[41]

10.9K 766 98
                                    


Jam menunjukkan pukul 5.43 pagi.

Sudah hampir setengah jam, Fourth terdiam dengan posisi terlentang memandangi langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. bahkan Fourth membiarkan wajahnya terpapar sinar matahari yang menyelinap masuk dari sela-sela gorden yang tidak tertutup dengan sempurna. Panas memang, tapi sekarang otaknya lebih panas.

Semuanya berantakan.

Fourth menggeleng.

Tidak. Tidak semuanya hidup gue berantakan.

Fourth sudah berhasil menggagalkan pernikahan Astrid dengan Archen. Hanya rencana menghindari Gemini saja yang jadi berantakan.

Perlahan Fourth merubah posisi terlentang nya menjadi miring, menghadap sosok yang sedari tadi berkecamuk dipikirannya. Seketika batin Fourth mencelos saat menyadari bahwa Gemini adalah sosok yang seharusnya ia hindari.

Tapi kenapa sekarang lo ada di kamar gue!.

Fourth termangu beberapa saat. Kemudian matanya bergulir mengabsen komposisi wajah Gemini. Hidung mancung, kulit putih bersih, dan rahang yang tegas meski sedang tertidur. Sungguh sempurna, memang. Pantas saja dirinya dulu begitu terpesona oleh sosok dihadapannya ini.

Selalu saja begitu, ia masih tidak biasa harus sedekat ini dengan Gemini. Otak, dan hati nya selalu saja bertengkar.

Gue gak tau harus seneng apa kecewa sama diri gue sendiri.

Fourth merasa bodoh saat mengingat perjuangannya menghindari Gemini berakhir sia-sia. Saking sia-sia nya, Fourth malah melupakan alasan yang membuat ia menghindari pria ini. Melupakan fakta kalau Pria ini adalah seorang psikopat yang membunuhnya.

Sepertinya Fourth harus menerima alur hidupnya yang kini berubah. Sekarang Gemini berada di pihaknya, jadi tidak mungkin dimasa depan, orang ini akan membunuhnya. Tapi Fourth juga tidak bisa menjadikan itu sebagai jaminan untuk kelangsungan hidupnya. Gemini tetaplah Gemini. Fourth tidak tahu dikehidupan keduanya peran pria ini sebagai apa. Bisa jadi peran Gemini masih lah seorang psikopat yang akan mencabut nyawanya. Ah, bahkan pria psikopat ini sekarang adalah pacarnya.

Sial memang.

Entah Fourth harus mengakuinya atau tidak, namun kejadian tadi malam sepertinya sudah memperjelas hubungan mereka.

"Kenapa bangun?."

Fourth terlonjak kaget mendengar suara serak dan dingin dari pria yang entah sejak kapan membuka matanya.

Dan sekarang sedang menatapnya.

"Udah siang."

Gemini melingkarkan tangannya dipinggang Fourth lalu menariknya agar semakin dekat. "Ini hari libur, tidurlah sebentar lagi."

"Gue- "

"Aku." Koreksi Gemini. "Biasakan pangil aku-kamu dari sekarang."

"Gue gak- "

"Aku, Fourth."

"Ck!." Fourth memonyongkan bibirnya mencabik. Kalau dirinya gak mau kenapa Gemini tetap memaksanya. "Gue gak mau!." Sarkas Fourth lalu mendelik sinis.

Gemini menghela nafas pelan. "Hanya kalau kita berdua."

"Mau segimanapun lo bujuk gue. Jawabannya tetep enggak, Gemini." Ucap Fourth menekan lalu membuang muka.

"Bukan ngebujuk, tapi perintah, mutlak." Koreksi Gemini sambil memainkan alisnya menatap jahil kearah Fourth.

"Kalo gue tetep gak mau?." Ucap Fourth menantang.

AFTER DEATH  [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang