Percakapan Sulung Ke Adik

304 17 0
                                    

Hi Kakak-kakak apa kabar? Di tempat kalian sudah hujan atau belum? Jaga kesehatan, semoga sehat dan bahagia selalu semuanya. Izin update sehari lebih cepat soalnya kuota mepet ya Kakak-kakak.

*****

"Jaeh!"

"Jaehyun-ah!"

"Yak! Jung Jaehyun!"

"Jung Jaehyun!"

Lorong yang sepi membuat Jaehyun memilih abai, walau indera pendengarannya menyaring jelas suara yang tak asing lagi. Bahkan bukan hanya tak asing, melainkan hafal suara itu sedari balita hingga dewasa bersama. Yups, tebakan kalian benar.

Lelaki kelinci itu berteriak sejak dari kejauhan. Sangat yakin dengan sang adik walau masih cukup jauh. Dengan kekesalan menumpuk di hati, karena sang adik menulikan telinga dan berjalan bak orang kesetanan.

Akhirnya membuahkan hasil manis untuk Doyoung. Si lebih tua berhasil menyelaraskan langkah keduanya beberapa langkah lagi. Doyoung menarik kerah baju sang adik, lalu menopang kaki selagi mengatur nafas.

"Yak!" seru Doyoung setelah berhasil mencengkeram bahu Jaehyun.

"Wae?" tanya Jaehyun seringan kapas dengan wajah polos tanpa dosanya.

"Wae-wae kau yang kenapa. Bisa-bisanya Hyung telah memanggil berulangkali tetapi kau tak balik badan. Memikirkan gadis mana kau? Secantik apa dia? Dibanding mother cantik mana?"

Jaehyun memutar bola mata kesal. Kakaknya ini hobi sekali menggodanya. Mentang-mentang sang kakak tidak suka skinship, sehingga interaksi Doyoung sedikit terkesan langka saat bersama idol perempuan. Bukan karena belok melainkan Doyoung juga antisipasi apabila terdapat fans baperan. Ntah terjadi skandal tidak menguntungkan, kegeraman bias adalah milik mereka seorang, dan ya hal lainnya.

"Tidak ada wanita secantik mother menurutku, Hyung. Bahkan apabila ada dia harus secantik mother terlebih dahulu."

Doyoung membelalakkan mata terkejut, mendengar kalimat sepertinya fakta. Dia mencubit kencang perut berotot sang adik. Jaehyun meringis merasakan pedasnya cubitan kegalakan sang kakak.

"Kau ini..."

"Hyung, pasti salah paham. Tipe idealku yang seperti mother. Bukan aku gila menyukai mother," tutur Jaehyun meluruskan arti kalimatnya.

Doyoung mencondongkan tubuh lalu menatap Jaehyun penuh selidik. "Benarkah?"

Pertanyaan Doyoung langsung dibalas anggukan yakin sang adik. "Tentu, Hyung."

"Jae, kau ada waktu? Ada beberapa pertanyaan tak bisa dipertanyakan di lorong."

Jaehyun mengingat jadwalnya sehabis bermain di agensi. Merasa yakin tak ada kegiatan berikutnya, selain kembali ke dorm bermain bersama Jungwoo. Membuat Jaehyun menganggukkan kepala menyetujui.

Anggota NCT 127, Dream, dan WayV beberapa berkumpul di ruang latihan membuat Doyoung bingung mencari tempat sepi. Ingin menjadikan kamarnya di dorm tapi takut tiba-tiba manager tiba. Menjadikan kamar Jaehyun dan Jungwoo, tetapi hubungannya dengan Jungwoo belum baik-baik saja. Ditambah topik pembahasan juga akan melibatkan nama Jungwoo, bisa-bisa bucin snoopy itu semakin marah padanya.

Kebetulan sekali rookies tak ada yang berlatih hari ini. Sehingga Doyoung meminjam sejenak untuk berbincang-bincang. Doyoung menggunci pintu ruangan agar aman.

"Aa tahu percakapan kalian berdua."

Jaehyun membelalakkan mata terkejut, tak menyangka padahal keduanya telah berbicara pelan. Apakah telinga Doyoung tembus pandang? Sehingga bisa menembus pintu kamar, atau pintu kamar kian menipis sehingga masih bisa menembus luar suaranya.

"Maafkan kami, A. Tapi kami juga merindukan father mother, terutama Jungwoo sangat merindukan Rayyanza."

Doyoung terkekeh, "Yakin? Bukannya kau jauh lebih-lebih merindukan kembaranmu itu?" ungkap Doyoung menerka.

Jaehyun membisu karena hal itu adalah fakta. Doyoung menghela nafas panjang. Akhirnya kesadaran permainan emosi dan ego, sekian lama berhasil menyadarkan Doyoung.

"Aa juga merindukan keluarga kita."

Bukan membisu karena ketahuan kebohongan merindukan keluarga. Melainkan Jaehyun membisu mencerna kalimat singkat Doyoung. Ntah hanya perasaan atau fakta, dia merasa Doyoung mulai membuka hati pada si bungsu Rayyanza.

"A--"

"Ya, terkaanmu benar. Aku juga merindukan si bungsu." Doyoung mengubah posisi terlebih dahulu, menjadi meluruskan kaki sembari bersandar pada angin. "Aa baby udah bukan si bungsu lagi ya Jaeh. Layaknya kau dan Jungwoo yang juga alumni bungsu sementara. Eh, tapi Jungwoo lumayan lama. Aa Fathar juga."

Jaehyun mengingat-ingat masa kecil mereka berempat. Hangat dan manisnya masa lalu kala sebelum menjadi anak rantau, terkadang membuat tak tahan menetap di tanah air. Tetapi mengingat rahasia mereka adalah warga negara Korea asli, membuat keinginan itu bak angin lalu saja.

"A, kau tahu? Aku semakin merindukan mereka."

"Sama. Oh ya, tolong jangan sampai Jungwoo tahu terlebih dahulu. Kau jangan ceritakan percakapan kita. Besok aku akan mengatakan langsung, sekaligus mengatur waktu sebelum father dan mother kembali."

Pelukan itu tak dibatasi usia bukan? Melainkan dibatasi hubungan. Jaehyun mendekap ala lelaki tubuh sang kakak. Jaehyun mengangguk patuh secara berulangkali, menyetujui perintah sang kakak.

Doyoung tersenyum lega sebelum keduanya kembali berpisah. Doyoung jadi tak sabar bertemu dengan keluarganya yang tengah berlibur ke Korea. Tampaknya memberikan kejutan kecil, sebelum mereka kembali ke Indonesia tidak buruk bukan? Yang buruk adalah kemungkinan terciduk kamera, dan mengatur serapi mungkin untuk diam-diam ke hotel penginapan.

Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang