"Gulf gak bisa... gak bisa kayak gini" seru Mew membuat tangisan Gulf semakin kencang.
"hei jangan nangis terus, dengerin gua dulu ya" seru Mew mencoba menangkup wajah Gulf yang sudah penuh oleh air mata.
"maaf Mew... jangan marah" ujar Gulf menatap Mew sendu.
Mew menggelengkan kepalanya lalu tersenyum hangat "gak ada yang marah Gulf... gua cuman kesel aja moment nya gak tepat banget"
"huh?"
"masa iya kita jadian tapi pas gua lagi bonyok plus gak pake baju gini sih? malu-maluin banget, nanti kita omongin lagi ya, sekarang boleh tolong obatin luka gua lagi?" tanya Mew membenarkan rambut Gulf.
Gulf yang masih belum mengerti maksud perkataan Mew pun hanya dapat menuruti permintaan sahabatnya itu, ia kembali mengobati luka-luka Mew dengan sesekali masih terisak.
"udah... pake baju nya nanti masuk angin" seru Gulf membuat Mew bangkit untuk mengambil baju miliknya.
Setelah selesai Mew pun berdiri di hadapan Gulf sambil tersenyum lebar "yuk"
"kemana?" tanya Gulf bingung.
"kemana aja asal sama gua lu mau kan?" tanya Mew kembali yang diangguki pelan oleh Gulf.
Mew pun tanpa basa-basi menarik tangan Gulf untuk berdiri lalu mengelap wajah Gulf dengan tisu "udah ya nangisnya, hari ini kita harus happy oke?"
"oke" balas Gulf berusaha untuk tidak cengeng lagi.
Mew tersenyum hangat lalu memakaikan jaket nya pada tubuh Gulf, tidak lupa ia juga memakai hoodie karena hari sudah menjelang malam.
Mew mengandarai sepeda motornya dengan senyum yang tidak pernah luntur, ia melupakan rasa sakit pada bahu serta tubuh nya hanya karena omongan Gulf tadi.
"peluk aja" seru Mew menarik tangan Gulf yang memegang sedikit ujung hoodienya.
Gulf menyamankan posisi kepalanya pada punggung Mew, menikmati waktu berdua dengan sang sahabat.
Gulf tidak tahu mau di bawa kemana, asal ia bersama dengan Mew itu sudah lebih dari cukup.
Jangan tanyakan bagaimana isi hati Gulf sekarang, karena Gulf sendiri tidak bisa memahaminya.
Mew seperti memberinya harapan dan Gulf dengan suka cita mengejar harapan tersebut.
Apapun yang akan terjadi kedepannya, Gulf tidak akan menyesal karena telah jujur tentang perasaannya sendiri.
"dingin gak?" tanya Mew mengelus tangan Gulf yang berada di perutnya.
"enggak kan udah peluk Mew" jawab Gulf membawa kepalanya untuk bertengger di bahu Mew.
SIAL SIAL SIAL
Mew hampir saja oleng mendengar intonasi Gulf yang sangat lucu tadi, ia menoleh ke samping membuat hidungnya menyapa hidung Gulf.
"gemes" seru Mew menekan wajahnya ke arah Gulf.
Gulf terkekeh lalu mengusak wajahnya pada leher Mew, memberikan sensasi menggelitik pada sang empuh.
Setelah perjalanan yang cukup panjang ditambah dengan jalanan yang berbatuan dan menanjak mereka pun akhirnya tiba di suatu tempat yang Gulf tidak ketahui.
Namun keinginannya untuk bertanya tiba-tiba lenyap saat melihat pemandangan dihadapannya sekarang. Mulutnya reflek terbuka, mengagumi keindahan kota Jogja pada malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Bestfriend (END)
Teen FictionSesuai dengan judul Mew dan Gulf adalah dua orang yang bersahabat sedari kecil, sifat mereka yang sama-sama keras kepala membuat mereka menjuluki satu sama lain dengan sebutan "Annoying Bestfriend" lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah mer...