Chapter 6

844 109 36
                                    

"kak... maaf"

"ssttt kamu udah minta maaf puluhan kali dek, udah gak papa kakak gak marah kok namanya juga musibah kita gak ada yang tahu" seru Jeonghan mengelus tangan Gulf lembut.

Gulf pun mengangguk dengan wajah yang masih terlihat sendu, ia benar-benar tidak enak harus terus-menerus menyusahkan kakaknya itu.

Gulf sudah menceritakan semuanya kepada jeonghan, dan kakaknya itu memaklumi tindakan Gulf karena jika ia yang ada di posisi Gulf ia pasti akan menangis juga.

Dan masalah handphone serta dompet yang dicuri, Jeonghan juga tidak mempermasalahkan nya karena ia tahu adiknya juga tidak ingin sampai kejadian seperti ini. Menurut jeonghan keselamatan sang adik lebih penting dari apapun itu.

"nanti kakak beliin handphone baru ya dek, jangan terlalu dipikirin kamu fokus sama kesehatan kamu aja" ujar Jeonghan mengelus rambut Gulf lembut.

Gulf menggelengkan kepalanya tidak setuju "gak usah kak, tabungan aku masih ada kok, aku gak mau ngerepotin kak Jeonghan lagi, kakak kan cari duitnya juga susah"

"kata siapa susah? kamu jangan ngeremehin kakak dek gini-gini kakak goyang-goyang kaki aja juga duit ngalir terus" balas Jeonghan dengan senyum jahilnya.

"iya deh yang punya pacar kaya raya" cibir Gulf mengundang tawa mereka berdua.

"oh ya omong-omong kamu gimana sama Mew?" tanya Jeonghan merasa penasaran.

Gulf yang mendengar pertanyaan ambigu sang kakak pun kembali bertanya "gimana apanya?"

"loh... belum jadian kah?"

"JA-JADIAN? KOK JADIAN SIH KAK!" pekik Gulf merasa terkejut.

"LOH EMANG KALIAN GAK PACARAN?!" tanya Jeonghan ikut memekik terkejut.

Tidak perlu ditanya dari siapa kebiasaan Gulf berteriak berasal, karena itu semua sudah terjawab sekarang.

"lagian kenapa tiba-tiba jadian sih? gak ada angin gak ada hujan, aneh kakak" ujar Gulf memicingkan matanya kesal.

"ya siapa suruh sikap kalian begitu"

"gitu gimana maksudnya? biasa aja ah kita kan sahabatan"

"biasa aja darimana sih dek, kamu pikir kenapa kakak langsung pesen tiket pesawat untuk nyamperin kamu kesini?"

Gulf terlihat bingung lalu berujar pelan "ya karena khawatir sama aku"

"bener sih, tapi kakak gak bakal bertindak secepat itu kalau bukan gara-gara sahabat kamu itu sih Mew bandel" jawab Jeonghan kembali mengingat percakapan mereka di telfon kemarin malam.

"e-emang Mew ngapain kak?" tanya Gulf ragu-ragu.

Jeonghan menghela nafasnya lalu kembali menceritakan tentang tadi malam "ya gitu sih Mew telfon kakak jam 1 pagi kamu bayangin aja gimana kakak gak panik, mana di telfon dia nangis-nangis bilang kalau kamu pingsan terus badan kamu dingin, terus dia juga bilang kamu di copet, pokoknya apa yang ada di kepala dia dia omongin ke kakak sampe kakak jadi ikutan panik dan berujung langsung pesen tiket pesawat kesini, untung mas Seungcheol mau nemenin kakak"

"ish lebay banget sih tuh orang" kesal Gulf dengan sikap Mew yang berlebihan.

"bukan lebay Gulf... dia itu cuman takut kehilangan kamu, kedengaran kok gimana takut dan tulusnya dia ke kamu makanya kakak kira kamu sama Mew udah jadian, soalnya dari dulu kalian juga sikapnya mesra satu sama lain kan"

Gulf terdiam mencerna ucapan sang kakak, jujur saja ia juga dapat merasakan bahwa Mew benar-benar peduli dan khawatir dengannya. Namun tentu saja Gulf selalu berlindung dengan kalimat 'karena kita sahabatan'.

Annoying Bestfriend (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang