8. HIDUP KESEMBILAN

7.5K 1.2K 80
                                    

"Ih kemarin lo pada lihat ga ada Mas Banaspati lewat," ucap Mbak Karina, membawa gosip baru yang super panas di cafe setannya itu. Angreni hanya memilih untuk mendengarkan, sebab ia merasa sangat lelah karena mimpi yang begitu panjang semalam. Mimpi menjadi seorang selir keraton yang dihukum mati karena kawin lari. Mimpi itu terasa begitu nyata dan asli, melebihi sinetron yang sering ia tonton dulu, Tutur Tinular.

"Oh yang gundul api-api itu ya?" tanya Mas P sambil, kesulitan mendeskripsikan bentuk Banaspati dengan tangannya, sebab kedua tangannya sendiri dibungkus rapat. Siluman kera putih yang memakai sumping emas sudah kembali muncul dan duduk di atas meja sambil memakan kue kering yang disediakan Angreni. Kera putih itu juga ikut menyimak pergosipan setan ini.

"Dia tu kemarin kesasar ke pohon gue, terus tanyain arah rumah salah satu ustad yang sempat gue godain. Ya, gue sesatin lah," ucap Mbak Karina dengan tawa cekikikan khasnya.

"Bukankah sang pujangga agama itu yang mengusir engkau? Tidakkah seharusnya engkau dendam?" ucap Bang Kusno dengan wajah bingungnya, mengingat Mbak Karina ini paling dendam dengan ornag-orang yang mulai mengusiknya.

"Tapi dia baik sih. Dia nggak pernah benar-benar ngusir kayak orang-orang yang tidak berkeprisetanan lainnya. Dia lebih nasihatin untuk tidak menganggu. Ya, gue... selama lo damai sama gue, gue nggak akan aneh-aneh," jawab Mbak Karina dengan wajah sombongnya seperti anak-anak jaksel.

"Wah, kemarin aku lihat Mbak barusan godain ojol. Mana ojolnya belum dapat setoran seharian. Aku aduin loh, Mbak," ucap Mbak Suster Ngesot sambil memakan kue keringnya di lantai.

"Kayak lo aja nggak. Kemarin gue denger, RS lo sempat heboh, karena mereka lihat ada yang ngesot-ngesot kayak belut di lantai," balas Mbak Karina, membuat Mbak Suster Ngesot tidak terima dia dikatai menganggu, padahal dia bekerja keras untuk rumah sakitnya.

"Jangan sembarangan ya. Itu aku kerja. Nggak kayak kamu yang dikit-dikit nangkring, cekikikan kayak ceklik di pohon."

"Ceklik?" tanya Mbak Karina, bingung dengan istilah setan sok hits di bawahnya ini.

"Itu lo, Mbak sebutan orang-orang zaman sekarang untuk perempuan tidak waras."

"Cegil, Bodoh!" sentak Mbak Karina dengan kesabarannya yang setipis tisu. Bahkan tisu pun masih lebih luas dan tebal daripada kesabaran Mbak Karina.

"Sudah, sudah! Hentikan pertengkaran ini," ucap Mas P, ingin melerai dengan kedua tangannya, tetapi lagi-lagi tidak bisa, sebab kedua tangannya dibungkus rapat. "Aku lebih penasaran dengan nasib Angreni yang mengiyakan tawaran pria aneh itu."

"Eh iya," ucap Mbak Karina dengan tatapan tertariknya. "Angreni!" panggilnya, membuat Angreni tersentak dan menoleh, melihat wajah jelek mereka.

"Lo tuh ada hubungan apa sama cowok yang kemarin datang?" tanya Mbak Karina penasaran.

"Kalau nggak ada, mau kamu tempelin ya? Dasar perempuan bugil!" balas Suster Ngesot yang membuat darah Mbak Karina kembali naik. "Cegil!" seru Karina jengkel.

"Kalian pada kenapa sih?" ucap Angreni bingung melihat situasi panas setan-setan di depannya.

"Sejak awal saya melihatmu, saya tahu kamu bukanlah manusia biasa seperti halnya pria yang berkunjung kemarin, Angreni," ucap Bang Kusno tiba-tiba membuat ruangan itu langsung hening. "Usia kamu bahkan lebih tua dari saya."

"Saya sudah cukup lama berkelana di dunia mistis ini, Angreni dan manusia dengan jiwa yang seperti kamu baru saya temukan kali ini," gumam Bang Kusno lagi dengan nada seriusnya. "Dan baru saya temukan lagi beberapa hari yang lalu dalam diri pria itu."

"Eh iya, Ni, kamu itu kenal dari mana sih, cowok yang kemarin?" tanya Mbak Karina penasaran. "Kalian kayak udah kenal lama gitu.

"Dari lukisan," jawab Angreni ragu. "Kenapa emangnya?"

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang