[30]

8.7K 648 10
                                    

Happy reading.



Seusai makan malam Fourth memilih untuk duduk seorang diri disofa kamarnya. Tirainya dibiarkan terbuka dan lampu sengaja dimatikan.

Bukan tanpa alasan.

Fourth sedang menunggu kedatangan sosok mencurigakan yang dua malam ini menyita perhatiannya.

Dengan netranya yang menghunus tajam, Fourth melihat sosok bayangan pria berpakaian serba hitam memarkirkan motor dibawah pohon sebelah kiri dekat gerbang. Sosok itu selalu berdiam diri disana sampai tengah malam. Bahkan Fourth sering terbangun hanya untuk memastikan keberadaan sosok itu. Entah apa tujuannya Namun Fourth harus mengantisipasi segala hal yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang. Alis Fourth menyatu sementara bibirnya melengkung datar.

Atensi Fourth teralihkan pada suara ketukan pintu kamarnya. Ia segera bangkit dan terdiam sejenak memandang ke arah luar sebelum akhirnya bejalan membuka pintu.

"Ada apa bi?."

"Um itu den, tuan besar meminta aden untuk menemuinya diruang kerja."

"Hm."

Bi diah segera melenggang pergi dengan Fourth yang mengekorinya dibelakang dan berpisah dibelokan tangga. Kamar Archen memang berada dilantai dua bersebrangan dengan kamar Fourth. namun untuk ruang kerja, Archen memilih ruangan yang berada dilantai bawah jadi Fourth harus menuruni tangga untuk sampai di sana.

"Masuk son."

Fourth memutar kenop pintu dan masuk kedalam. Disana Archen sudah duduk tegap disofa yang tersedia diruang kerjanya.

"Kenapa dad?."

"Duduk dulu, ada yang ingin Daddy bicarakan."

Tanpa berpikir panjang Fourth langsung duduk disofa yang berhadapan dengan Archen, hanya ada meja kaca yang menjadi penyekat antara keduanya.

"Apa Daddy boleh membahas sekolah kamu?."

Fourth menaikkan alisnya lalu mengangguk singkat. Memangnya apa yang harus dibahas? Apa ayahnya itu mendapat surat panggilan dari sekolah? Sepertinya tidak, mengingat dirinya yang dua hari tidak masuk kelas.. Pikir Fourth acuh.

"Ini soal nilai kamu disekolah." Tutur Archen berhasil mengubah ekspresi anaknya itu berubah drastis menjadi memelas tanpa minat.

Fourth menghela nafas pelan."Memangnya kenapa dengan nilaiku?."

"Kenapa?, disaat nilai-nilai kamu anjlok lima puluh persen dan kamu masih tanya kenapa?."

"Ayolah Dad' nilai itu tidak berpengaruh sama sekali." Jawab Fourth tanpa beban.

"Astaga Fourth." Archen menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan bicaranya. "Kamu pernah meminta Daddy untuk memindahkan kamu kesekolah lain dengan nilai kamu yang jauh dari kata sempurna? Apa kamu tidak memikirkannya? Beruntung Daddy menolak permintaan kamu itu, kalau tidak- "

"Jadi Daddy gak mengijinin aku buat pindah sekolah karna Alasan nilai?!" Potong Fourth menatap Archen nyalang.

"Memangnya sekolah mana yang akan menerima murid dengan nilai kamu yang jauh dibawah rata-rata?!."

"Daddy ngatain aku bodoh?!." Sarkas Fourth tidak percaya.

"Memangnya sepintar apa kamu son?."

"Jadi Daddy menghinaku?." Mata Fourth mendelik ke arah Archen sambil bersedekap dada.

"Tidak, tidak sama sekali, Daddy hanya ingin yang terbaik buat masa depan kamu, untuk hidup kamu. Kalau nilai kamu tidak meningkat sama sekali, lantas kamu akan menjadi apa saat dewasa nanti? Apa mau jadi pengangguran? Hidup dibawah kekuasaan orang tua."

AFTER DEATH  [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang