"Telat 5 menit." Ucap seorang gadis dengan roll dikepalanya, juga totebag pink favoritenya. Cewek dengan nama dada Nakala Bumi itu berdiri didepan kosannya sambil nungguin yang ditunggu - tunggu dateng, iya, Felix Andrew, siapa lagi?"Sorry Kal, macet tadi di simpangan." Ucap pemuda Andrew itu, sambil nurunin step kaki.
Cewek pemalas itu sebenernya bisa jalan dari kosan ke sekolah, jaraknya cuma 1km, tapi tetep aja. Males, yang kedua, udah nyatok. Alesan cewek itu cuma dua, kalo gak males ya udah nyatok.
Motor beat Felix cuma menempuh 2 menit buat sampe di sekolah, kalo dari kosannya Nakala. Sambil jalan, si pengendara sesekali ngeliatin dari spion motornya. "Lo.. Lagi deket sama Gama ya?"
Yang dibonceng lagi pake liptint sambil ngaca di kaca bedaknya, terus ketawa. "Bhaks, lo denger gossip darimana?"
Felix geleng - geleng. "Et ilah, bukan gossip, denger - denger gitu."
"Denger - denger sama gossip is the same context, Felix Andrew." Timpa gadis berambut pendek itu. "Kalo iya kenapa emang? suka lo sama gue?"
Felix rasanya mau gitu teriak ngentottttttttt sekenceng - kencengnya, cuma gak mungkin dan gak akan juga. Jadi cowok itu cuma ketawa - ketawa sambil ngeliatin yang dibonceng lagi ngaca di spion sambil sesekali benerin poninya.
Ini cewek emang not Felix type at all, karena tipe laki - laki Andrew itu ya sebenernya cewe - cewe yang pake kerudung, tapi cewek ini kharismatik banget sekalipun dia problematik. Kayak, cewek ini yang bisa diajak deeptalk sambil nyebat bareng, atauga tos an seloki yang isinya intisari, mentok - mentok arak bali.
"Gue turun di warjok aja, lo parkir disana kan?" tanya Kala, tangannya sambil beres - beresin isi totebagnya yang Felix yakin ini cewek bahkan gak bawa buku sama sekali, isi tasnya cuma make up sama catokan.
"Iya gue parkir di warjok." Ujar cowok berhidung tegas itu. "Lo udah tau kalo wartan diserang?"
Yang diajak ngomong, melotot. "War-wartan?"
"Iya, warung tanjakan di serang bocah smandu. Makanya semalem anak - anak angkatan 45 pada dipanggil ke Wartan sama alumni, tapi gue gak kesana sih." Ujar pemuda itu. "Gue denger - denger Gama, Juna, sama Jevan turun ke sana"
Gadis berponi itu menelan utuh salivanya, "Gama turun?"
"Turun. Diminta langsung sama William sama Ichan sama Iam."
Gadis itu refleks loncat dari motor, disaat bahkan beat hitam pemuda Andrew itu belum berhenti. Gadis itu berlari menuju pintu belakang sekolah, mencari sosok seseorang, yang tidak lain tidak bukan, tentunya, William Hendrick.
William Hendrick Kimiza, atau yang kerapkali disapa Will itu adalah partner main billyard-nya Nakala. Cowok yang sebenernya gak ada bule - bulenya itu kenal baik sama gadis itu. Pernah beberapa kali minum bareng buat ngobrolin hal - hal trash. Also, pacarnya William, Syabila adalah teman baik Nakala juga. Both of them bahkan punya group chat bareng. Hal yang paling Nakala benci dari Will, adalah cowok itu demen banget ngedoktrin adek kelas buat ikut - ikutan jejaknya.
"Will!" Jeritan menggelegar tepat didepan IPS 4 itu bikin William yang lagi main gitar sama Ichan langsung tersentak bangun dari duduknya. "I told you, i will kill you if he follows you to fight someone!"
William bangun dari duduknya, langsung narik Nakala yang lagi tolak pinggang di daun pintu. "Shutt, berisik sialan!" Ujar pemuda itu. "Gue gak nyuruh dia turun, Kal. Tapi permintaan dari Bang Jon sama Bang Yuta sendiri buat bawa Gama ke Wartan"
Gadis berambut sebahu itu mendecakkan lidahnya. "So? You support him?"
William diem, Ichan juga diem.
"I see, Will, Chan." Ucap gadis bermata jentrik itu. "Lo tau kan gue kenal juga sama Yuta sama Jon?"
William makin diem, Ichan menghenikan cipta. Ichan tau hal apa yang bakal dilakuin cewek bondol itu, iya, tentu saja marah - marahin Yuta dan Jon tanpa takut dan gemetar sedikitpun solah - olah Yuta dan Jon seumuran sama dia padahal Yuta dan Jon angkatan 4o. Alias 5 tahun lebih tua darinya. SHE'S CRAZY DUDE I TOLD YAAA.
Dua - duanya diem like doing telepation, gak begidik sedikitpun diem aja ditempat kaya kaspol pp abis ngelolosin maling di kawasan rt.
"Kal, lo kan tau reputasi abangnya Gama gimana? Yang bakal diceengin kalo dia gak ikut turun pasti Gama nya sendiri." Ujar Ichan, nengahin. Walaupun ngomongnya sambil putus - putus.
"Lo berdua juga deketin dia karena dia adeknya Mahagala?" tanya Nakala. "Punya abang yang masuk penjara itu bukan prestasi, lo berdua harusnya bisa ngasih tau Gama untuk gak bangga dengan kasus Gala, stupid as fuck."
William menghela nafas, bener - bener gak tau harus jelasin darimana kalau turunnya Pancagrama ke Wartan semalem tuh bener - bener bukan kehendak dia. "Kal, gue ngerti apa yang lo maksud tapi Mahagala bukan sekedar orang biasa, dia panglima tempur jaman SMA, jadi pasti mau gak mau Gama seengaknya harus nerusin apa yang abangnya lakuin"
"Termasuk ngebunuh orang?" Ucap Nakala.
Atmosfer bumi hari itu menjadi sirna, seakan - akan bumi baru saja berputar keluar dari orbitnya. Ucapan dari lisan gadis Nakala itu bahkan menggores sedikit tinta di hati William dan Ichan.
Meanwhile, di warung pojok Haikal Hassabi dan teman sebangkunya, Zidanne. Lagi play over mobile legends sambil nungguin ayam geprek pesenan Haikal selesai dibikin. Sampai muncul pemuda Andrew yang narik kursi plastik dengan gak santai sampai bikin yang disampingnya terhentak.
"Buset selaw bang" ujar Haikal, tangannya masih gak lepas dari layar handphone.
"Lah? Perasaan tadi lo sama Kala dah, Lix." Ucap Zidan, soalnya tadi Zidan denger suara toa gadis bondol itu yang lebih besar dari speaker masjid.
Felix naro tas ranselnya, sambil ngebakar sebatang filter di jari telunjuknya. Selesai asapnya berhembus, barulah pemuda itu menimpali ucapan dua bodoh itu. "Duluan dia, ada urusan kayaknya."
"Nyusulin Gama paling." Ucap Zidan. "Haikallll ke bawah kontol lo ngapain di atas dah tolol malah nge buff!"
"Both of them is dating?" tanya Felix, kepo. "Kok dia gak pulang pergi sama Gama aja ya, i mean why must me?"
Haikal ketawa kecil. "Ya karena cuman elo yang bisa dijadiin anter jemput."
Untuk yang kedua kali, Felix pengen teriak NGENTOOOOUGHTTTT through Haikal's face, tapi gak mungkin, pertama, gak sopan sama bude, kedua, dia harus calm down biar gak keliatan ngarep. Sebenernya dibilang ngarep totally nope, tapi Felix ngerasa nyaman aja sekaligus penasaran karena ini ceweknya juga gelendotan ke dia.
Tapi, ke Haikal juga gelendotan.
"Lah? kok diem?" Ledek Zidan, sambil sesekali ngelirik muka Felix dari balik hapenya.
Haikal ketawa. Terus beralih buka obrolan baru biar gak ngomongin orang, soalnya dosa shayy. "Eh, kata Haidar lo kembar Lix, emang iya?"
Felix ngangguk. "Iya anjing, kembaran gue cewek"
"Kayaknya cewe versi lo cakep juga dah Lix." Timpa pemuda Hassabi itu. "Dia sekolah disini juga?"
Pemuda Andrew itu geleng - geleng. "Kagak men, di pesantren dia."
"Lah? lo islam?" Tanya Zidan, sambil nge buff in satu - satu buff di jungle.
Felix kesel bangetttttt kalo ditanya kayak gitu, emang apa salahnya sih punya nama keren dan muka ganteng? Iya, Felix tau muka dia emang ke barat - baratan, tapi kenapa harus ditanya dengan penuh keheranan gitu sih ngentoottttttttttt?
"Gue dulu SMP juga pernah pesantren, tai" cibir pemuda Andrew itu. "Keluarga gue mix tionghoa, makanya nama gue begini"
Haikal ngangguk - ngangguk. "Oalah pantes muka lo kayak acar cina"
Untuk yang ketiga kali, Felix bener - bener pengen teriak NGENTOT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Sebelas
Fanfiction[ Wattpad AU ] Sekolah Menengah Akhir adalah karsa sederhana, tapi tidak untuk siswa - siswi Negeri Sebelas. tw! harsh words, parent issues, child trauma. highest rank #1 at sanha #1 at ryujin #3 at alternativeuniverse © 2022, nawendra