38 : Halaman selanjutnya untuk Felix Andrew

122 17 2
                                    

























play a songs on the tab & change theme to black.

TV - Billie Eilish


























"Ngeliatin apaansih?" Belum selesai dengan acara kumpul sekolah menengahnya, Gama menuai kontra dari lisan sang teman yang sedari tadi menatapnya tengah sibuk berkutat dengan gawainya.

Gama memasukkan kembali gawai hitamnya kedalam saku celana. "Kagak"

"Cewek lo?"

Pemuda itu menggeleng, lantas tersenyum kemudian. "Kagak Jek, nyokap gue nanyain mau pulang jamberapa, pintu gerbang mau di gembok katanya" Dustanya.

Sang kawan mengangguk faham, seraya jemarinya mengeluarkan dompet dari waist bag nya. "Nih Rip, sekalian bayar kopi sama indomie gue, cabut sekarang aja kasian Gama dicariin, besok sekolah juga"

Sementara pemuda yang kerap kali disapa Gama itu, masih memandangi ponselnya diam - diam, menatap puluhan pesan darinya hanya menampilkan dua ceklis abu - abu, sementara ia tahu jelas bahwa gadisnya adalah pengidap insomnia akut. Jadi kecil kemungkinan gadisnya sudah terlelap di jam segini.

"Masa iya udah tidur?" Gumamnya.

"Siapa tidur? Nyokap lo?"

Ketahuan bergumam, Gama mengelak. "Kagak, adek gue dichat ceklis dua doang ga dibales, biasanya jam segini belum tidur."

Sang teman kemudian menatap jarum jam pada dinding warpat. "Liat bangsat udah jamberapa, jam 2 pagi"

"Ah, iya. Udah tidur bisa jadi kecapean" Gumamnya lagi,

Dusta, jikalau pemuda itu tidak mengemban curiga.

Sementara Pancagrama Aditya sibuk mengenakan sweaternya, di lubuk ibukota, gadis itu masih tertidur, lesu.

"Gak mau bangunin?"

"Bangunin siapa?" Tanya Felix, yang masih sibuk menghabiskan berbotol - botol anggur merah fermentasi.

"Nakala." Ujarnya, "Udah jam dua, lo berdua besok sekolah kan?"

Felix mengangguk. "Iya.."

"Bangunin, lo gak mau balik emang berdua?" Tanya Raihan. "Kalo gak mau balik gapapa sih, dari sini ke sekolah lo 2 jam an tapi"

"Kagak bang, gue sama Nakala balik, gue bangunin bentar ya."

Felix kembali meraih kenop pintu kamar, membuat suhu ruangan yang dingin dengan wangi semerbak kutub itu mengarungi dirinya.

Jemari pemuda itu menepuk pelan bahu sang gadis. "Kal," Panggilnya. "Bangun ayok, balik."

Gadis itu mengulet, meraba kanan - kiri mencari ponselnya.

"Ini handphone lo, Gama nelfonin daritadi."

Gadis itu terbelalak, jemarinya merampas kasar gawai merahnya dari genggaman sang Andrew. Seraya menatap sepuluh panggilan tak terjawab berasal dari kontak yang sama, Pancagrama.

"Arghhhhhh" Keluh gadis itu, seraya tubuhnya bergerak hendak bangun, namun netranya menyadari sesuatu, bahwa separuh pakaiannya tidak terpasang disana. "L-lix?"

Pemuda Andrew itu lantas mendorong pintu kamar dengan telapak kakinya, berusaha menutupi mimik memalukan itu dari netra oranglain. "Pake celana lo, gue keluar dah"

Negeri SebelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang