play a songs on the tab & change theme to black.♪ played now : fletch ― tiga pagi
Ada banyak cara untuk jatuh cinta, namun pilihan yang paling ironis, adalah jatuh cinta pada Nakala Bumi. Pemuda Andrew itu menghabiskan berjam - jam waktunya di rumah minim penghuni, dengan berbotol - botol minuman fermentasi.
Ah, bukan. Tentunya Felix Andrew bukan tipe pemuda yang akan mengurung dirinya hanya karena wanita yang tidak ada cantik - cantiknya, bukan ini bukan tentang seberapa jelita gadisnya, melainkan tentang harga dirinya.
Mengingat bagaimana Felix selalu menjadi opsi yang berakhir hanya sebagai benefits. Pemuda itu hanya akan dihubungi saat moment - moment tertentu, yang membuat eksistensinya seolah - olah adalah lahan untuk gadis itu memanfaatkan sesuatu darinya.
Singkatnya, siapa sih yang gak cape di manfaatin? Ini bukan tentang Felix ikhlas atau tidak, tapi ia direpotkan terus setiap hari. Setiap menit, bahkan detik. Disaat gadis itu bahkan memiliki kekasih yang eksistensinya seharusnya lebih di butuhkan daripada dirinya, bukan?
Entah memang Nakala yang nyaman merepotkan, atau Gama yang enggan berusaha. Semua hal nampak sama dimatanya, sama - sama membuat letaknya seolah tidak di inginkan.
Ting!
Pemuda itu melirik layar notifikasinya, menatap sebuah pesan yang bahkan belum ia lihat dari berjam - jam lalu.
Terlepas dari kisah hidupnya yang penuh teka - teki, Felix Andrew adalah pemuda yang jarang sekali menuai kata tentang kehidupan pribadinya. Tidak ada yang pernah tahu bagaimana hidup pemuda ini berjalan, bagaimana ia melukis kisah cintanya, semua jilid tentang pemuda itu abu - abu. Ia adalah bungsu yang di duplikat seperti sang sulung, seperti mesin fotokopi.
Terlepas dari pemuda itu adalah penyuka lagu - lagu bergenre indie, juga playlist lagunya yang dipenuhi oleh lagu - lagu thepanasdalam, danilla riyadi, atau fourtwnty. Felix Andrew adalah salah satu bukti nyata semesta, bahwa setidaknya Yang Maha Esa pernah sekali saja melukis bintang indah pada rupa manusia.
Untuk pemuda berjagat Andrew, besar maaf ku atas segala porak - poranda yang aku sebabkan, juga besar maaf ku, atas segala kacau yang aku jadikan. Maaf karena tidak pernah mendengarkan segala ceritamu, maaf karena pada akhirnya kisah ini tidak pernah aku sadari, kian berakhir terlambat dan pekat.
Namun juga besar terimakasih, untukmu. Sebab sudah pernah singgah dan memberi arah, sudah pernah memahami dan mewarnai. Meski kembali lagi pada mau semesta, sampai akhir dari jenaka, kita hanyalah dua insan yang tidak lebih dari sekedar teman.
"Mah! Telor abis!" Jeritan menggelegar itu terlontar dari mulut Raka, yang di sebut - sebut lagi sibuk ngebukain satu persatu tudung makanan di meja makan. Tapi matanya gak ngeliat apa - apa selain nasi sama tahu, mana enak dimakan begitu.Sang ibunda berdecak sebal dari ruang tamu, jemarinya tengah sibuk mengupas bawang putih. "Minta sama bapak lu lah!"
"Bapak―" Belum selesai bicara, yang disebut - sebut sudah muncul dari balik pintu.
"Kan kamu tau, Raka.."
"Anak disuruh ngerti melulu kalo bapaknya udah gak kerja ya mana bisa sih mas?" Gerutu sang ibu dari ruang tamu. "Mau sampe kapan setiap hari makan tempe tahu melulu? Mau sampe kapan setiap hari diajarin bersyukur melulu? Percuma mas, kamu sholat tapi enggak ada usaha."
Lelaki paruh baya itu mengusap wajahnya, bimbang. "Bukan gitu,"
"Cari kerja bisa? Masih sehat toh, masih sanggup kerja. Mau sampe kapan anak istri disuruh ngerti melulu?" Wanita berwajah masam itu membanting bawang putihnya diatas meja. "Saya tuh sedih mas, setiap hari anak minta jajan saya cuma kasih sepuluh ribu, emangnya kamu tau rasanya? Setiap hari kita disuruh ngerti kalo uang harus cukup!"
Dari pintu kamar yang lain, sang sulung muncul. "Lo ngapain si Rak?"
"Gak ngapa - ngapain, gue cuma nanya telor." Jawab Raka, sambil mengendikkan bahu.
"Hadeh, bikin ribut aja, tinggal makan aja napa sih yang ada" Omel abangnya. "Gue juga tadi makan tahu pake nasi, gak banyak protes"
"Gua kan cuma nanya telor bang, kemaren masih makan pake telor." Ujar cowok itu, ngerasa bersalah sedikit. "Salah mulu dah"
"Ngertiin dikit si posisi Bapak, kalo ada uang juga makanan enak semua di taro di meja."
Raka menghela nafasnya, sebal.
"Punya anak laki - laki, masih punya anak kecil juga. Kamu mau sampe kapan sih mas enggak kerja?! Apa saya yang harus nyari kerja?"
Alih - alih ikutan adu mulut kayak orangtuanya, Raka cuma ngambil tahu yang ada di meja, terus dia masuk kedalam kamar, ngeduluin abangnya yang lagi memandangi pemandangan paling buruk sedunia.
"Jangan makan di kasur, adek udah tidur. Nanti kebangun" Ucap si sulung. "Nangis dia dari pagi, gak ada susu"
Dahi pemuda Prabuming itu mengkerut. "Lah? Susu yang di kaleng?"
"Udah abis, udah kering malah." Sahutnya. "Makanya mamah ngomel - ngomel" Pemuda dengan kaos hitam oversize itu ngeluarin uang lima ribuan dari sakunya. "Kalo udah selesai makan beliin susu kental manis di warung buat adek, gue taro sini duitnya. Jangan dibeliin roko"
Raka keheranan. "Susu kental manis? Emang gak mencret?"
"Kalo lu punya duit buat beli bebelac, sono beli"
Pemuda itu menggaruk tengkuknya. "Gua mau bayar pensi aja mamah ngomel - ngomel, boro - boro punya duit buat beli bebelac, jajan gua yang sehari ceban aja jadi goceng."
"Yaudah nanti kalo udah kelar makan, ke warung, duitnya disitu. Gua mau mandi bentaran. Inget adek jangan sampe kebangun."
Pemuda Prabuming itu berdecak. "Iye, ah"
"Kalo bisa, beli telor juga setengah kilo. Bilang nanti abang yang bayar"
Ucapan terakhir dari lisan sang kakak, sukses membuat Raka menunduk, memandangi ujung telapaknya yang mulai mengkerut akibat sepatu sekolahnya sudah mulai menyundut. Sepatu hitamnya, bahkan sudah ia kenakan sejak sekolah menengah pertama. Usia sepatu itu, bahkan hampir sama dengan usia sang bungsu.
Kalau difikir - fikir, bagi dirinya dan keluarganya, liburan ke kota tua atau sekedar berfoto ria di bukit puncak adalah hal yang sangat mahal dan membahagiakan. Melihat betapa jarangnya keluarga mereka punya kesempatan untuk berlibur, saat token listrik rumah tersebut bahkan selalu berbunyi dan menampilkan lampu berwarna lebur.
Walau dinilai absurd oleh kebanyakan teman - temannya karena postingan instagramnya penuh dengan liburan - liburan sederhana yang bahkan tidak seberapa, bagi Raka, moment tersebut adalah moment yang tidak akan ia lupa. Moment bahagia dari bilik keluarganya.
Meski bagi teman temannya yang hidup bergelimang harta‚ bukit puncak dan kota tua adalah wisata bagi orang – orang terbelaka․ Namun hal tersebut adalah segalanya, untuk Raka.
Ia tidak pernah ke eropa, atau bahkan sekedar berbelanja di Ibukota, Namun bagaimanapun kondisi keluarganya, bahagianya, adalah hal yang akan selalu menjadi miliknya.
Bahagia, adalah sesuatu yang tidak perlu sama seperti layar kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Sebelas
Fanfic[ Wattpad AU ] Sekolah Menengah Akhir adalah karsa sederhana, tapi tidak untuk siswa - siswi Negeri Sebelas. tw! harsh words, parent issues, child trauma. highest rank #1 at sanha #1 at ryujin #3 at alternativeuniverse © 2022, nawendra