📞 Incoming voice call."Enggak ada yang bisa aku percaya." Pemuda itu menaruh ransel hitamnya didepan pintu rumahnya, seraya ujung sepatunya sibuk menendang batu - batu dijalanan.
Gadis yang tengah berbicara di ujung telefon itu meringis heran "Hah?"
"Rifah juga sama aja,"
"Maksudnya?"
"Gak ada yang mau nolongin aku, gak ada yang mau bantuin aku."
Nakala mengernyitkan dahinya lagi. "Apasih? Aku enggak ngerti."
Alih - alih menjawab, pemuda berhidung bangir itu malah menghela nafasnya, membuat hembusan udara tertimpa jelas di ujung speaker. "Aku mau kerumah Papah aja,"
"Ceriya yuk? Ngomong pelan - pelan, supaya aku ngerti."
"Aku gak punya siapa - siapa lagi, temen aku gak ada yang nolong aku satupun. Kal."
Gadis itu menggeleng cekatan. "Its okay, im here and i'll always be here, kamu udah chat Papah?"
"Aku minta uang ulangtahun, karena dia belum ngasih aku uang darikemaren, belum ngucapin juga." Jelasnya, "Dia mungkin lupa."
"And then?"
"Dia minta aku ambil uangnya kerumahnya—"
"Dimana rumah Papa?"
"Di Sentul," Ujar Gama. "Aku cuma mau ambil uang itu, abis itu pergi ke Malang, niatnya mau minta tolong Rifah, tapi dia juga gak mau nolongin" Masih Gama yang berbicara, seraya telapak tangannya sibuk memindahkan ponsel dari telinga kanan ke telinga kiri. "Alasannya gak ada motor,"
Nakala mengusap wajahnya, bingung. "Mau aku anter?"
"Gausah, jangan kamu juga. Aku terakhir ketemu Papah pas Gala masih ada, belum ketangkep. Itu udah lama banget, gaenak aku tiba - tiba dateng kesana sama cewek." Elaknya.
"Terus mau gimana, Gam?"
"Lagi minta tolong temen yang lain"
Gadis itu mendecih. "Cih, kamu pikir masih bakal ada yang nolong?" Celanya, "Udah, sama aku aja. Nanti aku tunggu di warung deket rumahnya, kamu bebas ngobrol apapun sama Papah, tapi abis itu jemput aku lagi di warung. Kalau ditanya Papa, bilang aja kamu sendiri."
"Aku enggak ada motor, disita semua sama mamah."
Nakala tertawa, "Aku kan ada sayang?"
"Gak enak, masa pake motor kamu?"
Gadis itu menghela nafasnya. "Mau ke papah atau enggak? Aku jemput ya,"
Lagi - lagi, sialnya, untuk kesekian kali, yang siaga datang saat dirinya kesusahan adalah gadis itu. Yang mau menemaninya apapun kondisinya, juga gadis itu.
Gama duduk didepan teras rumahnya, diluar pagar. Matanya sibuk memandangi anak tikus yang berlarian kesana - kemari keluar masuk selokan, seraya menunggu perempuan yang ia tunggu - tunggu datang.
Ia bilang, "Jemputnya jangan dirumah, di pos satpam aja yang ada pangkalan ojek." Tapi tetap saja pemuda itu menunggu didepan rumahnya sambil memandangi sekiranya ada motor yang lewat, yang jelas pengendaranya pasti cantik, batinnya.
Sesekali pemuda itu merogoh saku celananya, menatap uang yang ia miliki sisa tiga puluh ribu, sebab dua puluh ribunya sudah ia gunakan untuk beli rokok sebungkus. — bodoh, memang.
Sekiranya lima belas menit ia menunggu, motor yang ia sangka - sangka sudah terlihat sorot lampunya, pemuda itu kemudian berlari buru - buru menghampiri tempat pertemuan mereka, agar ia akan sampai lebih dulu.
"Lo udah tanya si monyet itu kemana?" Tanya Haidar, pakai kata ganti monyet soalnya udah jera ngadepin Gama.Yang ditanya alias Jevan cuma mengangkat kedua bahunya sambil nyalahin korek. "Au." Guratnya, "Lagian si iya kalo gue ngechat dia bakal dibales tuh?"
Syammi cuma menarik ujung bibirnya membentuk bulan sabit yang lebih terlihat seperti senyuman penuh pemaksaan alias dirinya frustasi juga. "Aduh, ada - ada ae dah."
"Gue gak ngerti sama pola pikir mereka berdua." Tumpah Haidar, "Padahal— Ah, enggak jadi deh."
Mendengar Haidar yang mau ngomong tapi gak jelas, Jevan beralih nimpuk lutut pemuda itu pake korek. "Ngomong yang jelas, bangsat"
"Padahal menurut gue Gama bukan orang yang se gila itu kalo pacaran, ya gak sih? Maksudnya, dokem - dokem aja gitu anaknya."
Jevan menghembuskan asap rokoknya. "Daridulu juga begitu, Dar." Ucapnya. "Cuma semenjak kenal Nakala jadi ngaco dikit otaknya, mentang - mentang ceweknya bisa di ewe."
"Jahat sih mulut lo," Tuai Syammi.
"Lo kalo tau jahat - jahatnya Nakal mah, lebih parah, Mi." Ujar Jevan, membela diri. "Bener - bener egois banget anjing, gua tau dia ditelantarin keluarganya, gua tau dia ancur, gua tau dia sebatang kara. Cuma Gama masih punya keluarga, masa iya mau dibawa ancur juga?"
"Kasian di dua - duanya sih," Tambah Haidar, sambil sibuk ngeswipe hapenya ngeliatin instagram.
Tiba - tiba, ada notif zenly masuk. Alias Zenly nya Haidar di add sama orang yang dia gak kenal siapa. "Eh, ini zenly siapa dah?" Ucap Haidar sambil mencet aplikasi zenly, mau nyari akun orang yang tadi nge add dia tapi pas dia buka malah keliatan kalo zenly nya Nakala sama Gama lagi gerak bareng alias ngeboom. "Gua tau Gama kabur kemana"
Syammi sama Jevan refleks noleh, ngeliatin Haidar dengan penuh harapan, yang hanya dibalas oleh senyuman dari pemuda itu. "Liat dah" Ucap Haidar, sambil muterin layar handphone nya dari yang semula madep dia jadi madep temen - temennya.
"Udah gua duga." Susul Jevan, yang langsung ngeluarin handphone dari saku celananya. "Gua chat bener nih si Nakala, gua suruh balikin Gama."
Syammi yang masih asik ngeliatin peta di zenly kini mengerutkan alisnya. "Tapi mereka mau kemana dah, kok ini zenly nya di jalan raya Bogor."
"DEMI TUHAN YESUS NYOKAPNYA GAMA NGECHAT GUAAAAAA!" keluh Jevan sambil nepukin jidatnya sendiri, kesel. "KONTOLLLLLLL"
"Bilang si, lo gatau anaknya dimana, goblok" Usul Haidar.
"Tetep bakal dipaksa nyari tau gua, Dar."
Haidar mendecakkan lidahnya. "Ck, bilang dah anaknya sama si Nakala"
"Demi Tuhan Yesus, ini orang dua ngerepotin hidup gua banget anjing." Keluh Jevan. Meskipun ngeluh jarinya sibuk ngebalesin chat dari mamahnya Gama, sambil sesekali balik ke roomchat nge boom-chat Nakala dengan pesan yang tadi dia bilang.
Balikin temen gua sekarang, dia dicariin nyokapnya. —Jevan.
Jevan mengusap wajahnya kesal. "Asli gila tuh orang dua, padahal nyokapnya Gama sengaja nyita kunci motor biar Gama gak kabur, tadi nyokapnya cerita sama gua, iya Gama diomelin gede - gedean sampe mau di usir, tapi akhirnya ga tega juga. Kayak gitu tuh biar Gama mikir aja, eh bukannya mikir malah kabur berdua."
Syammi menggelengkan kepalanya. "Mana besok sekolah lagi,"
"ITULOH YANG GUE MALES!!!" Seru Jevan, "Kalo Gama kabur otomatis dia gak sekolah, yang dikejar - kejar guru ditanyain guru, gua Mi!"
Syammi nyubit paha Jevan kecil. "Gue juga, kan gue temen sebangkunya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Sebelas
Fanfiction[ Wattpad AU ] Sekolah Menengah Akhir adalah karsa sederhana, tapi tidak untuk siswa - siswi Negeri Sebelas. tw! harsh words, parent issues, child trauma. highest rank #1 at sanha #1 at ryujin #3 at alternativeuniverse © 2022, nawendra