Bak telah menjadi tradisi hak paten. Kafe belakang agensi lagi-lagi menjadi saksi, giliran member lain sebagai pendongeng handal. Tema yang sama hanya dalam alur berbeda, kira-kira begitulah tujuan Taeyong mengumpulkan para member.
Sayang sekali para member yang dirinya ajak tak bisa komplit 20 member. Johnny, Doyoung, Jaehyun, Jungwoo, Ten, Winwin, Jeno, dan Mark mereka berdelapan ntah mengapa tengah kompak memiliki solo projek dalam waktu bersamaan dan beberapa lagi bersusulan.
Layaknya meja bundar semasa jaman penjajahan. Taeyong meminta agar meja digabungkan membentuk lingkaran, sehingga memudahkan juga titik fokus netra. Hidangan terdiri dari makanan dan minuman untuk 12 orang telah tersaji rapi.
"Bagaimana tour-mu Taeyong-ie?" tanya Taeil menanti cerita sang adik.
Member lain menyimak menanti kemungkinan pergantian buka suara. Taeyong menghentikan pergerakan bibir manyun setiap dirinya makan. Mengambil segelas air lalu meneguk sedikit, menyisakan untuk nanti.
"Baik, lancar, dan menyenangkan, Hyung. Ah, tapi aku ntah mengapa paling membekas di Indonesia."
"Apakah negara lain terjadi suatu hal kau sembunyikan, Hyung?" tanya Kun.
Taeyong menggelengkan kepala, membalas pertanyaan dari leader beda unit. Unit yang semula berisi enam orang bermarga Tionghoa dan satu member berkewarganegaraan Thailand. Tetapi kata enam telah dikikis menjadi lima member ditambah satu.
"Tidak begitu. Menurutku semua negara juga menyenangkan dan membekas membentuk kenangan, Kun. Hanya saja di Indonesia saat hendak pulang dan tepatnya menerima undangan tamu di salah satu keluarga artis, aku merasakan hal janggal."
Jaemin menyesap terlebih dahulu minuman selalu menjadi candunya, americano delapan shoot selalu menghipnotis tiap inci indera perasa.
"Memang keluarga artis siapa namanya yang memanggilmu, Hyung?"
Taeyong menopang dagu, mengusapkan ibu jari ke dagu mengingat-ingat nama pasutri mengundangnya. Para member setia menyimak walau sembari bermain handphone, menikmati minuman, atau mengunyah makanan.
"Raffi Ahmad dan Nagita Slavina? Hm, tampaknya itu nama mereka."
Lelaki identik dengan emoticon kelinci berasal dari unit Dream, secara spontan netranya melebar karena terkejut. Ntah mengapa tiba-tiba daya ingatnya bangkit tak asing dengan kedua nama disebut. Tetapi sialnya dia juga lupa bagaimana bisa kenal.
"Na, kini justru kau yang sedikit mencurigakan," celetuk si jahil Haechan.
Jaemin tersadar dari lamunannya. "Aku tak asing dengan nama itu."
Topik pembicaraan terasa kian menarik atensi member lain. Ntah apa sub topik yang menjadi bahas pembicaraan, tetapi mereka merasa bahwa topik ini menegangkan juga.
"Kau mengenalnya juga, Na?!" pekik Hendery dan Yangyang bersamaan.
Denggungan telinga sekilas terjadi membuat beberapa member di samping Hendery dan Yangyang spontan menutup telinga.
"Ya tentu saja karena beberapa tahun lalu agaknya aku pernah bertemu bersama Jeno juga."
Yuta melirik curiga Taeyong, mengamati ekspresi diberikan tepat setelah mendengar pernyataan.
"Apa kau masih curiga terhadap Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo, Taeyong-ah?" tanya Yuta dengan berbisik.
Semu-semu Taeyong menganggukkan kepala membalas. Setidaknya dia harus menyembunyikan kecurigaannya, dikarenakan hanya memiliki beberapa bukti lisan semata. Tak mungkin dia mengucapkan saat ini dikala para member berkumpul. Dia tak ingin kerusuhan terjadi tanpa faktor penyebab masih semu kejelasannya.
"Taeyong Hyung!" tegur Haechan, Renjun, Jaemin, dan Yangyang secara bersahutan.
"Eoh! Wae?"
"Apakah ada yang kau curigai dari pasutri itu, Hyung?" Xiaojun bertanya kala membaca keraguan di wajah Taeyong.
"Hm tidak, Dejun-ah. Sepertinya aku hanya salah lihat sehingga membuat tuduhan," jawab Taeyong berdusta.
Acara kumpul-kumpul cerita keseruan fansign album solo Taeyong telah berakhir. Kini kafe hanyalah tersisa Taeyong, Taeil, dan Yuta saja. Haechan? Dia telah ikut berpamitan bersama member lain, karena berniat menghabiskan waktu bersama Renjun, Jaemin, dan Yangyang.
"Taeyong-ah ku yakin ada hal yang kau sembunyikan. Benar begitu bukan?"
Taeyong menghela nafas, menatap lekat-lekat lelaki berkewarganegaraan Jepang di hadapannya.
"Katakanlah saja Taeyong-ie," ucap Taeil meyakinkan.
"Aku tak sengaja mengintip foto masa kecil Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo tak diketahui publik. Lalu aku juga melihat banyak foto Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo dipajang semua lengkap bersama kedua putranya kala berkunjung juga."
Yuta dan Taeil kompak bergeming dalam lamunan, menyaring hal yang patut diperkirakan kejanggalan untuk dicurigai.
"Bukankah nanti fotomu juga kemungkinan dipajang, Taeyong-ie?"
"Benar kata Taeil Hyung, bisa saja juga ada foto Hendery dan Yangyang kala mereka bertemu tetapi tak kau lihat karena terlewat."
Taeyong mengerutkan dahi pertanda tak percaya bercampur yakin. "Lantas bagaimana dengan foto masa kecil Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo tak diketahui publik?"
Boom! Ledakan tak disadar mencuat ke daratan fakta. Pemikiran semula positif kini berbalik arah kala menyadari satu hal janggal tersebut.
"Bagaimana bila kita buktikan kapan-kapan dengan mengecek diam-diam ruangan Jaehyun, Doyoung, dan Jungwoo?" tutur Yuta mengutarakan saran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Father and Mother (Tamat)
Fanfiction🚨Ninu ninu ninu tet tet note peringatan mau lewat🚨 Peringatan 🚫Cerita hanyalah fiktif belaka dari kehaluan. Dimohon sebesar cintaku pada Johnny Suh, untuk cerita ini tidak dihubungkan ke alam realita 🚫 Selamat membaca dari Johnny Suh dan saya se...