32. SENDANG

7.5K 1K 84
                                    

"Itu suara apa?" tanya Angreni kebingungan sambil memakan jambu bijinya.

"Biasa... Pendopo Agung," jawab Hanoman sambil memegang jambu itu dengan kedua tangannya dan menggigitnya.

"Itu tempat apa sebenarnya?" Angreni meneliti wajah monyet Hanoman yang sibuk dengan jambu biji yang bahkan besarnya melebihi tubuh monyet itu.

"Pendopo Agung adalah tempat Raden Panji mengeksekusi tumbal dan orang-orang yang melawan hukum alam," jawab Hanoman kemudian tiba-tiba saja tersadar. "Tidak... kau tidak mendengar ini dari aku, Anak Muda. Kau mendengar informasi ini dari rumput yang bergoyang dan tiupan angin. Paham?!" ancam Hanoman sambil kembali merapikan sumping emasnya.

Angreni terlalu penasaran hingga tidak mempedulikan peringatan Hanoman. Ia ingin mengetahui banyak hal di tempat itu dan Raden Panji sendiri. Meskipun monyet ini hanya tahu makan klepon, dan menyerocos tanpa aturan, setidaknya Hanoman bisa memberikan informasi dangkal yang ia butuhkan. "Raden Panji itu siapa sih sebenarnya?" gumam Angreni sambil menggigit jambu bijinya.

"Aku kira generasi sepertimu tahu dongeng tentang Raden Panji Inu Kertapati dan Dewi Candrakirana?" balas Hanoman dengan tatapan bertanya.

Angreni hanya cengegesan tidak jelas, sambil menjawab, "Generasi kita sih tahunya DOTS, Goblin, kalau nggak... Nevertheless..."

"Aku baru mendengar dongeng dengan judul seperti itu. Itu dongeng baru?" balas Hanoman sambil memiringkan kepalanya. Angreni mengulum bibirnya, merasa malu ia lebih paham cerita budaya luar daripada budaya tanah airnya sendiri. Entah mengapa sikap naif Hanoman membuatnya semakin merasa bersalah.

"Lupakan," balas Angreni sambil menggerakkan tangannya. "Kenapa dengan dongeng itu?

"Ada banyak versi tentang kisah Panji dan Candrakirana, tetapi sebenarnya kisah aslinya hanya satu," balas Hanoman acuh tak acuh sambil menggidikkan bahunya. "Raden Panji mencintai seorang rakyat jelata yang ditemuinya ketika bertapa di Di Hyang. Namanya, Angreni. Kemudian, orangtua Raden Panji tidak merestui dan membunuh Angreni. Dan orangtua Angreni dendam pada Raden Panji. Dan selesai."

"Hah? Sesimpel itu?" balas Angreni tidak percaya. Ia mengira ini akan menjadi kisah cinta yang begitu menyayat hati, tetapi kenyataannya hanya karena tidak direstui orangtua.

"Tidak ada yang sederhana untuk orang-orang sakti pinilih," gumam Hanoman sambil memutar bola matanya jenuh. "Pasti semua dilebih-lebihkan. Marah sedikit, nyawa orang lain melayang. Dendam sedikit, yang bertengkar dua kerajaan. Dasar manusia..."

"Dia memang sejak dulu adalah dukun?"

"Dia bukan dukun. Dia adalah orang pinilih," koreksi Hanoman. "Dukun mendapatkan kekuatannya dari belajar. Bahkan kau sendiri juga bisa menjadi dukun sakti tanah ini, jika kau mau. Namun, orang pinilih adalah orang-orang yang telah digariskan Sang Hyang untuk peran tertentu."

"Seperti?"

"Menjaga bumi ini," gumam Hanoman. "Raden Panji Inu Kertapati adalah Raksaka pertama Jawadwipa. Dia adalah penjaga keseimbangan tanah ini. Makanya, dia diberikan Ilmu Bhumi oleh Eyang sesuai yang telah digariskan Sang Hyang."

"Lalu, sebaliknya, ada sebutan Rani Tirta. Putri Air. Dia adalah penjaga keseimbangan dalam rupa perempuan dan diberi anugerah dari Ibu sesuai permintaan Sang Hyang. Namun, tidak ada yang tahu pasti siapa Rani Tirta. Banyak yang bilang Rani Tirta adalah Nyai Rara Kidul," jelas Hanoman lagi sambil mengunyah jambunya, menceritakan semua ini petualangan epik ini seperti curhat anak ABG. "Namun, Nyai Rara Kidul kiblatnya terlalu ke dimensi astral. Entahlah... sampai sekarang masih tidak ada yang tahu siapa Rani Tirta."

"Apa tugas Raden Panji memang di keraton ini?"

"Tidak. Dia dihukum," jawab Hanoman. "Ketika dia kehilangan Angreni, amarahnya begitu besar hingga menghancurkan puluhan desa dan merenggut nyawa yang tak bersalah. Ia terus merantau mencari Angreni. Eyang dan Ibu yang sudah tak tahan dengan segala kerusakan yang diperbuat Raden Panji, langsung menyegel pria itu di Astana Mandala, sebagai hukuman dan juga pelajaran."

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang