18 : Eat your friend

167 22 5
                                    













Are narcotics is killing them? The answer is probably, yes. Anak - anak itu juga udah tau dan udah di edukasi soal betapa bahayanya narkoba sintesis untuk diri mereka. Or simply, lintingan, bakaran, gale, or anything you call it, itu adalah narkoba sintesis yang dilinting dan dibentuk like a ciggarettes, cara makenya ya kayak rokok aja. Dan efek samping ganja ini much danger than ganja biasa, one of that is paranoia.

Dan ciri - ciri yang sering banget she found with her friends adalah much of them sering kali out of control, contohnya kayak Jevan yang bisa tiba - tiba marah - marah hanya karena hal yang nge-distract dia, atau Juanda yang ringan tangan banget untuk mukul seseorang. Prihatin gak sih? Oh tentu prihatin, but how can you tell an addict that what he's doing is dangerous things? The answer is, you cant.

Semua pecandu gak akan bisa disadarkan oleh manusia normal karena alam bawah sadar otak mereka bergerak di ambang yang berbeda. The example is this,

"Becanda lo gak lucu." Cibir Juanda yang tengah duduk di bangkunya, namun eksistensi Jevan mendistraksi ketenangan emosionalnya.

Pemuda Abraham itu lagi hyper active banget karena mood-nya lagi perfectly fine jadi dia nge gangguin Juan yang kayaknya lagi badmood banget sama situasi. Sebenernya karena kemarin dia harus nganterin his babbies to the hospital dan makan waktu banyak banget thats why dia pulang kemaleman dan badannya tuh gak enak bangettt. Feels like masuk angin gitu lah.

Cowok itu ngeledekin Juan dan ngegangguin sahabat karibnya sambil bersungut kesal. "Aelah jutek bener Ju, ada apesi?" Goda nya.

Alih - alih merespons dengan stabil, pemuda bersajak Wijaya itu malah mencengkram kerah seragam pemuda Abraham itu dengan kepalan tangannya yang mengeras seperti barbel. "Gue udah bilang becanda lo gak lucu!"

Jam kosong kelas hari itu menjadi hawa yang berbeda dari biasanya. Kelas yang ramai itu tiba - tiba sunyi, seolah - olah aktivitas mereka diguncangkan dengan jeritan sang Wijaya. Jevan yang semula sibuk menunggang senyum, kini menarik kembali energi bahagia yang meledak - ledak pada amigdala otaknya.

Sementara dari luar kelas, gadis berambut sebahu itu mempertontonkan pertunjukan paling unik yang pernah ia lihat, sekaligus menjadi bukti jelas mengapa narkotika jenis sintesis menjadi hal yang berbahaya bagi kelangsungan hidup seseorang.

"Surprisingly you're guys fighting at school?" Ujar gadis itu seraya melangkah masuk kedalam kelas di penghujung gedung itu. Jemarinya mengeluarkan sebungkus rokok gudang garam dari saku kemeja nya, kemudian meletakkan gulungan nikotin itu pada bibir manisnya. "Should i smoke here and watch both of you fight?"

Jevan menghela nafasnya panjang, telunjuknya merampas kencang rokok filter dari bibir si gadis. "Orang - orang pada ngeliatin, biar apa sih ngeluarin rokok di kelas?"

Nakala terkekeh. "Biar keren kayak lo berdua." Sarkasnya.

Mendengar sarkasme dari lisan temannya, Juanda melangkah meninggalkan kedua sahabatnya yang kini bersebobrok pandang pada satu batin yang sama.

"Gila ih." Cibir Jevan, sembari menarik kursinya.

"Emang." Tuai gadis itu.

Jevan menyeringai, netranya melirik penuh benci. "Kegilaan apa lagi sih yang mau lo lakuin, Kal?" Tumpahnya. "Heran gue, gak ada kapok - kapoknya."

Gadis itu menghampiri sang koneksi seraya mengelus pelan bahu bidangnya. "Umm apa lagi ya?" Ujarnya. "Mungkin gue bakal ngelakuin apa yang lo lakuin, temen makan temen?"

Sore hari sebelum siang itu menerka kian menjelang, Nakala terduduk manis pada jok genio milik Haidar. Motor itu seratus persen nampak mulus entah di pandang dari segi manapun, kendati pemuda Abi itu bertanggung jawab atas kepulangan gadis Bumi itu, sebab Felix ada urusan mendesak.

Pemuda Abi itu tidak banyak bicara selepas pengakuannya bahwa ia yang mengadukan anak - anaknya sendiri, namun hal itu berhenti ia lakukan beberapa bulan lalu. Ia sibuk menunduk malu, sebab ternyata gadis dengan aroma amoniak bunga mawar itu sudah mengetahui semua rahasia yang ia jaga rapih - rapih.

"Lo diem aja Dar?" Tuai gadis itu seraya melepas roll rambut dari poni hitamnya.

Haidar melirik dari spion bundar pada motor besinya. "Ngomong - ngomong, lo tau darimana kalo gue dulu mata - mata anak - anak?"

Nakala tertawa, sederet gigi putihnya terpampang rapih dari balik bibir manisnya yang ia lapisi lipstik strawberry. "Kebaca gerak - gerik lo." Ujarnya.

"Tapi sekarang gue udah gak mata - matain lo pada lagi kok, suer dah." Ucap Haidar. "Terakhir bu Eneng minta lokasi kost-an lo, tapi gue bilang gue gak tau. Dia niat mau grebek lo sama anak - anak pas lagi mabok di kost-an." Sambungnya. "Kalo soal lo sama Gama ketauan begitu, asli gue kagak tau dah.."

Gadis itu mengangguk. "Iya Dar, gue percaya buset dah."

"Gue gak enak gara - gara bang Kino ngomong gitu tadi.." Lirih Haidar.

"Gak enak apa takut kena?" Tembak Nakala.

Kepala Haidar menunduk lagi, lengannya yang tengah mengendarai motor besi miliknya berubah jadi tremor. Ia gugup. "D-dua duanya sih.."

Gadis berambut pendek itu tertawa, melihat bagaimana Haidar ketakutan sembari menjaga stabilitas tubuhnya agar tidak jatuh dari motor.

"Tapi Kal," Ucap Haidar setengah - setengah. "Waktu itu anak IPS ada yang ngomong ke gue."

Dahi Nakala mengkerut bingung. "Ngomong apa?"

"Aduh gue lupa namanya siapa, pokoknya anaknya yang hitam itu. Kayak rada - rada ambon gitu, dia nanya ke gue, emang bener kalo lo sama Gama tidur bareng? Soalnya dia ada niat mau deketin lo, tapi karena gossip itu muncul, dia gak jadi." Jelas Haidar. "Waktu itu gossip lo sama Gama belum kesebar luas, jadi gue nanya dia tau gossipnya dari siapa, dan dia jawab tau dari Jevan."

Gadis yang terduduk tepat dibelakang pemuda itu terdiam, beku.

"Katanya Jevan ngomong ke dia, kalo Jevan kesel banget setiap hari otaknya Gama tuh mau nyamperin lo terus. Dan Jevan minta saran ke dia, gimana kalo Jevan ngaduin ke nyokapnya Gama aja?"

Tepat sedetik setelahnya, notifikasi ponsel gadis itu bergetar. Menampilkan sejumlah pesan panjang dari whatsapp messanger dari nomor yang tidak ia kenal.

"Terus Jevan bilang dia bakal ngelakuin apapun demi nyelametin Gama dari lo, atau bahasanya kayak bikin lo berdua pisah gitu deh.." Merasa tidak ada respons, ekor mata pemuda itu melirik ke spion.

"Dar.." Gadis itu mendongakkan kepalanya, menatap Haidar dari sela - sela pantulan kaca spion.

"Iya?" Sahut si pemuda, sembari matanya kembali menatap jalanan.

"Nyokapnya Gama ngechat gue."

Negeri SebelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang