Pemuda dengan rambut yang selalu klimis itu turun dari motor berwarna merah nyentrik milik sang teman. "Thanks ya, Dar. Udah mau nganter gue balik" pemuda itu mengemban senyum pada Haidar, membuat sang lawan bicara jadi tidak enak hati."Aih, gapapa atuh! Yaudah Raka, aing cabut duluan ya!" Pemuda yang selalu tertawa itu meninggalkan pelataran rumah keluarga Prabu dengan begitu saja, menyisakan sang bungsu dengan sepi disekitarnya.
Tidak pernah ada yang mendengar alasan dari lisannya, tentang mengapa Raka Prabuming menjadi seorang Raka Prabuming, tentang mengapa Raka hanya menghabiskan waktunya untuk belajar dan tumbuh menjadi seseorang yang begitu disiplin.
"Udah pulang?" Eksistensi yang tengah berdiri dibalik pintu kayu rumahnya membuat Raka sedikit terlonjak, pemuda berusia 17 tahun itu meletakkan tasnya pada lantai seraya membuka satu persatu tali sepatunya.
"Udah pak, bapak juga udah pulang kerja? tumben cepet.." Ucap sang putra.
"Raka, Bisa bantu bapak?"
Pupil mata pemuda sipit itu melebar, ia menatap dalam - dalam insan berwajah sipit dihadapannya. "Kenapa pak?"
"Bapak di PHK dari kantor, untuk jajan kamu sehari - hari udah gak ada biayanya, Raka.." Suara itu merintih, penuh pedih. "Belum untuk kuliah abang kamu, untuk adek - adek kamu juga, bisa - bisa kita gak makan, Raka.."
"Pak? Raka coba telfon abang ya.." Pemuda itu merogoh ponselnya pada saku seragam, berniat menelfon sang kakak, namun ucapan sang ayah menghentikan niat baiknya.
"Abang lagi UAS semester, Raka."
Kalo ditanya siapa yang paling tau perjuangan Raka sampai detik ini? Jawabannya, Tidak ada. Pemuda bermata sayu itu menyimpan segala pedih kehidupannya sendirian, di rumah kecil dengan luas seadanya, makan sehari - harinya hanya tempe dan tahu. Ia hidup serba pas - pasan, bahkan jajannya sehari hanya sepuluh ribu rupiah.
Nah, beruntungnya Raka punya temen. Iya, Felix. Felix ini yang biasa dihubungin kalo ada apa - apa, dibilang 911 nya anak - anak, ya enggak juga. Pokoknya Felix ini yang paling easy to spend money, karena duitnya emang banyak, selain itu nyokapnya juga santuyyy parah, lo keluar masuk rumah Felix jam berapapun gak akan dijadiin masalah sama nyokapnya. Pokoknya, yang selalu ada motor, selalu ada duit, pulang gak pernah dibatesin, cuman Felix.
But fun fact, cowok itu punya kembaran. Namanya Caitlin Andrew, karena susah, dipanggilnya Caca. Felix ini sebenernya masa remajanya juga keras, tawuran, ngeliat temennya kebacok, itu udah bukan pengalaman lagi buat Felix tapi udah jadi makanan sehari - hari. Pergaulan dia juga ya sama kayak Juan, Jevan, dan Gama. Sama - sama berantakan, tapi Felix yang paling jarang keliatan. Or simply, dia gak mau nunjukin dirinya.
Tentunya hidup Felix enggak seenak yang lo ekspektasiin, lahir sebagai anak kembar tapi kembarannya cewek, ya tentunya bikin kesenjangan di keluarganya. Of course, Caitlin lebih disayang daripada Felix, meskipun yang adeknya tuh, Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Sebelas
Fanfiction[ Wattpad AU ] Sekolah Menengah Akhir adalah karsa sederhana, tapi tidak untuk siswa - siswi Negeri Sebelas. tw! harsh words, parent issues, child trauma. highest rank #1 at sanha #1 at ryujin #3 at alternativeuniverse © 2022, nawendra