Jaehyun dan Jungwoo merasa mulai hampa tanpa omelan Doyoung. Biasanya Doyoung akan selalu mengomel, mengalahkan sang mother Gigi.
Bahkan apabila keduanya boleh jujur, setakut-takutnya dengan father, mother, serta kakek-nenek mereka. Jaehyun dan Jungwoo lebih takut pada tanduk semut, kala Doyoung marah.
Tetapi amukan Doyoung juga bukan berarti membuat mereka menjadi kalem. Ya, benar kalem tetapi hanya berlaku beberapa menit saja. Selanjutnya? Yaps, tentu saja kembali ke setelan awal.
Menjahili Doyoung langsung, menjahili member lain, atau aktif bak balita tengah gemar berjalan. Lalu Doyoung akan dibuat lupa sekaligus diuji. Lupa bahwa menyembunyikan identitas, dan diuji resiko apabila akan ada yang mencurigai, langsung menyadari, atau buruknya membongkar.
"Jamal!"
"Jamal Ahmad!"
"Jamal Malik Ahmad!"
"Jaehyun Hyung."
"Jaehyun Oppa."
Jaehyun membelalakkan mata terkejut, tetapi lucu nan menggemaskan bagi para gadis terutama penggemar.
Jaehyun menghela nafas kecewa, dirinya kira yang memanggil adalah modelan bidadari. Tetapi sayang sejuta sayang karena realita, yang memanggil adalah sang adik selisih satu tahun.
Harusnya alam bawah sadarnya tak perlu menyahut, karena realita bukan Zendaya yang memanggilnya. Melainkan lelaki berusia 25 tahun, tetapi akhlak bocil kematian. Untung saja saudaranya satu kandungan dan satu pusat, sehingga dia akan memilih menghela nafas, bukan menendang dari rooftop.
"Wae? (Kenapa?)"
"Juan bosan." Jungwoo memajukan bibir kesal, berpura seakan tengah merayu pria kesayangannya.
Jaehyun menatap geli sang adik, memundurkan badan beberapa langkah, berpura-pura seakan hendak muntah.
Hampir saja Jungwoo kembali mendekat, tetapi Jaehyun justru menahan dengan telapak tangannya. Jungwoo merajuk dengan melipat tangan di depan dada, lalu berkomat-kamit kesal.
"Lantas apa yang kau inginkan?"
Jungwoo melirik Jaehyun yang kini telah duduk bersandar pada dinding. Jungwoo mengusapkan jari telunjuknya ke dagu, memikirkan apa yang dirinya inginkan.
"Aku rindu membuat Aa Dimas marah, A." (Huwee terbang bayangin Doyoung dipanggil AA😭)
Jaehyun menutup mulut Jungwoo. Bisa-bisanya tengah berada di ruang latihan agensi, tetapi dengan seringan angin justru fasih berbicara bahasa Indonesia, dan memanggil dengan sebutan bahasa Indonesia. Bagaimana bila ada yang menguping? Habislah mereka bertiga dalam sedetik.
"Jungwoo..."
"Wae? (Kenapa?)"
Jaehyun lagi-lagi dibuat menghela nafas, Jungwoo membelalakkan mata setelah beberapa menit tersadar.
"Maaf-maafkan aku, Hyung. Sungguh aku tak sengaja, Hyung. Aku rindu dengan berdialog bahasa Indonesia secara santai, Hyung."
Jaehyun menganggukkan kepala maklum. Dirinya juga rindu bebas berbicara bahasa Indonesia, bukan dengan menggunakan identitas rahasia seperti ini.
"Hyung?"
"Huh?"
"Mian (Maaf)."
"Nee (Iya)."
Asyik melakukan pemanasan sebelum latihan, handphone Jaehyun bersuara dengan sangat keras. Dering ponsel yang beberapa detik potongan dari lagu album ketiga putra father, masih tersebut bersuara karena keduanya yang asyik pemanasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Father and Mother (Tamat)
Fanfiction🚨Ninu ninu ninu tet tet note peringatan mau lewat🚨 Peringatan 🚫Cerita hanyalah fiktif belaka dari kehaluan. Dimohon sebesar cintaku pada Johnny Suh, untuk cerita ini tidak dihubungkan ke alam realita 🚫 Selamat membaca dari Johnny Suh dan saya se...