54 : hufth

50 7 1
                                    

Masih dengan masalah yang menimpa Gama dan Nakala, Juan menyandarkan tubuhnya pada sofa rumahnya.

Pemuda itu merogoh saku seragamnya kemudian meletakkan kunci yamaha aerox pada atas meja. Ia bahkan belum mengganti seragamnya. Padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul 8 malam.

Pemuda itu mengusak rambutnya, begitu banyak masalah yang harus ia urus, baik masalah teman - temannya maupun masalah pribadinya.

Demam buah hatinya, tidak kunjung turun meski sudah lewat beberapa minggu.

Juan menekan kembali tombol power pada handphonenya, membuat ponsel miliknya kembali meredup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan menekan kembali tombol power pada handphonenya, membuat ponsel miliknya kembali meredup.

Ia menghela nafasnya seraya merogoh saku celana, meraih sebungkus rokok yang rupanya sudah habis tak tersisa. Hanya tersisa bungkusnya saja.

"Monyet." Keluh pemuda itu.

Sudah hampir seminggu, Juanda sibuk mencari kerja part time kesana kemari, alasannya satu, uang jajannya tidak cukup untuk menghidupi anaknya. Melihat harga susu bayi saja sudah cukup membuat Juanda pusing seketika.

Setahun lalu, tepat saat mengetahui mantan pacarnya hamil, Juanda berjanji bahwasannya dirinya akan bertanggung jawab penuh meskipun mereka berdua sudah putus.

Juan memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, lalu membiarkan Dinda selaku mantan pacar sekaligus ibu dari anaknya berhenti sekolah dan melanjutkan hidup dirumahnya sendiri.

Prinsip Juan waktu itu hanya satu, kalau ia berhenti sekolah juga dan memutuskan untuk mengais rezeki - masa depan mereka berdua tentunya akan hancur lebur.

Maka dari itu pilihan Juan untuk kembali ke kota kelahirannya dan melanjutkan sekolah disini ia rasa adalah pilihan yang tepat. Namun tetap dengan janji yang sudah ia langitkan, bahwasannya dirinya akan tetap menafkahi dan mengarungi kebutuhan buah hatinya.

Pemuda itu mengejamkan matanya, seraya menatap langit - langit ruang tamu di rumahnya. Ia merenung, memikirkan bagaimana caranya mencari uang disaat bahkan ia hanya anak laki - laki berusia tujuh belas tahun.

Drtt. Drtt.

 Drtt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Negeri SebelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang