61 : Selesai.

111 11 7
                                    




























abadi - dendi nata.



































empat bulan kemudian.


Aku masih berhubungan baik dengan Zidanne dan Haikal, dari semua anak - anak Negeri Sebelas, hanya dua cecunguk itu yang masih berkabar denganku. Ditambah dengan William. Sisanya, aku sudah tidak pernah mendengar kabar mereka.

Hari - hariku setelah aku dan Gama memutuskan untuk berpisah terasa tidak begitu berat, aku bekerja di salah satu coffeshop di kota Jakarta Selatan, sebagai barista. Meskipun masih dalam proses training, tapi aku rasa jadi barista bukan passionku.

Bulan ini adalah musim ujian akhir semester, dan kebetulan hari ini adalah hari liburku selama masa training. Jadi, aku menghabiskan waktuku di kedai kopi yang susu kacangnya lumayan terkenal di kota kami.

Saat tengah sibuk merokok dan mengobrol dengan temanku, aku menatap ramai - ramai anak - anak SMA datang menghampiri kedai kopi ini, salah satu diantara mereka berlari penuh semangat ke arahku.

"Nakala!!!!!!!!" Suara yang jelas aku kenal, milik Zidanne. Si kipper futsal andalan Negeri Sebelas.

Aku tertawa, seraya tos - tos an dengan dirinya lalu begidik heran. "Kok lo jam segini baru pulang sih? Udah mau malem anjir."

Pemuda itu mengusap wajahnya. "Kelas 10 kalo ujian masuk siang anjing, pulangnya sore banget dah gua kecapean ini juga." Keluhnya. "Gimana kabar lo? Gawe lancar?"

Aku mengangguk. "Lancar,"

Seolah tahu apa yang hendak aku tanyakan, Zidanne menepuk pelan bahuku. "Gama baik - baik aja kok di sekolah" Ujarnya.

Aku tertawa. "Syukur deh,"

Tiba - tiba, satu yang lainnya menyusul menghampiriku. Anak - anak Negeri Sebelas dari berbagai kelas yang bahkan namanya tidak aku hafal satu persatu.

"Eh Kal," Sapa seorang anak laki - laki. "Lo mantanya Gama kan ya?"

Aku mengernyitkan dahi. "Terkenal nih gue sama Gama kayaknya di sekolah" Gurauku.

Mereka terkekeh.

"Bulan November waktu itu kan ada acara malam keakraban tiga angkatan, angkatan 43, 44, sama angkatan 45. Gama bawa parfum, parfumnya ilang. Katanya sih di curi abang kelas, terus sepanjang pagi dia ngomel - ngomel nyariin parfumnya." Jelas salah seorang dari mereka. "Pas gue tanya, kenapa si Gama ngomel - ngomel, Jevan bilang itu parfum yang hilang kado ulangtahun dari lo."

Aku tersenyum, meskipun sedikit terkikis hatiku sebab pemberianku tidak ia jaga dengan baik.

"Hahaha, Kal. Itu kardus parfumnya masih di pajang di kamarnya sampe sekarang" Timpal yang lain.

Zidanne menepuk pelan lenganku. "Gama gak punya pacar sampe sekarang" Ujarnya.



























































+





















































Negeri SebelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang