Kejadian ricuh hari itu membawa mereka semua kedalam lubang gelap. Hari demi hari sejak kejadian itu, eksistensi mereka di negeri sebelas semakin terguncang. Tidak pernah ada kata bebas, dan tidak pernah ada kesempatan bagi mereka untuk menikmati momentum remaja mereka.Kericuhan demi kericuhan itu, mengorbankan banyak hal dari mereka. Seperti pagi ini,
"HAIDARRRRRRRRRRRRR!" Pemuda berjagat Haidar Abi yang dateng bawa - bawa gitar itu langsung sembunyi dibalik dinding beton, tapi na'asnya wanita paruh baya dengan alis kotaknya itu sudah lebih dulu membaca pergerakannya. "Ngumpet kamu, ngumpet kamu Haidar?!"
Dari dalam hati Haidar, pemuda itu tidak berhenti mengucapkan kontol. Tapi mau gimana lagi. Pagi - pagi yang cerah nan bahagia adalah bentuk pengorbanan Haidar demi solidaritasnya, sebab setiap pagi literally every morning pasti dia bakal disamperin sama nenek - nenek tua ini a.k.a bu Eneng.
"Aduh buuu, naon sihhh?" Ucap lelaki itu dengan mimik wajahnya yang menderita.
Bu Eneng menghembuskan nafasnya, wanita dengan kerudung bunga - bunga itu menatap dalam wajah pemuda di hadapannya. "Itu kemarin ibu denger - denger si Nakala berantem sama si Keisya, eta kumaha Haidar kamu gak nengahin?"
Haidar yang pagi hari ini niatnya mau fun and chill jadi gagal gara - gara guru sialan ini merenggut kesabarannya. "Lagian ibu sih nyuruh - nyuruh Keisya mata - matain saya sama anak - anak, udah beruntung bu kemaren saya sama Juan turun. Kalo enggak mah masuk RS tuh si Keisya."
"ATUH KUMAHA JADI IBU YANG DISALAHIN SIH DAR???" Pekik bu Eneng, gak terima. "Ibu mah nyuruh si Keisya mata - matain kamu sama yang lain supaya kamu semua teh masih dalam pantauan sekolah, Haidar."
"Ya iya tapi sekarang gini bu, kalo kita buat masalah di sekolah itu terserah ibu mau ngambil andil apa, tapi ini sampe kehidupan luar kita juga di mata - matain? Kita kan bukan buronan.." Timpa lelaki itu. "Kalo ibu emang mau ngomong begitu, ngomong aja ke Nakala, saya udah angkat tangan."
Pemuda itu mengangkat kakinya, hendak beralih meninggalkan sang wali kelas yang sedang mati kutu di hadapannya.
"Haidar." Panggilan dari mulut sang paruh baya masih membuat pandangan Haidar beralih. "Kamu masih nyembunyiin temen - temen kamu padahal dulu kamu yang selalu ngaduin mereka ke ibu?"
Bibir pemuda Abi itu mengatup, ia hendak bersuara namun ada sebuah kata yang mencegat laringnya. Pemuda itu membeku, penuh kaku.
"Dar!" Atensinya tertuai menuju insan yang tengah berjalan menghampirinya. "Eh ibu" Potong gadis itu. "Ada yang mau di omongin bu sama saya?"
Wanita itu menggeleng. "Nteu aya atuh ih, ibu cuma ngingetin si Haidar aja karena celananya meuni ketat, yaudah Nakala, ibu pamit yah"
Nakala terkekeh, bibirnya terangkat membentuk bulan sabit. "Yaudah bu besok - besok kalo ada apa - apa ngomong langsung ke saya aja, gak usah lewat Haidar apalagi sampe nyewa mata - mata." Tuai gadis itu. "Oke bu?!"
Merasa dirinya diperintah, wanita paruh baya itu hanya mengemban senyumnya lalu menghilang dari radar si gadis.
"Lo denger?" Haidar yang tadi terpaku bisu, kini memasang mimik takutnya. Pemuda itu tidak berhenti menarik - ulur tali ranselnya sebagai bentuk panik yang menguasai dirinya.
Gadis itu tersenyum, lengannya menarik pelan sisi tangan Haidar. "Ngobrol di warung aja yuk?"
Takut, pemuda itu menarik langkahnya, urung. "Ada siapa aja di warung? Pasti lo nyuruh bocah ngumpul ya? Gue pasti mau digebukin ya?"
Gadis itu menggeleng penuh kesal. "Belum pada dateng, Dar." Ucap gadis itu. "Gue cuma mau ngobrol berdua sama lo, without anyone else."
Di antologi bumi lain, rumah di pelipir jalan raya itu menuai ribut. Udah pasti dan udah jelas, rumah Muhammad Syammi. Bokong cowok itu habis disepakin sama neneknya perkara dia sekolah enggak mau bawa bekel.
Alasan pertama karena Syammi malu dan ngerasa udah gede, lagi juga dari SMP temen - temennya kagak ada yang bawa bekel, alasan kedua kalo dia bawa bekel dia gabakal dikasih duit jajan.
Alhasil jam 6.45 pagi itu, keluarga itu sibuk ngeributin Syammi yang gak mau nurut.
"Sek sek, kamu makan ya ini, udah nenek bikinin tadi subuh." Ucap wanita dengan helai rambutnya yang mengilir putih, dengan aksen bicaranya yang medok.
Ngeliat tupperware aja tuh sekarang udah jadi hal yang horror banget buat Syammi, terlepas dari tupperware-nya, pemuda itu yakin banget pasti isinya nugget dinosaurus yang biasa dijadiin bekel anak TK. Neneknya ini bener - bener masih memperlakukan Syammi like a kiddo.
"Ntuk, gak usah lah, Ami udah gede.." Ujar lelaki yang memanggil neneknya dengan sebutan Antuk itu.
Mendengar penolakan dari cucunya, nenek itu ngomel - ngomel. "Yo gimana sih Ami? Antuk udah bikinin bekel kamu dari pagi lho, gak mau dibawa toh." Ujar wanita tua itu.
"Bukan gak mau dibawa ntuk, sekolah Ami dari sini cuma tiga ratus meter, Ami kalo laper pulang juga bisa, gak usah dibawa - bawain bekel segala, wong temen - temen Ami juga gak ada yang bawa bekel toh.." Jelas Syammi.
"Yaudah ini udah antuk bikinin bekel, kamu makan dulu deh, daripada sayang.." Ujar wanita itu sambil ngebuka tupperware buat cucunya terus ditaro diatas meja.
"Seng terlambat lah antuk...." Elak Syammi sambil nunjuk jarum jam di dinding yang udah nunjukin pukul 7 kurang 10 menit. "Ami kan ada kegiatan dhuha setiap pagi.."
Wanita tua itu geleng - geleng. "Wong biasane kamu berangkat dari rumah juga jam setengah delapan baru jalan, segala sok - sokan shalat dhuha anak ini, dosa kamu Mi bohong bawa - bawa shalat." Ujar wanita itu.
"Beneran Ami mau sholat dhuha pagi ini.." Ujar cowok itu. "Nih liat di grup udah di p p in sama anak - anak, udahlah ini antuk aja yang makan bekelnya, Ami buru - buru"
Wanita tua itu geleng - geleng sambil ngeliatin kaki cucunya. "Sek buru - buru tapi kamu aja masih koloran."
Ngeliat kakinya masih pake boxer, pemuda itu langsung loncat ke kamarnya. "Ini beneran Ami buru - buru Antuk!" Seru cowok itu sambil ngacak - ngacak lemari plastik di kamarnya nyari celana abu - abu.
Ricuh dan kehebohan dari keluarga itu, bikin warga dan para tetangga yang lagi nyapuin halaman rumah mereka langsung geleng - geleng dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Sebelas
Fanfic[ Wattpad AU ] Sekolah Menengah Akhir adalah karsa sederhana, tapi tidak untuk siswa - siswi Negeri Sebelas. tw! harsh words, parent issues, child trauma. highest rank #1 at sanha #1 at ryujin #3 at alternativeuniverse © 2022, nawendra