Jaehyun, dan Jungwoo tak ingin menggunakan identitas asli mereka, Ma. Oleh sebab itu Papa mencarikan keluarga asuh untuk ketiga putra kita. Papa juga melakukan kerjasama, agar juga dapat memantau secara diam-diam. Tetapi diam-diam juga terbongkar semuanya."

Mama Gigi terpaku dengan penjelasan sang suami. Jadi selama ini alasan ketiga putranya melakukan panggilan sembunyi-sembunyi adalah karena merahasiakan identitas? Jadi nama Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo adalah nama pemberian keluarga asuh mereka? Mengapa? Apa alasan ketiga putranya merahasiakan?

"Ke--kenapa kalian memalsukan identitas kalian, Nak?"

"Ma, bukan memalsukan identitas. Karena identitas kewarganegaraan mereka tetap Indonesia hanya saja untuk diketahui fans, agensi, dan entertainment adalah nama tersebut," jelas Papa Raffi membenarkan.

"Tapi kenapa, Pa? Kenapa Dimas, Jamal, dan Juan harus merahasiakan kita? Apa alasan mereka?"

"Mbak tenang Mbak. Lebih baik tanya pada Aa, Mas, dan Abang saja. A, Mas, Bang, ayo bicara jangan takut."

"Kami takut dikira bergantung pada kalian Ma, Pa."

"Benar Ma, Mas,Aa, dan Juan ingin kita usaha seperti Papa usaha dari nol."

Senyum bangga tercetak di bibir Papa Raffi. Emosi semula terbit kembali terbenam kala pada akhirnya mengetahui alasan sesungguhnya.

Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang