31. RANI TIRTA

9.3K 1K 154
                                    

Sudah satu bulan lamanya, Angreni berdiam di Astana Mandala dan lewat dua hari sejak Raden Panji menyentuhnya dengan cara yang tidak senonoh seperti itu. Setelah malam itu, hubungan keduanya merenggang dan Raden Panji tidak lagi menyentuhnya sembarangan. Yang awalnya Angreni mengira ia bisa meruntuhkan pertahanan pria itu, kenyataannya semuanya kembali ke posisi semula.

Raden Panji kembali menjadi sosok yang dingin dan Angreni kembali menjaga jarak dari pria itu. Angreni masih menepati janjinya untuk membantu pria itu bersiap-siap di pagi dan malam hari. Namun, tak ada percakapan sama sekali dalam aktivitasnya itu. Keduanya hening dengan aura yang mencekam. Namun, tanpa Angreni ketahui setiap kali Angreni membantu Panji bersiap-siap, pria itu pasti mencuri satu bunga dari hiasan di rambutnya. Panji akan menyimpan bunga itu di kantong ageman rapinya untuk dibawanya kemana-mana. Kini, bukan hanya wangi gaharu saja yang menguar dari diri Panji melainkan juga sedap malam.

Kini, Angreni juga tidak hanya berlatih tari bersama Nyai Segara, melainkan juga berlatih fisik dengan Pak Arga. Pria itu mengajarinya latihan dasar bela diri dan menggunakan keris. Tentu saja, Angreni sangat payah dalam hal ini, mengingat ia selalu mendapat nilai 60 dalan mata pelajaran Penjaskes. Namun, Pak Arga tetap sabar mengajarinya. Di luar titel dosbing yang super galak, pria itu sebenarnya baik, sabar dan ramah, bahkan sepertinya lebih baik dari Raden Panji. Pak Arga terbuka pada Angreni dan menjawab semua pertanyaannya bahkan yang paling bodoh sekali pun.

Karena panas, Angreni melepas kebaya janggannya hingga menyisakan kaos katun tipis yang memperlihatkan kemben di baliknya. Angreni langsung melempar kebayanya tepat di atas kepala Hanoman membuat monyet cerewet itu kembali menggerutu. Tempat latihan mereka berada di tempat yang sama dengan Angreni berlatih tari. Angreni duduk di rumput, mengistirahatkan dirinya sejenak sambil menatap jajaran pegunungan. Ia dikagetkan dengan sodoran kendi air ke arahnya.

"Terima kasih, Pak," ucap Angreni dengan senyuman penuh terima kasihnya.

"Saya bukan dosbing kamu lagi disini," ucap Arga dengan nada ringannya sambil ikut duduk di samping Angreni dan menenggak kendi air miliknya.

"Terus panggilnya apa? Raden? Bendara? Kak?" balas Angreni kebingungan. "Atau... Mas?"

Arga tertawa lembut mendengar ucapan Angreni. "Mas aja ndak papa."

"Sedihnya Raden Panji. Beliau berharap dipanggil Mas tetapi yang mendapat panggilan itu malah engkau, wahai anak muda," gumam Hanoman dengan mulutnya yang bagai Lambe Turah, sembari merayap dan duduk di langkuan Angreni. Angreni hanya tersenyum khawatir sembari berusaha membekap mulut mungil berbahay itu, di saat Mas Arga hanya tertawa.

"Mas juga hidupnya udah ratusan tahun?" tanya Angreni penasaran.

"Ndak," gumam Arga pelan. "Saya dan Yu Siti hanya manusia biasa."

"Kok berakhir disini, Mas?" tanya Angreni dengan rautnya yang penuh penasaran.

"Semua yang berakhir menjadi orang-orang Astana Mandala biasanya memiliki dendam yang harus dibalaskan. Kami mengabdi pada Raden Panji, sebab pria itu berjanji akan membalaskan dendam kami," gumam Arya dengan tatapannya yang mendadak sendu. Tidak pernah Angreni tahu, orang sebaik Mas Arya dan Yu Siti memiliki dendam yang begitu besar hingga memilih untuk mengabdi pada pria sebengis Raden Panji.

"Mas adalah salah satu anak yang tidak beruntung, yang lahir dari keturunan terkutuk. Mas adalah keturunan kelima yang dijadikan sebagai tumbal. Namun, saat itu, Mas sudah benar-benar memutuskan untuk tidak ingin terlibat dalam lingkaran setan ini. Bahkan Mas sudah memilih untuk hidup susah, sebagai pemulung. Tapi... tetap saja. Mas diseret ke Astana Mandala sebagai tumbal," jelas Arya dengan tatapannya yang penuh luka mendalam. "Karena besarnya keinginan Mas untuk hidup, Mas membunuh orang yang ingin menumbalkan Mas dengan keris sang Raden. Raden Panji mengatakan jika apa yang Mas lakukan melawan hukum semesta. Dan Raden Panji sendiri lah yang harus membunuh Mas. Setelah memohon sampai bersujud, akhirnya beliau mengurungkan niatnya. Dia menawarkan saya untuk mengabdi padanya dengan imbalan semua dendam saya pada keluarga besar yang menikmati kekayaan haram itu akan terbalaskan. Tapi..."

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang