19 : Countinued

163 24 7
                                    



















Percakapan Nakala dengan Haidar sore itu menjabarkan jelas alasan mengapa gadis itu mendobrak kelas pemuda Abraham itu kemudian menuai sarkas pada setiap pembicarannya.

Gadis itu duduk di atas meja tepat dihadapan Jevan Abraham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu duduk di atas meja tepat dihadapan Jevan Abraham. Ia memangku kaki kirinya tepat diatas betis kanannya. "Guess what i got, Mr. Jevan?" Ledek gadis itu, seraya jemarinya merogoh saku kemejanya, menampilkan sebuah ponsel berwarna merah seri keluaran produk amerika.

Sebuah notifikasi di layar ponselnya itu tidak kunjung menghilang meski nampaknya sudah di kirim beberapa jam yang lalu. Kendati pemuda Abraham itu malah berbalik menuai sarkas. "Terus kalo nyokapnya Gama ngechat lo urusannya sama gue apa?"

Gadis itu mempertemukan kedua telapaknya yang berubah menjadi sebuah irama tepukan. Ia tertawa seraya menatap pemuda yang masih terduduk tenang di atas singgasana nya. "Lo kira seorang ibu bisa tau darimana kalo anaknya ngewe?" Ucap gadis itu, dengan oktaf suaranya yang melambung tinggi, membuat atensi sorot mata para siswa di kelas menuju ke arahnya. Gadis itu melempar penghapus dari meja tempat ia duduk. "Lo kira Gama orang batak? Yang ada renungan pengakuan dosa - dosanya dia ke orangtuanya? Terus lo kira dia bego sampe harus ngaku ke nyokapnya sendiri kalo dia ngewe?"

Gadis itu, marah. Kakinya meloncat turun dari meja, seraya langkahnya bergerak maju, mendekat pada tubuh jengka Abraham. "Gue selama ini baik ke lo, bukan berarti lo bisa seenaknya ke gue Van, cuma karena sesuatu yang lo mau gak berjalan seperti seharusnya."

Alih - alih merenungkan kesalahannya, Jevan Abraham malah berbalik menuai kata. "Lo Kal yang seharusnya gak usah ada." Cibir pemuda itu. "Kalo lo gak ada Gama gak bakalan kebawa pengaruh buruk."

"Oh jadi narkoba bukan pengaruh buruk buat lo?"

Mendengar ucapan dari mulut Nakala, Jevan mendorong gadis itu menuju ambang pintu. "Kalo mau ngomongin itu jangan disini, tolol."

"Kenapa Van? Lo takut ketauan kalo lo make?" Ledeknya. "Apa gue harus ngomong ke kakak lo juga kalo lo make narkoba? Bahkan kecanduan?" Gadis itu menekan sebuah kontak di ponselnya, menampilkan kontak seorang kawan bertitel Elizabeth.

Jevan merampas ponsel gadis itu seraya menatapnya penuh intim. "Jaga kelakuan lo, Kal."

Gadis itu tertawa, jemarinya merenggut kembali ponsel dari genggaman pemuda itu, seraya kakinya berjinjit maju, membisikkan sepatah kata tepat di indera pendengaran sang Abraham. "Lo juga jaga kelakuan lo, Van."

Bendera perang terbang menjulang di antara keduanya, namun Nakala masih bisa mengemban senyum pada pemuda yang bahkan sudah mendorongnya keluar dari lantai kelas itu. Ia memamerkan sederet gigi putihnya, lalu menyeret langkah pergi dari sana.

Kakinya bergerak melewati kordior saintek dengan begitu angkuh, membuat Raka yang tengah bersandar pada ambang pintu kelasnya mempertanyakan apa yang terjadi pada gadis itu. "Kenapa dia?"

Negeri SebelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang