31 : Es batu

141 14 3
                                    























































Setelah tau kalo Haikal memperjelas hubungannya dengan Syahla, yang Nakala pilih adalah menjaga jarak sejauhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh mungkin dengan Haikal. Tapi tetep aja namanya juga Haikal Hassabi, dia tuh gak punya rasa apa - apa jadi menurut dia juga gak perlu ada yang jaga jarak sampe sejauh itu, selain karena guru - guru.

Namun, keduanya kembali pada konversasi yang sama gara - gara pagi ini di warjok, pemandangan yang menyentrik adalah wajah Haikal Hassabi.

"Ngapain lu pagi - pagi?" Tanya gadis itu, sambil ngeluarin uang lima ribu dari card holder-nya. "Budeeeeeee, byasa" tutur Nakala, pesan es kayak biasanya.

"Ngapain lagi, lu gak liat?" Sahut Haikal, sambil nunjuk nasi goreng diatas pahanya. "Laper gua belom sarapan"

Nakala ngangguk - ngangguk. "Gimana?"

"Apaan?"

"Tuh cewek," ketus gadis itu.

Yang diajak berkoneksi seolah - olah udah tau kalo cewek yang dimaksud adalah Syahla, Haikal langsung mengelak. "Dibilang gua kagak demen aslinya mah"

"Brengsek bego lo, Haikal. Ntar kena karma ngakunya sadboy" Cibir gadis itu. "Lo ngedeketin dia ya tanggung jawab lah sama perasaannya"

Mimik wajah pemuda itu langsung berubah panik. "Apaan anjing, orang si Zidan sama Haidar yang jodoh - jodohin gua."

"Ah gitu mulu ngomongnya."

"Bener"

"Tai"

"Beneran sumpah"

Gadis itu menyembur wajah Haikal dengan asap dari mulutnya. "Ngomong sama rokok nih" Ucapnya, sambil nunjukin sebatang rokok di jemarinya. "Eh, Kal. Tapi ya menurut lo kalo cowok sayang dia bakal effort gak sih?"

"Bakal lah, kayak gua ke Syahla"

"Tadi katanya gak demen monyet."

"Itukan contohhhhhhhhhhhhhhhhhh" Elak Haikal. "Contohnya kayak gua ke Syahla, gua aja yang gak demen sama dia, bisa tuh usaha"

"Biar?"

"Biar baper aja"

Nakala Bumi mendecakkan lidahnya. "Stress."

"Kenapa emang? Gama gak pernah usaha?" Celetuk Haikal tanpa ragu - ragu, bener dah cowok yang blak - blakan kalo ngomong tapi gak bisa bikin orang ngamuk tuh cuma Haikal, mau dia senyablak apapun kalo ngomong, temen - temennya tuh gak akan bisa marah, soalnya dia ganteng.

"Apaansi bukan gua, temen gua curhat soal cowoknya yang gak pernah ada effort gitu." Dusta gadis itu.

Haikal ngangguk - ngangguk, tangannya sibuk menyendok nasi goreng di pangkuannya. Sembari mengunyah, bibir pemuda itu mengatup pelan. "Emang lu punya temen cewe?"

BANGSATTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT. Iya juga.

"Ck." Decak Nakala, "A-ada, temen gua orang jauh orang Jakarta."

Pemuda itu tertawa. "Curhat mah curhat aja ilah, gua gak bakalan cepu juga ke Gama, gak deket gua." Kekeh pemuda itu. "Dia gak effort ya ke lu?"

Mau bohong tapi udah ketauan, gadis itu akhirnya menyerah. "Iya tai, kemaren gua sakit gua bilang gua laper, dia cuma jawab "Yaudah makan lah kalo sakit" Maksud gua gimana ya, perhatiin gua dikit gabisa apa?"

"Berarti dia cuek, kayak gua." Ucap Haikal sambil ngangkat - ngangkat sendoknya, nunjuk Nakala. "Susah sih emang jadi cowok cuek"

"Ngentot gausah nyama - nyamain lu sama Gama lah." Cibir cewek itu. "Jadi ngeri gua kalo lu berdua sama mah"

Seolah - olah tidak terima, Haikal langsung menimpali ucapan Nakala. "Anjing gua juga kagak mau di sama - samain, mana pernah gua ngentotin anak orang!"

"Tai kucing."

"Masih perjaka gua, sumpah"

"Gue juga masih perawan, Kal"

Haikal ketawa terbahak - bahak, seolah hal yang ia dengar adalah komedi. "Yhahhaha, lo ngomong gitu juga tuhan kagak percaya tai!"

"Iya juga ya?"

"Haikal! Nakala! Ngomongnya jangan jorok!"

"Iya bude, maaf."

Kalo kemaren Nakala yang sakit, hari ini Felix yang sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo kemaren Nakala yang sakit, hari ini Felix yang sakit. Gak tau beneran sakit apa nongkrong di Merdeka, namanya juga Felix. Tapi kali ini kayaknya beneran sakit, soalnya,

"Ketua kelas! Hari ini Felix gak masuk yah, mamahnya WA ibu barusan."

Haidar baru mau masuk kelas, baru banget kakinya nyampe pintu, ngeliat ada Bu Eneng lagi absen pagi anak - anak, demi Allah Haidar langsung balik badan, tapi gurunya udah nyadar duluan. "Haidar~"

Yang dipanggil dengan cekatan langsung buang es nya, soalnya setelah jam masuk bunyi, lo gak boleh sama sekali nyentuh kantin, apapun alasannya. Cowok itu ngelempar es nya ke lapangan, karena kelasnya berada tepat di samping lapangan.

Puing~

Jevan yang lagi praktek Voli pelajaran olahraga di lapangan, tanpa sadar ketimpa es nya Haidar. Cowok itu langsung nengok pas sadar kalo ada sesuatu yang mendarat di kepalanya, ternyata tejus gula batu. Beberapa es batunya masuk ke dalam baju olahraganya, bikin cowok itu misuh - misuh udah siap mau ngomel. Lengket, dingin, bau, mphhh sensasi yang menjijikan.

"Haidar kontol!"

Yang dikatain reflek menyatukan kedua tangannya. "Eh sorry - sorry, gak sengaja Van!"

"Masuk sempak gua anjing es batunya!" Oceh Jevan, tangannya sibuk garuk - garuk pantat berharap es batu yang nyangkut di sana segera keluar.

Sementara Juan sebagai lawan voli nya Jevan udah siap - siap mau mukul bola voli nya, tapi lawan mainnya malah ga fokus. "Jev buruan mau main gak sih?"

"Sabar Ju buset! Ini celana gua ke masukan es batu gara - gara si kontol itu!" Seru Jevan, kemudian cowok itu berjalan mundur sambil menyodorkan pantatnya ke Jevan. "Ambilin dong es batunya, tolong"

Jevan mengerutkan dahinya, pandangan pemuda itu kemudian melengos. "Gua?"

"Iyalah! Masa pak Taufik!" Omel Jevan, lagian udah jelas - jelas yang dimintain tolong Juan, pake segala nanya. "Buruan ini kalo gua bangun nanti es batu nya maju kedepan!" Ujar cowok itu, masih dalam posisinya yang seperti bebek.

Sebenernya bukan Juanda gak mau nolong, tapi ini semua mata anak - anak kelasnya yang lagi ambil nilai voli tertuju ke mereka berdua semua. Gimana enggak? Sepanjang kejadian itu Jevan teriak - teriak kalo ada es batu didalam sempaknya.

"Ju! Buruan!"

Juan terus - terusan memandangi bokong semok didepan wajahnya. Pemuda itu tentu tidak bisa menyentuh pantat orang lain dan mencari es batunya dari sana. "Udah biarin aja sih, ntar juga cair"

"Dingin memek!" Omel Jevan.

Sementara di ujung jalan menuju lapangan, Nakala yang baru aja selesai makan dan ngobrol bareng Haikal itu lagi jalan sebelahan sambil ngeliatin dua orang tolol yang lagi pandang - pandangan pantat. Cewek itu kemudian begidik ngeri.

"Kenapa itu dia?" Tanya Haikal, heran. Sungguh bukan pemandangan yang senonoh untuk dilihat anak sekolah.

Nakala menggeleng, gadis itu kemudian mengelus dadanya seolah - olah tidak percaya. "Hufth, kayaknya bener Kal gossip yang beredar."

"Apaan?"

"Mereka gay."

Negeri SebelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang