Fanmeeting NCT Dream

246 13 0
                                    

Suhu yang berbanding jauh membuat jaket semula diresleting rapat, atau tersampir di bahu tak lagi terhias pada ke-enam bahu tujuh lelaki tampan. Bahkan salah satu dari mereka dengan sengaja menggunakan sweater saja masih, menahan semburat merah merata pada kulit.

Suhu di atas tiga puluh derajat menjadi hal pertama dirasakan, sekaligus menyambut setelah keluar dari area bandara sembari menanti mobil jemputan. Benda dengan berat ratusan kilo mengikis beban, dengan telah menurunkan ketujuh penumpangnya hingga bandara Indonesia.

Haechan asyik berdebat dengan Renjun, dengan Jeno dan Jaemin sebagai tim penyimak. Jisung? Ah, titan maknae satu ini fokus mengamati gemerlap lampu jalanan ibu kota. Ntah apa yang terpikirkan hingga sefokus itu, padahal menurut member lain lampu jalanan di kota dan negara manapun itu sama.

Chenle menghela nafas bosan. Keheningan bus jemputan menuju hotel, dan kegerahan setiba di Indonesia hingga kulitnya memerah membuat tak sabar tiba di hotel. Netranya mengamati member tampak sibuk. Hm, sesungguhnya ada Jisung tak begitu sibuk, tetapi memilih sibuk dengan dunia sendiri.

Keningnya spontan mengernyit kebingungan, kala melihat pantulan cahaya handphone milik Mark walau semu-semu. Chenle tanpa sadar mencondongkan tubuh dan menjauh dari Ji-Sung untuk mendekati Mark guna memastikan.

"T-a-e-y-o-n-g H-y-u-n-g. Taeyong Hyung?" Chenle bertanya tepat setelah terlebih dahulu mengeja, demi memastikan kefokusan netra yang lelah.

Mark terperanjat dengan handphone dia dekap terlebih dahulu. Haechan dengan lelaki berkemeja tipis tak lain Renjun, seketika menghentikan perdebatan mereka kala mendengar sang leader hampir terjatuh. Jaemin menjadi target terperanjat Haechan.

"Ada apa Melk?"

"Wae Hyung?"

"Hyung tak apa-apa?" Jeno dan Jaemin tanpa sadar bertanya secara bersamaan.

"Nee," jawab Mark meyakinkan keempat membernya.

Chenle menunduk merasa bersalah telah membuat salah satu Hyung-nya terkejut, "Hyung, Mianhae."

Mark tersenyum maklum lalu menepuk kursi sampingnya yang kebetulan kosong. Hm, sebenarnya tidak kosong. Namun dikarenakan Haechan berpindah bersama Jeno, Jaemin, dan Renjun membuat dia menjadi sendirian.

"Tidak apa-apa Chenle-ya. Ada apa, hm? Kau bosan karena duduk bersama Jisung? Mau Hyung temani di sana? Atau kau yang pindah kemari?"

Chenle menatap Jisung masih asyik mengamati jalanan menuju hotel, lalu menatap Mark meminta pendapat. "Boleh, Hyung?"

Mark dan hobinya dengan tertawa receh. Lelaki itu tertawa sembari menganggukkan kepala. "Tentu, mengapa tidak boleh?"

Mark kembali melanjutkan kegiatannya dengan chat bersama Taeyong. Selain berkirim kabar bila telah tiba. Dia juga mengungkapkan bila semakin tak tahan, dengan perkataan staff sehabis dari ruang CEO. Dimana berkata bila menemukan undangan rahasia dari inisial R, sekaligus dugaan inisial R juga mendapatkan tiket khusus.

Curiga itu buruk dan salah. Tetapi menurut Mark, apabila yang dicurigai hal janggal maka tak begitu salah? Ditambah apabila bersangkutan dengan hyung-hyung telah dia anggap sebagai Hyung-nya kandung.

"Hm, Hyung. Bolehkah aku bertanya?"

Mark menganggukkan kepala tanpa melepaskan handphone, karena mengamati kalimat demi kalimat diketik sang leader pusat alias Taeyong.

"Apakah 127 Hyung tengah menghadapi suatu hal?"

Mark tak lagi menggenggam handphone-nya. Dia memasukkan ke saku celana. "Maksudmu, Le?"

"Kalian tampak tengah sangat sibuk, Hyung. Tapi bukan sibuk comeback menurutku."

Mark terkekeh lalu menepuk-nepuk puncak kepala Chenle, layaknya sang ayah bangga terhadap putranya. "Kau cerdas sekali dalam pengamatan, Chenle-ya. Hingga dugaanmu benar dan aku bingung untuk mengelak."

"Terima kasih, Hyung. Memang apa yang kalian pusingkan? Hm, maaf tapi barangkali aku bisa membantu berpikir."

Mark bergeming dengan otak berjungkir balik, netranya menatap lekat Haechan tampak santai tak mendengar pembicaraan dirinya bersama Chenle. Mark tersenyum tipis antara ragu dan ingin berbagi cerita juga.

"Hyung! Chenle! Ayo turun kita haru bersiap dulu di hotel lalu menuju tempat fansign!" tegur Haechan.

Mark menghembuskan nafas lega setidaknya sang otak kembali ke habitat. Sebenarnya dia bisa saja mengungkapkan kejanggalannya pada Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo ke Chenle. Tetapi dia juga tak ingin bila justru Doyoung, Jaehyun, dan Jungwoo terusik berujung kian cerdik menyembunyikan kenyataan.

Father and Mother (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang