"Angreni, ketika waktunya tiba, Rama akan kembali pada kamu."
Kapan waktu itu akan tiba? Setiap hari Angreni menunggu kepulangan Rama, tetapi tak ada kabar yang ia dapatkan. Setiap malam ia membuka matanya, berharap ia kembali ke malam dirinya berusia 15 tahun, tepat sebelum Rama dinyatakan menghilang di kaki Gunung Lawu, tetapi tak ada yang terjadi. Menunggu Rama kini terasa seperti pengharapan akan sesuatu yang tak nyata. Mungkin, Angreni harus mulai menerima kenyataan jika Rama memang telah meninggal ketika sesembahan di Lawu dan Yangti memang telah menutup usia beberapa bulan setelah kehilangan Rama.
Mungkin... Angreni harus mulai menerima jika ia kini... sebatang kara. Dan sampai kapan pun Angreni memang ditakdirkan untuk hidup dalam kesendirian seperti ini.
Angreni menutup matanya sesaat dan ketika ia membukanya kembali, keadaan masih tak ada yang berubah. Ia tetap mahasiswa tingkat akhir di Jakarta yang sedang mengejar kelulusannya.
Apa pun tragedinya, jalan keluarnya adalah nyebat dan ngopi.
Skripsi revisi entah sampai yang ke berapa kali? Tidak usah khawatir, sebab dunia tidak akan runtuh kok meskipun sudah menjadi mahasiswa abadi di kampus itu. Semua teman-temannya dan bahkan adik kelas satu tingkat di bawah Angreni saja sudah lulus semua. Berkali-kali, Angreni dipanggil oleh kepala program bahkan sampai dekan, hanya untuk membahas skripsinya yang mangkat. Terkadang, Angreni bingung. Ia saja santai, mengapa semua orang di sekitarnya terkesan sangat khawatir akan hidupnya, bahkan sang dosen pembimbing saja sampai nangis, hanya karena skripsi Angreni tidak kunjung berkembang. Dan perlu diketahui, bahwa Angreni sendiri yang membayar uang kuliahnya hingga hari ini. Rama sudah meninggal dan tidak ada lagi orang yang benar-benar dekat dengan Angreni seperti keluarga, sehingga ia tidak memiliki tuntutan apa pun untuk menyenangkan hati mereka. Angreni hidup sesuai keinginannya sendiri dan ia bebas melakukan apa pun.
Angreni menghisap rokok puntungnya sambil membaca buku bajakan yang ia beli dari tukang rombeng dekat toko kopi, ia biasa bekerja. Buku ini berjudul 'Bersembunyi di Balik Sejarah'. Salah satu buku legendaris yang katanya ditulis oleh seorang dosen dari kampusnya dulu, yang kini sudah pensiun. Buku itu cukup menarik, sebab menceritakan mengenai perjalanan seorang raja Majapahit yang kisahnya dihapus dari sejarah. Buku itu sempat viral beberapa tahun yang lalu dan pernah hampir dilarang beredar, karena dianggap menyebar hoaks. Namun, sebenarnya kisah itu sangat asik. Lingga menceritakan bagaimana pengalamannya hidup beratus tahun dan mendeskripsikan dengan jelas setiap masa waktu yang ia lalui, bahkan Lingga menggambarkan setiap raja legendaris yang ia temui dengan detail. Angreni tertawa pada gambaran Lingga akan Daendels; sapi perah yang berlagak berani, tetapi pakaian dalamnya saja masih dicucikan abdi dalem. Saking detailnya setiap penggambaran itu hingga terasa menakutkan.
Buku itu juga menyinggung hal-hal mistis mengenai sebuah tempat bernama Mega Buana yang ada di jantung setiap gunung, alas dan segara yang ada di tanah Pertiwi. Lingga menuliskan jika Mega Buana adalah tempat para orang-orang sakti berdiam. Mereka bertugas melindungi Nusantara dari berbagai marabahaya baik supernatural maupun bencana alam. Lingga menggambarkan Mega Buana sebagai tempat yang asri dengan setiap penduduknya memiliki perewangannya sendiri dan mereka menguasai energi bumi. Sang lingga mahir menguasai energi tanah dan api, sedangkan yoni mahir menguasai energi air dan angin.
Lawan dari Mega Buana adalah Astana Mandala, pusat perdagangan gelap mistis di Tanah Jawa. Para dukun biasa akan membeli 'bawahan' mereka di Astana Mandala dan di situ juga tempat membuang dan memusnahkan 'bawahan' tersebut. Astana Mandala diatur oleh seseorang yang dibuang dari Mega Buana, tetapi sampai saat ini, Lingga belum pernah bertemu dengan orang tersebut. Lingga mendeskripsikan Astana Mandala sebagai tempat yang gemerlap dan penuh dosa. Orang-orang melihat Astana Mandala sesuai dengan nafsu mereka. Jika mereka haus akan kekuasaan dan uang, maka mereka akan melihat Astana Mandala sebagai kota maju yang dipenuhi gedung tinggi dan orang-orang berjas. Jika yang datang haus akan gairah ragawi, maka Astana Mandala akan diperlihatkan sebagai surga yang dipenuhi perempuan bertubuh molek dan indah. Semua ini untuk menarik manusia berhati lemah agar bertahan lama di tempat itu dan akhirnya melakukan transaksi mistis.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Historical FictionRomansa Dewasa - Fantasi Sejarah Sebab bahwasanya leluhur tanah air telah menguasai ilmu alam yang tak pernah dibayangkan manusia modern. Alam tunduk pada mereka dan para leluhur menggunakannya untuk melayani sesama dan Sang Hyang. Perempuan dan la...