Dua hari sejak kejadian tersebut, atmosfer sekolah jadi dingin tiba - tiba.Pluit milik guru olahraga alias Pak Taufiq bergema di udara. Biasalah, hobby nya membuat ricuh memanggil semua anak yang bolos pelajaran olahraga untuk segera berkumpul di lapangan.
Haidar buru - buru mengganti seragamnya yang semula putih abu - abu kini jadi seragam olahraga, gantinya di dalam kelas, tidak peduli anak - anak perempuan melihat dirinya telanjang dan hanya mengenakan boxer.
"Ew! Haidar ganti baju di toilet!" Gugat seorang anak perempuan yang sibuk membetulkan letak kerudungnya.
Haidar hanya menyeringai, "Siapa suruh ngeliatin?" Kekehnya.
Anak - anak perempuan berlari keluar kelas, menubruk bahu satu sama lain, buru - buru takut di hukum oleh guru olahraga sialan itu kalau - kalau mereka telat membuat barisan.
Sementara Zidanne yang tengah memasang kaus kakinya sibuk merintih kesakitan akibat dirinya terus ditabrak bahkan diinjak - injak, siapa suruh duduk didepan pintu.
"Dar,"
Yang dipanggil menoleh, menatap seorang perempuan berbadan mungil dihadapannya.
"Apa?"
"Udah denger kabar?"
"Soal?"
"Besok sidang kasus Nakala sama Gama."
Pemuda bertubuh bongsor dengan kulit eksotis itu melotot, ia berlari ke arah warung pojok, tidak peduli Pak Taufiq memanggilnya dengan pluit kematian yang menganderungi satu negeri sebelas. Langkah pemuda itu bagaikan ceetah, ia berlari terburu - buru mencari kebenaran atas hal yang baru saja ia dengar.
"Dar." Panggilan lirih dari lisan seorang pemuda berkulit putih itu sudah cukup membuat lutut Haidar lemas. Pemuda berjagat Muhammad Syammi itu tengah terduduk dibangku kayu dengan amplop di genggamannya. "Gama besok sidang kasus, Dar." Lirih Syammi.
Lutut Haidar terasa kram, pemuda itu lemas tak bergerak. Ia mengusap wajahnya, frustasi. "Syam sekarang Gama dimana?"
"Dia gak masuk, lagi persiapin buat besok sidang, Nakala juga gak masuk." Lirih Syammi. "Guru BK nyuruh gue nganterin ini surat kerumah Gama, besok orangtuanya dipanggil, besok sidang keputusan Dar, siapa yang dikeluarin dari sekolah ini, Gama atau Nakala.."
Haidar terkulai, lemas. "Hasil tes urin Gama?"
"Besok keluar, Dar."
Seorang pemuda dengan tubuh besar itu berlari dari arah sekolah, merampas kasar amplop yang ada di genggaman tangan Syammi. "NGENTOT!" Jerit Jevan. "Gue seratus persen yakin kalo test urin nya keluar Gama pasti dikeluarin,"
Ketiga pemuda itu mengusap wajahnya, frustasi.
Beberapa anak - anak basis lainnya turut menyusul, berkumpul di warung pojok dengan wajah kehilangan harapan.
Mereka semua, tidak bersuara.
Hening menguasai atmosfer warjok hari itu.
+
"Anjir, Warjok rame amat." Gerutu Raka sambil ngemutin permen kaki warna merah. Di iringi Zidanne yang berjalan disebelahnya.
"Bangsat mau ngerokok mager kalo begini mah," Keluh Zidanne.
"Besok katanya si Gama sidang kasus, makanya bocah pada rame." Ujar Raka. "Menurut lo yang bakal keluar siapa? Dan?" Tanya Raka, kepada Zidanne yang lagi sibuk beli baso cilok.
Zidanne gak nyahut, dia sibuk ngocok - ngocok plastik bakso cilok supaya saus sama kecapnya ke aduk. "Gua sih udah tau endingnya,"
"Ending?" Dahi pemuda Prabuming itu mengkerut. "Anak - anak sih udah pasti yakin Gama yang dikeluarin, soalnya kasus dia banyak banget, sering cabut, gak ngerjain tugas, tes narkobanya juga lagi di proses, apalagi kasus dia sama Nakala ketauan kumpul kebo, kacaw."
Pemuda Al Hakim itu terkekeh, ia mendaratkan pantatnya di atas trotoar setapak jalan. "Justru itu, gue udah tau endingnya"
"Pasti Gama ya yang keluar?"
Pemuda Al Hakim itu hanya tersenyum. "Besok sidang keputusan juga keluar, tungguin aja kabarnya."
+
Jum'at 14 Oktober 2022.
+"Lo udah tau endingnya gimana sih Dan?" Tanya Raka, masih penasaran.
Zidanne yang terus menerus didesak tentang hasil sidang akhir hanya memutar bola matanya. "Nakala yang di drop out,"
"KOK?!" Pekikan histeris dari mulut Raka lumayan membuat Zidanne kesal.
"Dia ngerasa bersalah sama orangtuanya Gama dan temen - temennya Gama,"
"Terus Gama?"
"Lanjut sekolah disini, tapi bersyarat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Sebelas
Fanfiction[ Wattpad AU ] Sekolah Menengah Akhir adalah karsa sederhana, tapi tidak untuk siswa - siswi Negeri Sebelas. tw! harsh words, parent issues, child trauma. highest rank #1 at sanha #1 at ryujin #3 at alternativeuniverse © 2022, nawendra